Liputan6.com, Jakarta - Data perdagangan saham di BEI selama sepekan lalu periode 26–28 Mei 2025 ditutup bervariasi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan turun 0,53% dan ditutup pada level 7.175,819 dari 7.214,163 pada pekan sebelumnya.
Bersamaan dengan itu, kapitalisasi pasar BEI mengalami penurunan 1,12% menjadi Rp 12.420 triliun dari Rp 12.561 triliun pada sepekan sebelumnya. Rata-rata volume transaksi harian Bursa pekan lalu naik 38,28% menjadi 31,49 miliar lembar saham dari 22,78 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya.
Rata-rata nilai transaksi harian BEI selama sepekan juga mengalami kenaikan yaitu sebesar 15,52% menjadi Rp16,78 triliun dari Rp14,52 triliun pada pekan sebelumnya. Sedangkan, rata-rata frekuensi transaksi harian selama pekan lalu mengalami penurunan sebesar 3,60%, menjadi 1,31 juta kali transaksi dari 1,36 juta kali transaksi pada pekan sebelumnya.
Adapun investor asing pada Rabu (28/5) mencatatkan nilai beli bersih Rp 1,367 triliun. Sepanjang tahun 2025 ini, investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp 45,187 triliun. Berdasarkan data Stockbit, berikut 10 saham yang paling banyak dibeli dan dilepas investor asing pada 28 Mei 2025:
Net Foreign Buy:
1. Bank Rakyat Indonesia (BBRI), sebesar Rp 630,85 miliar
2. Telkom Indonesia (TLKM), sebesar Rp 327,03 miliar
3. Aneka Tambang (ANTM), sebesar Rp 168,26 miliar
4. Bank Syariah Indonesia (BRIS), sebesar Rp 84,89 miliar
5. Perusahaan Gas Negara (PGAS), sebesar Rp 75,64 miliar
6. Bukit Asam (PTBA), sebesar Rp 31,10 miliar
7. United Tractors (UNTR), sebesar Rp 28,47 miliar
8. Merdeka Battery Materials (MBMA), sebesar Rp 23,41 miliar
9. Charoen Pokphand Indonesia (CPIN), sebesar Rp 19,39 miliar
10. Indofood Sukses Makmur (INDF), sebesar Rp 17,70 miliar
Net Foreign Sell
1. Bank Mandiri (BMRI), sebesar Rp 223,06 miliar
2. GoTo Gojek Tokopedia (GOTO), sebesar Rp 195,88 miliar
3. Adaro Energy (ADRO), sebesar Rp 114,80 miliar
4. Barito Pacific (BRPT), sebesar Rp 93,35 miliar
5. Bank Central Asia (BBCA), sebesar Rp 79,94 miliar
6. Summarecon Agung (SMRA), sebesar Rp 79,52 miliar
7. Bumi Resources Minerals (BRMS), sebesar Rp 67,42 miliar
8. Dayamitra Telekomunikasi (MTEL), sebesar Rp 53,00 miliar
9. Chandra Asri Pacific (TPIA), sebesar Rp 51,32 miliar
10. Bank Negara Indonesia (BBNI), sebesar Rp 48,47 miliar
Penutupan IHSG pada 28 Mei 2025
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada Rabu sore ini. Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu GTBO, IMDX, MAPB, INRU dan JECC.
Pada Rabu (28/5/2025), sore, IHSG ditutup melemah 23,15 poin atau 0,32 persen ke posisi 7.175,97. Sementara indeks LQ45 juga melemah 3,42 poin atau 0,42 persen ke posisi 814,76.
"Pelemahan ini terjadi seiring dengan pudarnya optimisme pasar atas ketegangan perdagangan antara AS dan Uni Eropa (UE)," tulis Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya dikutip dari Antara.
Dari sisi ekonomi makro, inflasi (CPI) Australia tetap stabil pada April 2025 dan bertahan di level terendah sejak November 2024. Kenaikan biaya kesehatan dan liburan berhasil mengimbangi penurunan harga bensin, sehingga menjaga harapan untuk penurunan suku bunga lebih lanjut.
Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) naik 2,4 persen secara tahunan (yoy) di April 2025, tidak berubah dari bulan Maret namun sedikit di atas perkiraan pasar sebesar 2,3 persen (yoy)
Pekan lalu, bank sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA) memangkas suku bunga ke level terendah dalam dua tahun.
Meredanya tekanan inflasi memberi ruang bagi bank sentral untuk merespons meningkatnya risiko perdagangan global dan membuka peluang pelonggaran moneter tambahan dalam waktu dekat.
Sementara itu, bank sentral Selandia Baru atau Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,25 persen, yang menandai siklus pelonggaran yang lebih dalam dari proyeksi RBNZ tiga bulan lalu, mencerminkan kekhawatiran terhadap dampak kebijakan perdagangan AS terhadap perekonomian global.
Fokus Investor
Di pasar obligasi, harga surat utang pemerintah Jepang (JGB) merosot menyusul permintaan yang lesu dalam lelang JGB bertenor 40 tahun. Imbal hasil (yield) melonjak 9 bps menjadi 3,37 persen
Lelang senilai sekitar 500 miliar Yuan Jepang atau USD 3,5 miliar, mencatatkan permintaan lemah akibat kekhawatiran atas membengkaknya beban utang pemerintah Jepang.
Isu utang dan surat utang pemerintah telah menjadi perhatian utama pasar dalam beberapa pekan terakhir, seiring dengan tren naiknya imbal hasil secara global.
Fokus investor kini tertuju pada rilis laporan keuangan Nvidia yang dijadwalkan malam ini. Tahun ini, Nvidia menghadapi sejumlah tantangan, termasuk perang dagang dan ketidakpastian seputar belanja korporasi untuk pengembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), terutama karena Tiongkok terus mencatat kemajuan di bidang tersebut.