Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 416 perusahaan tercatat atau emiten mencatat kinerja lebih baik pada kuartal I 2025 ketimbang periode sama tahun lalu. Sektor yang mendominasi pertumbuhan kinerja pada kuartal I 2025 yakni dari emiten sektor keuangan yang mencapai 65 emiten.
Disusul sektor consumer non-siklikal sebanyak 63 emiten dan sektor consumer siklikal sebanyak 57 emiten. "Dari sisi kinerja, sebanyak 416 emiten membukukan kinerja lebih baik dibandingkan dengan kinerja kuartal I 2024 secara year on year (YoY),” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan, Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, seperti dikutip dari Antara, Senin (2/6/2025).
Hingga 8 Mei 2025, OJK melaporkan sebanyak 754 emiten (saham dan obligasi) telah merilis kinerja laporan keuangan kuartal I 2025, dari 909 emiten yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan.
Dari jumlah emiten itu telah menyampaikan laporan keuangan kuartal I 2025, Inarno mengatakan, sebanyak 565 mencetak laba. Sementara itu, 189 emiten lainnya mencatat kerugian.
"Kewajiban untuk penyampaian laporan keuangan kuartal I 2025 merupakan kewajiban emiten yang listing di bursa,” kata Inarno.
Berdasarkan surat edaran Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 20 Mei 2025, total perusahaan tercatat saat ini adalah sebanyak 1.065 emiten, dengan sebanyak 902 emiten wajib menyampaikan laporan keuangan kuartal I 2025, sebanyak 7 emiten berbeda tahun buku, dan 156 efek dan emiten tidak wajib laporan keuangan kuartal I 2025.
Sementara itu, batas akhir penyampaian laporan keuangan interim untuk periode yang berakhir 31 Maret 2025 (kuartal I 2025) yang tidak diaudit dan tidak ditelaah secara terbatas oleh akuntan publik adalah pada 30 April 2025.
Gelar Edukasi Pasar Modal di Papua, OJK Genjot Investasi Syariah dan Akses Pendanaan
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus menunjukkan komitmen kuatnya untuk memperluas literasi dan inklusi pasar modal hingga ke wilayah timur Indonesia dengan menyelenggarakan Sosialisasi Edukasi Pasar Modal Terpadu (SEPMT) 2025 di Jayapura, Papua pada 26–27 Mei 2025.
Melalui gelaran SEPMT ini, OJK berupaya menghadirkan akses pasar modal yang merata dan berkelanjutan bagi Masyarakat Bumi Cenderawasih.
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara OJK dan Self-Regulatory Organizations (SRO), yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI), Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), serta didukung penuh oleh Pemerintah Daerah Papua dan berbagai stakeholders lainnya.
Rangkaian acara SEPMT menghadirkan berbagai aktivitas edukatif yang bersifat interaktif dan aplikatif guna meningkatkan pemahaman serta mendorong pemanfaatan akses pasar modal secara optimal oleh masyarakat Papua.
Universitas Yapis Papua menjadi lokasi utama pelaksanaan kegiatan SEPMT melalui penyelenggaraan Kuliah Umum Pasar Modal Syariah yang dihadiri langsung oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi.
"Investasi di Pasar Modal Syariah merupakan salah satu pilihan strategis untuk melindungi nilai aset dari dampak inflasi dan memperoleh potensi keuntungan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam,” kata Inarno, seperti dikutip dari keterangan resmi, Selasa (27/5/2025).
Produk Pasar Modal Syariah
Inarno juga menambahkan, produk Pasar Modal Syariah sangat fleksibel, likuid, mudah dijangkau, dan relevan dengan perkembangan teknologi finansial serta digitalisasi di sektor keuangan. Lebih lanjut, Inarno juga menyampaikan tren positif perkembangan Pasar Modal Syariah di Indonesia.
"Sampai dengan 15 Mei 2025, aset Pasar Modal Syariah di Indonesia berkembang cukup positif dengan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tumbuh sebesar 2,62 persen year-to-date (ytd). Dalam satu tahun, ISSI telah tumbuh hingga 3,29 persen year-on-year (yoy). Sementara dalam periode yang sama, nilai kapitalisasi ISSI juga tumbuh 4,03 persen mencapai Rp7.100,61 triliun,” kata Inarno.
Dari sisi kinerja produk Pasar Modal Syariah, hingga 9 Mei 2025, dana kelolaan Reksa dana syariah telah mencapai Rp57,72 triliun (tumbuh 14,18 persen ytd). Sementara, nilai outstanding sukuk korporasi mencapai Rp62,97 triliun (tumbuh 13,93 persen ytd) dan nilai outstanding sukuk negara mencapai 1.704,34 triliun (tumbuh 4,71 persen ytd).