Anak Usaha Astra International Bakal Tender Offer Usai Akuisisi Saham MMLP

1 month ago 33

Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) melalui anak usaha PT Saka Industrial Arjaya (SIA) akan melaksanakan tender wajib sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) dan ketentuan di bidang pasar modal yang berlaku. Hal ini setelah SIA sebagai pengendali baru PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP).

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Rabu (23/7/2025), PT Saka Industrial Arjaya mengumumkan akuisisi 83,67% saham MMLP dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan. Saham MMLP itu yang dimiliki PT Suwarna Arta Mandiri, pemegang saham mayoritas MMLP, Bridge Leed Limited sebagai pemegang saham 17,51% dan beberapa pemegang saham minoritas MMLP lainnya.

Seiring rencana akuisisi saham MMLP tersebut, SIA dan penjual dalam hal ini pemegang saham MMLP yakni Suwarna Arta Mandiri, Bridge Leed Limited dan beberapa pemegang saham minoritas telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat pada 21 Juli 2025.

"Apabila transaksi berdasarkan perjanjian bersyarat diselesaikan, pembeli akan menjadi pengendali baru dari MMLP,” demikian seperti dikutip.

Adapun tujuan dari transaksi berdasarkan perjanjian bersyarat ini untuk pengembangan usaha dan investasi SIA.

Pada perdagangan sesi pertama, Selasa, 23 Juli 2025, harga saham MMLP naik 0,88% ke posisi Rp 570 per saham. Harga saham MMLP dibuka naik 20 poin ke posisi Rp 585 per saham. Saham MMLP berada di level tertinggi Rp 595 dan level terendah Rp 565 per saham. Total frekuensi perdagangan 5.579 kali dengan volume perdagangan 622.234 saham. Nilai transaksi Rp 36 miliar.

Astra International Bocorkan Perkembangan Bisnis Halodoc dan Heartology

Sebelumnya, PT Astra International Tbk terus memperkuat langkah ekspansinya di sektor layanan kesehatan. Melalui dua entitas yang telah diakuisisi, yakni Halodoc dan Heartology Cardiovascular Hospital, Astra mulai mencatat pertumbuhan positif meski kontribusinya terhadap kinerja keuangan grup masih dalam tahap awal.

Direktur Astra International, Gidion Hasan mengungkapkan Halodoc mengalami pertumbuhan pendapatan yang cukup signifikan dalam periode setahun terakhir.

“Kalau Halodoc boleh dikatakan kalau saya bandingkan antara kuartal terhadap kuartal pertama tahun 2024 yang lalu, terjadi peningkatan secara revenue itu kurang lebih 50% year on year,” ujar Gidion dalam konferensi pers, Kamis (8/5/2025).

Sementara itu, untuk Heartology, rumah sakit spesialis jantung yang diakuisisi Astra pada Oktober 2024, juga menunjukkan peningkatan trafik dan pendapatan pasca akuisisi. 

“Kalau saya bandingkan monthly revenue before dan after acquisition, itu kurang lebih terjadi peningkatan traffic sekitar 50% dibandingkan sebelum acquisition,” jelasnya.

Lebih lanjut, Gidion menegaskan Astra membangun rencana jangka panjang melalui pengembangan ekosistem layanan kesehatan yang terintegrasi, baik daring maupun luring, demi menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

“Kami ingin membangun satu ekosistem yang komprehensif ya, baik itu online maupun offline. Dan kalau bisa ekosistem ini akan melayani seluruh kelas di masyarakat dalam hal kesehatan,” ujar Gidion.

Gidion menambahkan, Astra percaya potensi sektor kesehatan di Indonesia masih sangat besar, terutama Indonesia memiliki populasi yang besar dan terus bertumbuh baik dari segi jumlah penduduk. Selain itu, tingkat kesadaran masyarakat tentang kesehatan terus meningkat.

Realisasi Belanja Modal Astra Capai Rp4,5 Triliun pada Kuartal I 2025

Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro, mengungkapkan perusahaan menetapkan belanja modal atau Capital Expenditure (Capex) konsolidasi sebesar Rp28 triliun pada 2025. Hingga kuartal pertama tahun ini, realisasi mencapai Rp4,5 triliun.

Namun, seiring dinamika ekonomi global dan nasional yang tengah berlangsung, proyeksi Capex Astra untuk tahun masih bisa berubah sesuai dengan kondisi. 

“Apakah Capex Rp28 triliun ini masih akan menjadi pegangan? Mungkin, paling tidak per hari ini kita melihat akan turun Rp25 triliun dan bisa saja lebih turun lagi, kita sesuaikan dengan situasi yang ada,” ujar Djony dalam konferensi pers, Kamis (8/5/2025).

Penyesuaian ini, menurut Djony, juga mempertimbangkan kecenderungan pelemahan daya beli masyarakat dan ketidakpastian ekonomi global yang turut memengaruhi kehati-hatian perusahaan dalam merealisasikan investasi.

Fokus Capex

Meskipun begitu, Djony menegaskan fokus alokasi Capex tetap diarahkan pada sektor-sektor inti Astra seperti otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, dan properti.

“Bisnis inti ini tentunya menjadi perhatian kita, karena itulah yang men-generate profit yang lebih stabil, walaupun di tengah situasi yang kurang produksi,” jelasnya.

Selain memperkuat bisnis yang sudah ada, Astra juga membuka peluang untuk investasi di sektor-sektor baru yang dinilai potensial untuk pertumbuhan jangka panjang dan memiliki keterkaitan dengan bisnis utama perusahaan.

“Prioritasnya adalah investasi terhadap peluang-peluang bisnis yang tentunya ada keterkaitan keras dengan bisnis inti kita, sehingga pada akhirnya juga bisa memperkuat bisnis inti itu sendiri untuk menegaskan posisi kita di pasar,” pungkas Djony.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |