Liputan6.com, Jakarta - Sektor saham keuangan dinilai dapat menjadi penyeimbang portofolio di tengah volatilitas pasar.
Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh posisi 8.000 pada perdagangan intraday pekan lalu.
Analis Ajaib Sekuritas Rizal Rafly menilai, kenaikan IHSG itu menambah optimisme pasar, tetapi pada saat yang bersamaan juga menimbulkan pertanyaan mengenai valuasi pasar karena sudah memasuki area premium.
Hal ini seiring, data Bursa Efek Indonesia mencatat price to book value (PBV) IHSG kini berada di atas 2,2 kali.
"Biasanya pasar punya kecenderungan untuk melakukan koreksi jangka pendek setelah mencapai level valuasi setinggi ini,” kata Rizal seperti dikutip dari Antara, ditulis Minggu (24/8/2025).
Dia menuturkan, investor umumnya melakukan rotasi portofolio ke saham-saham dengan valuasi lebih murah dan fundamental yang solid. Pola ini lazim disebut value rotation atau value play.
“Investor akan mencari sektor-sektor yang relatif stabil, punya track record dividen, dan valuasinya masih di bawah pasar. Sektor keuangan adalah salah satunya,” kata dia.
PBV Sektor Keuangan
Berdasarkan data BEI, PBV sektor keuangan berada di kisaran 1,64 kali per akhir Juli 2025. Hal ini, menurut dia, membuat sektor keuangan relatif lebih rasional bagi investor yang ingin mengurangi risiko koreksi.
Selain itu, sektor keuangan dikenal konsisten dalam memberikan dividen. Perbankan besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), hingga PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) membagikan dividend payout ratio (DPR) yang cukup stabil di kisaran 40–60 persen.
Emiten Asuransi dan Multifinance
Di sisi lain, emiten asuransi dan multifinance juga rutin mengalokasikan dividen meski skalanya lebih kecil.
Dia mencontohkan, emiten asuransi yang memiliki valuasi murah yaitu PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) atau Tugu Insurance. Saham ini diperdagangkan dengan PBV di kisaran 0,31–0,34 kali dan rutin membagikan dividen.
Berdasarkan laporan keuangan audited 2024, TUGU membagikan dividen tunai sebesar Rp280 miliar atau Rp78,75 per saham dengan dividend payout ratio sekitar 40 persen. Adapun dividen yield TUGU tercatat lebih dari 7,6 persen pada harga saat ini.
“Di tengah volatilitas pasar, sektor keuangan bisa menjadi penyeimbang portofolio karena stabilitas kinerja dan komitmen dividen,” tutur Rizal.
Kinerja IHSG Sepekan
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan saham 19-22 Agustus 2025. Koreksi IHSG terjadi usai mencatat rekor tertinggi yang dipengaruhi sentimen internal dan eksternal.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG sepekan terpangkas 0,50% ke posisi 7.858,85 selama sepekan. Koreksi IHSG pekan ini lebih besar dari pekan lalu seiring IHSG susut 0,06% ke posisi 7.533,38.
Selain itu, kapitalisasi pasar BEI juga terpangkas 0,81% menjadi Rp 14.131 triliun dari pekan lalu di posisi Rp 14.247 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengatakan, IHSG melemah dipengaruhi sejumlah hal. Pertama, rilis suku bunga China yang masih tetap di tengah perang tarif dagang. Kedua, rilis BI Rate atau suku bunga acuan yang dipangkas menjadi 5% (vs 5,25%). “ Di mana hal itu di luar ekspektasi konsensus,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.
Aksi Beli Saham oleh Investor Asing
Ketiga, nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Keempat dari Jackson Hole Simposium, menurut dia, the Fed masih akan mempertahankan suku bunga acuan meski terdapat peluang yang secara konsensus akan ada pemangkasan suku bunga. Selain itu, ada aliran dana investor asing yang didorong sentimen suku bunga.
“Kelima, masih ada inflow asing yang kami perkirakan karena adanya ekspektasi pemangkasan suku bunga,” ujar dia.
Berdasarkan data BEI, investor asing masih melanjutkan aksi beli saham mencapai Rp 2,7 triliun selama sepekan. Sepanjang 2025, investor asing melepas saham Rp 52,44 triliun.
Di sisi lain, peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa pekan ini sebesar 10% menjadi 39,47 miliar saham dari 35,88 miliar saham pada pekan lalu.
Selain itu, rata-rata frekuensi transaksi harian selama sepekan meningkat 1,98% dari 2,08 juta kali transaksi menjadi 2,12 juta kali transaksi.