Badan Geologi Sebut 4 Pemicu Gerakan Tanah di Cirebon

14 hours ago 8

Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) secara umum ada empat faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di daerah Blok Rambut Kasih RT 04/04, Desa Gumulung Tonggoh Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pada Jumat, 22 Mei 2025 pukul 09.00 WIB lalu.

Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid, berdasarkan pemeriksaan dilapangan salah satu faktor penyebabnya antara lain adalah kemiringan lereng yang terjal dan hanpir tegak di sekitar lokasi gerakan tanah mengakibatkan tanah mudah runtuh serta tanah pelapukan batupasir tufan yang poros dan mudah runtuh.

"Kemudian erosi Sungai Cirenghas yang intensif dan dipicu curah hujan tinggi yang menyebabkan tanah jenuh air," ujar Wafid dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Rabu (11/6/2025).

Wafid mengatakan atas terjadinya gerakan tanah tersebut, masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di lokasi bencana diimbau agar meningkatkan kewaspadaan terutama pada saat hujan.

Selain itu, membuat rekayasa teknis seperti brojong atau dinding penahan (turap) untuk mengurangi erosi sungai yang berarus deras. "Membuat jarak aman antara pemukiman dan area wilayah sungai sesuai dengan peraturan yang berlaku serta turunannya tentang sempadan sungai (PP No. 38/2011 tentang Sungai)," kata Wafid.

Wafid mengingatkan pula bahwa masyarakat tidak membuat pemukiman pada zona sempadan sungai.

Wafid menegaskan peningkatan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah sangat diperlukan.

"Masyarakat agar selalu mengikuti arahan dari aparat pemerintah setempat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat," sebut Wafid.

Kajian Geologis

Wafid meneangkan secara umum morfologi di kedua lokasi bencana berupa punggungan dengan kemiringan lereng yang landai hingga agak curam.

Lokasi bencana Blok Rambut Kasih RT 04/04, Desa Gumulung Tonggoh berada pada ketinggian 140-178 meter diatas permukaan laut (mdpl).

"Secara regional berdasarkan peta geologi Lembar Cirebon (Silitonga dkk, 1996), lokasi bencana di Blok Rambut Kasih RT 04/04, Desa Gumulung Tonggoh Selatan termasuk ke dalam Satuan Formasi Gintung berupa perselingan batulempung tufan, batupasir tufan dan breksi," ungkap Wafid. Wafid menuturkan berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah bulan Mei 2025 di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat, lokasi bencana terletak pada potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi.

Artinya, daerah ini mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah apabila dipicu oleh curah hujan yang tinggi atau di atas normal.

"Terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali," tutur Wafid.

Wafid menerangkan gerakan tanah pada lokasi bencana mengakibatkan empat rumah warga terancam, 15 orang terancam dan tebing tinggi 50 meter dengan panjang 30 meter mengalami kerusakan.

Berdasarkan laporan dari BPBD Kabupaten Cirebon, gerakan tanah diperkirakan berupa runtuhan tanah pada bagian lereng atau tebing Sungai Ciherang.

"Gerakan tanah ini dipengaruhi oleh adanya erosi sungai yang intesif sehingga mengacam pemukiman yang berada diatas lereng sungai. Adapun jarak tebing yang mengalami longsor dengan rumah berjarak 10-15 meter," sebut Wafid.

Gerakan tanah ini dipicu oleh curah hujan yang tinggi dan kondisi tanah yang mengalami retak yang menyebabkan ketidakstabilan lereng akibat adanya erosi bagian lereng bawah dan pembebanan pada bagian lereng atas.

4 Langkah Antisipasi Potensi Tanah Longsor

Dicuplik dari kanal Regional, Liputan6, memasuki musim penghujan menyebabkan adanya potensi terjadinya bencana tanah longsor akibat kemiringan tanah yang cukup curam dan terjal di beberapa titik daerah di Indonesia.

Tanah longsor sendiri merupakan fenomena perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.

Secara sederhana, Longsor dapat terjadi jika terdapat air dengan volume yang besar meresap ke dalam tanah, sehingga berperan sebagai bidang gelincir, kemudian tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

Berangkat dari pengertian diatas, maka fenomena bencana tanah longsor rawan terjadi di musim hujan seperti saat ini.

Untuk itu, masyarakat bersama-sama dengan pemerintah dapat segera melakukan langkah antisipasi guna mengurangi risiko terjadinya tanah longsor, seperti :

1.⁠ ⁠Menghindari pembangunan pemukiman di daerah di bawah lereng yang rawan terjadi tanah longsor.

2.⁠ ⁠Mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan lahan terasering di kawasan lereng.

3.⁠ ⁠Penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak tanam yang tidak terlalu rapat diantaranya diseling-selingi tanaman pendek yang bisa menjaga drainase air.

4.⁠ ⁠Menjaga drainase lereng yang baik untuk menghindarkan air mengalir dari dalam lereng keluar lereng.

Dengan adanya langkah preventif yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat, diharapkan mampu meminimalisasi terjadinya potensi tanah longsor dan kerugian materil maupun korban jiwa.

Apabila terdapat anggota keluarga maupun tetangga sekitar yang sakit dan mengalami luka akibat longsor yang melanda, segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat agar mendapatkan penanganan yang baik dan tepat.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |