Intip Rapor Kinerja Keuangan Emiten BUMN Karya hingga September 2025

2 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Emiten-emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menyampaikan laporan kinerja keuangan Perseroan untuk periode yang berakhir pada September 2025. Kinerja saham emiten BUMN Karya beragam hingga September  2025.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)

WIKA membukukan rugi bersih sebesar Rp 3,21 triliun hingga kuartal III 2025, berbalik dari posisi laba Rp 741,43 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini terjadi di tengah penurunan pendapatan dan kontrak baru yang signifikan, meskipun perseroan berhasil menekan beban utang dan memperbaiki efisiensi operasional.

Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan bersih WIKA turun 27,54% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 9,09 triliun dibandingkan Rp 12,54 triliun pada kuartal III 2024. 

Penurunan terbesar berasal dari segmen infrastruktur dan gedung yang merosot 41,73% YoY menjadi Rp 3,95 triliun, serta segmen industri yang turun 25,36% YoY menjadi Rp 2,63 triliun. Hingga September 2025, kontrak baru yang diraih perseroan juga anjlok 60,25% YoY menjadi Rp 6,19 triliun dari Rp 15,58 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Dari sisi biaya, WIKA mencatatkan beban pokok pendapatan sebesar Rp 8,33 triliun atau turun 27,46% YoY. Namun, penurunan pendapatan membuat laba kotor turut menyusut 28,46% YoY menjadi Rp 758,31 miliar, dan setelah memperhitungkan berbagai beban serta pendapatan lain, perseroan mencatatkan rugi usaha sebesar Rp 215,99 miliar, berbalik dari laba usaha Rp 3,94 triliun pada kuartal III 2024.

Dari sisi neraca, WIKA mencatatkan total aset sebesar Rp 57,01 triliun dan liabilitas Rp 48,44 triliun per akhir September 2025, dengan ekuitas mencapai Rp 8,57 triliun. Namun, saldo kas dan setara kas tercatat turun tajam 72,43% YoY menjadi Rp 1,54 triliun, dari Rp 5,6 triliun pada kuartal III 2024.

PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT)

WSKT kembali mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 3,17 triliun pada kuartal III 2025, meningkat tipis dibandingkan rugi Rp 3 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan keuangan Perseroan, penurunan pendapatan usaha menjadi salah satu penyebab utama kerugian tersebut. Hingga akhir September 2025, pendapatan Waskita turun menjadi Rp 5,28 triliun, dari Rp 6,78 triliun pada tahun sebelumnya.

Meski beban pokok pendapatan juga menyusut dari Rp 5,78 triliun menjadi Rp 4,30 triliun, laba kotor perusahaan tetap melemah menjadi Rp 979,9 miliar, sedikit di bawah capaian Rp 995,1 miliar pada kuartal III 2024.

Beban-beban lain turut menekan kinerja, antara lain beban penjualan sebesar Rp 86 miliar, beban umum dan administrasi Rp 1 triliun, beban non-contributing plan Rp19,08 miliar, beban pajak final Rp 95,3 miliar, serta beban lain-lain bersih Rp 638,8 miliar.

Di sisi lain, Waskita memperoleh pendapatan bunga senilai Rp 421,4 miliar dan keuntungan selisih kurs bersih Rp 26,9 miliar. Namun demikian, perseroan tetap membukukan rugi bersih sebelum beban keuntungan dari entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar Rp 413,2 miliar, berbalik dari posisi laba Rp 189,8 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

PT PP (Persero) Tbk (PTPP)

PTPP mencatat penurunan tajam pada laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga kuartal III 2025 menjadi hanya Rp 5,5 miliar. Capaian tersebut merosot 97,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 267,2 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan Perseroan, penurunan laba tersebut disebabkan oleh melemahnya pendapatan PTPP yang turun menjadi Rp 10,7 triliun hingga kuartal III 2025, dari Rp 14 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Beban pokok pendapatan juga menurun menjadi Rp 9,12 triliun dibandingkan Rp 12,3 triliun pada kuartal III 2024, sehingga laba kotor perusahaan ikut menyusut menjadi Rp 1,61 triliun dari sebelumnya Rp 1,65 triliun.

Di sisi lain, sejumlah beban meningkat, antara lain beban usaha yang naik menjadi Rp 595,3 miliar, kerugian penurunan nilai yang melonjak menjadi Rp 224,9 miliar, serta beban keuangan yang bertambah menjadi Rp 1,5 triliun.

PT Adhi Karya Tbk (ADHI)

ADHI mencatat penurunan kinerja tajam sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025. Emiten konstruksi pelat merah ini hanya membukukan laba bersih sebesar Rp 4,42 miliar hingga akhir September 2025, merosot 93,62% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 69,32 miliar.

Anjloknya laba tersebut terutama disebabkan oleh penurunan signifikan pada pendapatan usaha. Hingga kuartal III 2025, pendapatan ADHI turun 38,28% secara tahunan dari Rp 9,16 triliun menjadi Rp 5,65 triliun.

Pendapatan tersebut terdiri atas segmen teknik dan konstruksi sebesar Rp 4,63 triliun, properti dan pelayanan Rp 256,65 miliar, manufaktur Rp 552,53 miliar, serta investasi dan konsesi Rp 211,84 miliar.

Sejalan dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan juga menyusut menjadi Rp 4,82 triliun dari sebelumnya Rp 8,29 triliun. Dengan demikian, perusahaan membukukan laba bruto sebesar Rp 833,65 miliar, hanya sedikit lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp 863,58 miliar.

Di sisi lain, ADHI berhasil menekan beban usaha menjadi Rp 573,16 miliar dari Rp 608,14 miliar, sehingga laba usaha tercatat naik tipis menjadi Rp 260,48 miliar dibandingkan Rp 255,43 miliar pada tahun sebelumnya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |