ADHI: Pencairan Dana LRT Jabodebek Rp 2,2 Triliun Masih Proses

1 week ago 6

Liputan6.com, Jakarta - PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) buka suara terkait pencairan dana Rp 2,2 triliun dari proyek LRT Jabodebek tahap I.

Direktur Utama ADHI, Entus Asnawi Mukhson menjelaskan hingga saat ini, ADHI telah menerima pembayaran Rp 23,3 triliun, sehingga masih ada kekurangan Rp 2,2 triliun.

"Sampai dengan selesai pekerjaan ini menghabiskan Rp 25,5 triliun dan kami sudah dibayar Rp 23,3 sehingga memang masih tersisa Rp 2,2. Proses sekarang ini kami sudah dapat penegasan dari Kementerian Keuangan bahwa pembayarannya itu nanti akan dilakukan melalui KAI,” ujar Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnawi dalam konferensi pers Pubex Live 2025, Senin (8/9/2025).

Ia mengatakan, proses pembayaran masih menunggu amandemen perjanjian serta kajian mengenai angka-angka komersial yang harus dibahas bersama Kementerian Keuangan. 

Entus menuturkan pembayaran LRT nantinya bisa dilakukan melalui berbagai skema, misalnya melalui tambahan PMN kepada KAI maupun melalui subsidi. Nantinya dari KAI akan membayar penuh kepada ADHI.

Menurut Entus, pencairan dana ini akan sangat membantu perusahaan dalam menjaga arus kas dan menyelesaikan sejumlah kewajiban. Di antaranya, pembayaran hutang ke pemasok dan perbankan. Meski demikian, ia menekankan bahwa kondisi keuangan perusahaan sudah menunjukkan perbaikan.

Proses Pencairan dari Sejumlah Proyek

"Kalau bisa cair ini setidaknya kita bisa menyelesaikan beberapa kewajiban-kewajiban yang ada di Adhi Karya. Sebetulnya tanpa ini pun 2024 kita sudah menurunkan hutang ke supplier itu kurang lebih 4 triliun dan hutang ke perbankan itu sekitar 2,4 triliun," ujar dia.

Selain menunggu dana dari LRT Jabodebek, Entus mengungkapkan Adhi Karya juga tengah memproses pencairan dari beberapa proyek lain yang memiliki nilai tagihan besar. Hal itu diharapkan bisa memperkuat modal kerja perusahaan ke depan.

Adhi Karya Kantongi Pendapatan Rp 3,81 Triliun hingga Semester I 2025

Sebelumnya, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatat penurunan pendapatan usaha dan laba hingga semester I 2025.

Perseroan meraup pendapatan usaha Rp 3,81 triliun hingga enam bulan pertama 2025. Pendapatan turun 32,89% dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,68 triliun. Demikian mengutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (23/7/2025).

Beban pokok pendapatan susut menjadi Rp 3,23 triliun hingga Juni 2025 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,15 triliun.

Perseroan meraup laba bruto naik 9,8% menjadi Rp 572,87 miliar hingga 30 Juni 2025 dari semester I 2024 sebesar Rp 521,66 miliar.

Laba Adhi Karya

Beban usaha bertambah menjadi Rp 384,01 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 383,06 miliar. Dengan demikian, Perseroan mencatat kenaikan laba usaha bertambah menjadi Rp 188,85 miliar hingga semester I 2025. Pada periode sama tahun lalu tercatat Rp 138,60 miliar.

Dengan melihat kinerja itu, Perseroan membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk susut 36% menjadi Rp 7,54 miliar hingga kuartal I 2025 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 13,7 miliar. Seiring hal itu, laba per saham dasar Perseroan susut menjadi Rp 0,90 dari semula Rp 1,64.

Ekuitas naik menjadi Rp 9,69 triliun dari periode Desember 2024 Rp 9,67 triliun. Total liabilitas Perseroan susut menjadi Rp 24,6 triliun hingga Juni 2025, tercatat lialibitas sebesar Rp 24,58 triliun. Perseroan menurunkan liabilitas dari Desember 2024 Rp 25,3 triliun. Aset tercatat 34,38 triliun hingga Juni 2025.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |