Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melesat pada perdagangan Jumat, 22 Agustus 2025. Kenaikan wall street terjadi setelah ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell mengisyaratkan bank sentral dapat mulai melonggarkan kebijakan moneter bulan depan.
Mengutip CNBC, Sabtu (23/8/2025), indeks Dow Jones naik 846,24 poin atau 1,89% mencapai level tertinggi baru dan ditutup ke posisi 45.631,74. Indeks S&P 500 melesat 1,52% dan ditutup ke level 6.466,91. Pada level tertingginya, indeks ini hanya terpaut tiga poin dari rekornya. Indeks Nasdaq mendaki 1,88% dan ditutup ke posisi 21.496,53.
Saham-saham teknologi megacap melonjak seiring komentar Powell. Saham Nvidia naik 1,7%, sedangkan saham Meta Platforms bertambah lebih dari 2%. Saham Alphabet dan Amazon masing-masing naik lebih dari 3%. Saham Tesla meroket sekitar 6%.
Dalam pidato di pertemuan tahunan bank sentral di Jackson Hole, Wyoming, Ketua the Fed Powell menuturkan, prospek dasar dan pergeseran keseimbangan risiko mungkin memerlukan penyesuaian sikap kebijakannya.
Ia menambahkan, keseimbangan risiko tampaknya bergeser antara mandat ganda bank sentral yakni lapangan kerja penuh dan harga stabil. Ia mengutip “perubahan besar” dalam kebijakan perpajakan, perdagangan dan imigrasi.
Harapan Penurunan Suku Bunga
Ekspektasi penurunan suku bunga seperempat poin pada September melonjak menjadi sekitar 83%, menyusul kecepatan penurunan dari sekitar 75% di awal pekan, menurut perangkat FedWatch CME Group.
"Standar sangat tinggi bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga dalam waktu kurang dari sebulan," kata Kepala Investasi di Northlight Asset Management, Chris Zaccarelli.
Kinerja Jumat bertolak belakang dengan aksi pasar yang jauh lebih suram minggu ini. Rata-rata saham utama memasuki sesi dengan penurunan minggu ini karena tekanan pada saham teknologi megacap. Reli terbaru membantu investor memulihkan sebagian besar kerugian dari awal pekan.
Selama seminggu, 30 saham Dow naik 1,5%, dan S&P 500 naik 0,3%, sementara Nasdaq turun 0,6%.
The Fed Beri Sinyal Pangkas Suku Bunga
Sebelumnya, Ketua the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) Jerome Powell telah memberikan sinyal besar terhadap harapan akan ada penurunan suku bunga pada September. Hal ini sebuah langkah yang telah dituntut oleh Presiden AS Donal Trump selama berbulan-bulan.
Mengutip BBC, Sabtu (23/8/2025), berbicara di hadapan para bankir sentral yang berkumpul di Jackson Hole, Wyoming, Powell juga berpendapat dampak inflasi dari tarif Trump dapat bersifat sementara.
Namun, ia tidak, seperti yang diperkirakan beberapa pihak, membahas tantangan tambahan yang dihadapinya dalam beberapa bulan terakhir: tekanan politik yang diberikan kepada bank sentral AS, rentetan ejekan Trump, dan tuntutan agar Powell dicopot dari jabatannya.
Pergeseran ke sikap yang lebih "dovish", yang menunjukkan pelonggaran biaya pinjaman, mendorong harga saham lebih tinggi.
Risiko Inflasi Meningkat
Para ekonom dan investor sudah memperkirakan suku bunga pinjaman akan turun dari kisaran 4,25 hingga 4,5% saat ini. Pelemahan pasar tenaga kerja AS baru-baru ini semakin meningkatkan ekspektasi tersebut, tetapi dampak tarif besar-besaran Trump terhadap harga telah menimbulkan keraguan.
"Dalam jangka pendek, risiko inflasi cenderung meningkat, dan risiko ketenagakerjaan cenderung menurun—sebuah situasi yang menantang," kata Powell.
Bank sentral biasanya memangkas suku bunga untuk mendorong pertumbuhan jika ada tanda-tanda perlambatan ekonomi dan penurunan lapangan kerja. Hal itu karena membuat konsumen dan bisnis lebih murah untuk meminjam.
Namun, mendorong pertumbuhan harus diimbangi dengan mengendalikan kenaikan harga. Suku bunga yang lebih tinggi dapat membantu mengendalikan inflasi, yang seringkali dianggap sebagai prioritas utama bank sentral.
Dampak Tarif Mulai Terlihat
Powell mengatakan dampak tarif terhadap harga konsumen kini "terlihat jelas", tetapi ia juga mengatakan ada alasan yang "wajar" inflasi akan "berlangsung relatif singka, perubahan tingkat harga yang hanya terjadi satu kali".
Ia mengatakan, perubahan harga akan membutuhkan waktu untuk berdampak, tetapi ia mengecilkan kemungkinan inflasi yang melekat akibat meningkatnya tuntutan upah, atau ekspektasi inflasi yang lebih tinggi.
Karena suku bunga sudah "berada di wilayah restriktif, cukup tinggi sehingga berdampak negatif pada aktivitas ekonomi. Powell menyatakan, "pergeseran keseimbangan risiko mungkin memerlukan penyesuaian sikap kebijakannya".
Satu-satunya momen Powell tampaknya merujuk pada tekanan ekstra yang diberikan oleh kepresidenan Trump adalah ketika ia memperingatkan agar tidak berasumsi pemotongan suku bunga pada September sudah pasti.
Ia berkata, "Kebijakan moneter tidak berada pada jalur yang telah ditentukan sebelumnya".