Liputan6.com, Jakarta - Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat merosot lebih dari 2% akibat aksi demonstrasi nasional, PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menilai kondisi ini justru membuka peluang investasi.
Sepanjang pekan lalu, investor asing masih mencatatkan aliran dana masuk (foreign inflow) sebesar Rp 1,3 triliun, sehingga sejumlah sektor diperkirakan bisa tetap meraih keuntungan di tengah ketidakpastian politik.
"Meskipun Jumat kemarin masih terlihat aliran dana asing masuk cukup besar di IHSG, tapi tidak menutup kemungkinan mereka balik arah karena efek ketidakpastian politik dalam negeri," tegas Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), David Kurniawan dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (2/9/2025).
Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) ditutup turun 1,21% atau 94,42 poin ke level 7.736,07, pada Senin, 1 September 2025. Sebanyak 557 saham turun, 185 naik, dan 214 stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 23,32 triliun. Sebanyak 37,27 miliar berpindah tangan dalam 2,29 juta kali transaksi.
Sentimen Global
Dari perspektif global, David menyoroti perlambatan arus modal internasional. Investor lebih berhati-hati setelah muncul isu mengenai independensi Federal Reserve Amerika Serikat, menyusul upaya Presiden Trump untuk memberhentikan salah satu gubernur The Fed. Kondisi ini membuat arus masuk dana ekuitas global menurun.
Di sisi lain, harga emas dunia kembali menguat hingga mencapai USD 3.448,5 per troy ounce, yang menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah. Situasi politik global, termasuk isu pergantian pejabat di The Fed, mendorong investor mencari instrumen aman seperti emas.
Sentimen Lokal
Dari dalam negeri, indeks keyakinan konsumen pada Juli tercatat meningkat ke 118,1 dari 117,8 pada bulan sebelumnya. Sub-indeks ekspektasi juga menunjukkan perbaikan, didorong oleh optimisme terkait pendapatan dan peluang kerja yang lebih baik.
Berbicara mengenai prospek pasar pada 1–5 September 2025, David menekankan bahwa perhatian utama investor akan tertuju pada dinamika unjuk rasa serta dampaknya terhadap pasar keuangan.
"Demonstrasi mahasiswa dan pekerja mengenai gaji DPR, dana pendidikan, dan program makan sekolah berujung pada penurunan IHSG lebih dari 2% dan pelemahan Rupiah hampir 1%. Bank Indonesia dan pengawas bursa perlu turun tangan untuk stabilisasi," tandasnya.
David memperkirakan IHSG masih berpotensi melemah dalam sepekan ke depan, seiring fokus pasar pada perkembangan aksi unjuk rasa dan langkah-langkah yang diambil otoritas, termasuk Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia, maupun OJK. Investor juga perlu memperhatikan level support IHSG pada kisaran 7.700–7.800.
Saham yang Dapat Dicermati
Melihat dinamika pasar pekan ini, David melihat ada beberapa saham yang dapat dicermati oleh investor. Adapun saham yang direkomendasikan IPOT meliputi:
ANTM
Buy ANTM (Current Price: 3.040, Entry: 3.040, Target Price: 3.250 (6,91%), Stop Loss: 2.950 (-2,96%), Risk to Reward Ratio 1:2,3). Harga komoditas emas kembali naik menyentuh all time high. Bahkan, pada Jumat pekan lalu saat IHSG bergerak turun, ANTM tetap tutup dengan candlestick yang sangat menarik. Dari sisi fundamental, berdasarkan kinerja 1H 2025, laba bersih ANTM naik 203%.
HRTA
Buy HRTA (Current Price: 690, Entry: 690, Target Price: 760 (10,14%), Stop Loss: 660 (-4,35%) dan Risk to Reward Ratio 1:2,3). HRTA sebagai toko butik emas akan sangat diuntungkan dengan komoditas emas yang terus naik. HRTA juga dikabarkan akan bekerjasama dengan BRIS untuk membentuk BSI gold. Dengan kerjasama ini tentu akan memperluas pangsa pasar HRTA.
SIDO
Buy SIDO (Current Price: 520, Entry: 520, Target Price: 550 (5,77%), Stop Loss: 505 (-2,88%) dan Risk to Reward Ratio 1:2,0). Perbaikan data keyakinan konsumen memberikan indikasi konsumsi masyarakat masih terjaga dan SIDO sebagai produk yang dapat dikonsumsi harian akan lebih resilience terhadap kondisi ekonomi saat ini serta secara pergerakan harga saat ini SIDO cukup dekat dengan area supportnya.