Cermati Sentimen Domestik, Investor Asing Masih Hati-hati

1 day ago 11

Liputan6.com, Jakarta - Investor asing dinilai masih hati-hati seiring sambil mencermati kondisi dalam negeri. Di tengah sentimen dalam negeri, pekan depan, hasil pertemuan the Fed jadi perhatian.

Adapun berdasarkan data Bursa Efek Indonesia Indonesia (BEI), aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 61,72 triliun sepanjang 2025. Pada 8-12 September 2025 saja, aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 6,59 triliun. Aksi jual saham oleh investor asing di tengah pasar yang bergejolak pekan ini.

Hal itu didorong perombakan atau reshuffle kabinet yang mengejutkan termasuk pergantian menteri keuangan Sri Mulyani. Ia digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala LPS.

"Sri Mulyani meski memiliki kredibilitas internasional, berpengalaman luas dan dikenal karena kehati-hatian fiskalnya, penggantiannya yang tiba-tiba menimbulkan kekhawatiran tentang arah kondisi fiskal Indonesia ke depan,” demikian seperti dikutip dari riset Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (14/9/2025).

Seiring reshuffle kabinet itu mendorong pasar saham melemah. Hal itu didorong aksi jual oleh investor domestik dan asing pada saham bank. Selain itu, imbal hasil obligasi naik terutama pada obligasi tenor jangka panjang.

Pasar Kembali Dapat Kepercayaan

Ashmore menyebutkan memasuki pekan pertama jabatan menteri keuangan yang baru, pasar telah mendapatkan kejelasan lebih baik tentang sikap dan arah Purbaya. Kekhawatiran utama telah diatasi dengan defisit fiskal akan tetap di bawah batas 3%.

"Hal ini membantu pasar mendapatkan kembali kepercayaan dan mendukung pemulihan saham dan obligasi Indonesia pekan ini,” demikian seperti dikutip.

Langkah terbaru Purbaya selanjutnya untuk mendorong pertumbuhan domestik melalui kenaikan likuiditas dalam sistem dengan mentransfer Rp 200 triliun dari kelebihan cadangan kas ke sistem perbankan komersial (melalui bank-bank milik negara) dan akan melepaskan likuiditas ke pasar.

"Langkah ini diharapkan secara bertahap akan mendukung pertumbuhan ekonomi dengan efek berganda selain meningkatkan kepercayaan investor,” demikian seperti dikutip.

Investor Asing Masih Hati-Hati

Secara keseluruhan, investor asing masih bersikap hati-hati karena mencermati berita di dalam negeri.

“Meskipun kebijakan-kebijakan utama kemungkinan tidak akan mengalami perubahan signifikan dalam jangka pendek, kami melihat menteri keuangan baru memiliki kecenderungan untuk belanja fiskal. Perspektif dan sikap yang segar ini dapat menjadi pemicu untuk mendorong pertumbuhan dan kepercayaan domestik,” demikian seperti dikutip.

Akan tetapi, hal itu dinilai akan bergantung pada implementasi likuiditas dan bagaimana hal itu akan berdampak pada ekonomi riil.

"Dalam jangka pendek, kami perkirakan melihat tekanan penurunan yang berkelanjutan pada imbal hasil obligasi dengan lintasan suku bunga global yang masih dalam tren menurun,” demikian seperti dikutip.

Selain itu, imbal hasil jangka panjang telah pulih dari guncangan sejak awal pekan. Imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun saat ini berada di posisi 6,33%. Imbal obligasi pemerintah Indonesia bertenor dua tahun berakhir di posisi 5,32%.

“Kami yakini kondisi telah menunjukkan pemulihan yang signifikan dari volatilitas baru-baru ini baik di pasar modal dan politik, dan saham dapat mengalami pertumbuhan lebih lanjut,”

The Fed

Sementara itu, dari sentimen eksternal, Ashmore prediksi the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS) akan memangkas suku bunga dalam pertemuan FOMC pada pekan depan. Hal ini di tengah rilis data inflasi utama dan inti tahunan AS sesuai harapan dan tetap tinggi. Di sisi lain, pasar tenaga kerja AS terus melemah terutama dengan revisi penurunan signifikan pada penciptaan lapangan kerja dari rilis data Nonfarm Payroll.

“Data klaim pengangguran awal untuk pekan ini juga melonjak ke level tertinggi sejak Oktober 2021 yang semakin menyoroti kelemahan di pasar tenaga kerja,” demikian seperti dikutip.

Adapun the Fed telah mengalihkan fokus dari inflasi ke pasar tenaga kerja.

Ashmore tetap hati-hati dan memilih saham berkualitas yang didukung oleh fundamental dan likuiditas yang kuat dalam kondisi ini.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |