Berburu Cuan Jelang Long Weekend Akhir Mei, Saham-Saham Ini Bisa Jadi Pilihan

5 days ago 18

Liputan6.com, Jakarta Perdagangan bursa saham pekan ini hanya berlangsung 3 hari, yakni pada 26-28 Mei 2025 lantaran ada libur dan cuti bersama Hari Kenaikan Yesus Kristus.

Pada periode perdagangan yang singkat itu, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), David Kurniawan mengimbau para investor untuk mencermati dua katalis kunci pada pekan ini. Antara lain Rebalancing Index MSCI dan aliran dana asing.

David menegaskan rebalancing Indeks MSCI yang dijadwalkan pada akhir Mei 2025 dapat mempengaruhi aliran dana asing ke pasar saham Indonesia. "Investor asing diperkirakan akan menyesuaikan portofolio mereka sesuai dengan perubahan bobot dalam indeks tersebut," ulas David, Senin (26/5/2025).

Selama pekan lalu, investor asing mencatatkan aksi beli bersih sebesar Rp 2 Triliun di pasar reguler, dengan saham-saham seperti BBRI, ANTM, BMRI, GOTO, dan BBCA menjadi favorit. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap prospek pasar saham Indonesia: 

Rekomendasi Saham

Guna merespons dinamika pasar dan katalis kunci tersebut, PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) merekomendasikan sejumlah saham yang menarik dicermati selama perdagangan pekan ini, antara lain:

- Buy MDKA (Current Price: 2.040, Entry: 2.040, Target Price: 2.220 (8,82%), Stop Loss: 1.950 (-4,41%) dan Risk to Reward Ratio: 1:2,0).MDKA layak beli karena dalam jangka pendek terus bergerak di atas MA5. Meskipun terlihat ada konsolidasi dalam seminggu terakhir, ini memberikan area entry dengan risk yang terukur. Selanjutnya dengan adanya potensi harga komoditas yang cenderung naik justru akan menjadi sentimen positif bagi MDKA.

- Buy BBRI (Current Price: 4.350, Entry: 4.350, Target Price : 4.700 (8,05%), Stop Loss 4.200 (-3,45%) dan Risk to Reward Ratio: 1 : 2,3)BBRI dalam jangka pendek baru saja mini breakout resist 4.300. Menariknya, investor asing terlihat mulai kembali mengakumulasi BBRI. Selanjutnya, penurunan suku bunga oleh BI akan menjadi sentimen positif bagi sektor perbankan.

- Buy NCKL (Current Price: 740, Entry: 740, Target Price: 805 (8,78%), Stop Loss: 705 (-4,73%) dan Risk to Reward Ratio: 1:1,9).Saham NCKL dalam jangka pendek mulai bergerak bullish setelah breakout dari area konsolidasi. Kenaikan di Jumat lalu juga didukung dengan price action yang menarik. Selanjutnya, indikator line MACD mulai kembali mengarah ke atas dan histogramnya juga bergerak positif.

IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.214 pada Jumat (23/5), naik 1,4 % dibandingkan pekan sebelumnya. Lonjakan ini disokong net buy asing Rp 2 triliun di pasar reguler, angka tertinggi dalam lima minggu terakhir dan lebih dari dua kali rata-rata inflow mingguan sejak April. Di sisi lain, secara teknikal IHSG saat ini sudah bergerak di atas level 7.000 yang menandakan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia.

"Meskipun begitu investor juga harus tetap waspada, karena ada resistance penting di level 7.400, yang sebelumnya menjadi area yang diuji berkali-kali, sebelum akhirnya IHSG mencetak all time high di level 7.800 pada September 2024 lalu," kata David.

David menegaskan pergerakan IHSG pada pekan lalu dipengaruhi sentimen global dan domestik. Dari global, ada sentimen kebijakan tarif Donald Trump dan harga emas. Diketahui, Presiden Trump telah mengumumkan tarif impor sebesar 50% terhadap produk Uni Eropa mulai 1 Juni 2025, dengan alasan ketidakseimbangan perdagangan dan hambatan perdagangan yang tidak adil dari pihak EU. Inggris sendiri dikecualikan dari kebijakan ini karena telah menyepakati perjanjian perdagangan pasca-Brexit dengan AS.

Sentimen Harga Emas

Sementara itu terkait sentimen harga emas, ketidakpastian ekonomi global mendorong investor mencari aset safe haven seperti emas. Akibatnya, permintaan emas meningkat tajam, dengan pengeluaran global untuk emas mencapai 0,5% dari PDB dunia, tertinggi dalam 50 tahun terakhir. Harga emas saat ini ada potensi untuk kembali ke all time high.

Selanjutnya dari domestik ada sentimen suku bunga Bank Indonesia (BI), dimana pada 21 Mei 2025 lalu Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,50%, setelah mempertahankan suku bunga selama tiga pertemuan sebelumnya. Langkah ini diambil untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang melambat, dengan pertumbuhan kuartal I 2025 sebesar 4,87%, serta untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan eksternal.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |