Liputan6.com, Jakarta PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) buka suara mengenai lonjakan saham perseroan dalam beberapa waktu terakhir. Direktur Utama PT Hotel Fitra International Tbk, Joni Rizal menegaskan bahwa lonjakan harga saham FITT murni merupakan bagian dari dinamika pasar.
Joni menjelaskan bahwa pergerakan saham FITT dan peningkatan volume transaksi mulai terlihat sejak 14 Mei 2025. Kala itu, saham FITT ditutup di level Rp 210 per lembar, dengan volume transaksi mencapai 9,62 juta saham.
Sehari berselang, harga saham melonjak 24,76 persen ke posisi Rp 262 per saham, dengan lonjakan volume mencapai 15,82 juta saham.
“Saya tegaskan, bahwa lonjakan harga ini murni dinamika pasar. Tidak ada intervensi atau aksi korporasi tertentu yang menjadi pemicu,” ujar Joni dalam paparan publik insidentil, Rabu (21/5/2025).
Keputusan BEI
Seiring lonjakan tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara perdagangan saham FITT pada Jumat, 16 Mei 2025 dalam rangka cooling down, sebagai bentuk perlindungan terhadap investor.
Penghentian ini merujuk pada Pengumuman BEI Nomor: Peng-SPT00079/BEI.WAS/05-2025 pada tanggal 15 Mei 2025 perihal Penghentian Sementara Perdagangan Saham Hotel Fitra International Tbk terjadi di Pasar Reguler dan Pasar Tunai.
Tak Ada Perubahan Pemegang Saham
Saat ini, harga saham FITT naik 1,52 persen ke posisi 268 saat berita ditulis. Dalam sepekan, saham FITT naik 16,52 persen dan naik 173,57 persen sejak awal tahun atau secara year to date (YTD).
Adapun saat ini pemegang saham pengendali tidak mengalami perubahan sejak melepas saham ke publik melalui mekanisme penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO).
Struktur kepemilikan saham Perseroan setelah Penawaran Umum Terbatas I yakni PT Gloria Inti Nusantara sebesar 23 persen atau sebanyak 300 juta saham. Kemudian Hendra Sutanto tercatat memiliki 18,94 persen atau sebanyak 247 juta saham. Sisanya sebesar 58,06 persen atau sebanyak 757,27 juta saham merupakan kepemilikan publik atau masyarakat.
Kinerja 2024
Meski menghadapi tantangan di sektor perhotelan, FITT terus berupaya menjaga momentum pertumbuhan bisnis. Perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,91 miliar pada kuartal pertama 2025, turun 52,95 persen dari Rp 4,06 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya. Rugi bersih tercatat sebesar Rp2,69 miliar, sedikit meningkat 9,79 persen dari Rp 2,45 miliar di kuartal pertama 2024.
Direktur Keuangan, Sukino menyatakan, Perseroan mencatatkan nilai aset pada kuartal pertama 2025 sebesar Rp 100,25 miliar atau turun 2,03 persen dari periode Desember 2024 sebesar Rp 102,33 miliar. Ekuitas FITT mengalami penurunan 3,46 persen menjadi Rp74,84 miliar dari Desember 2024 sama 2024 sebesar Rp 77,53 miliar.
Posisi hutang FITT naik tipis 2,5 persen sebesar Rp 25,41 miliar dari Desember 2024 sebesar Rp 24,79 miliar. Rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) berada di angka konservatif pada kuartal pertama 2025 sebanyak 0,34 kali. Rasio utang terhadap aset atau debt to asset ratio mencapai 0,25 kali dengan posisi current ratio yang tercatat 2,81 kali.
“Kami menyadari masih terdapat tantangan dalam hal pendapatan, namun manajemen berkomitmen menjalankan strategi pemulihan dan ekspansi yang terukur. Kami optimistis pada kuartal mendatang dapat melihat perbaikan,” ujar Sukino.
Rencana Pengembangan
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Operasional PT Hotel Fitra International Tbk, Tomi Tris mengungkapkan bahwa FITT baru saja memulai pembangunan Kertajati Umrah Park, proyek unggulan yang digarap oleh anak usaha yakni PT Fitra Amanah Wisata. Proyek ini dibangun di atas lahan seluas 4 hektare (ha) di Majalengka, dengan pendanaan berasal dari hasil Penawaran Umum Terbatas I sebesar Rp57,81 miliar.
Kertajati Umrah Park ditargetkan menjadi kawasan terpadu yang menggabungkan fasilitas wisata religi, hotel, dan pusat edukasi perjalanan ibadah. Proyek ini dijalankan melalui kerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka dan telah memiliki perjanjian kerja sama pemanfaatan lahan dengan masa berlaku 30 tahun.
Meskipun saat ini tengah berada dalam industri yang terdampak fluktuasi ekonomi dan pariwisata global, FITT berkomitmen terus menumbuhkan kinerja melalui diversifikasi bisnis dan efisiensi operasional.
“Kami sedang menyiapkan beberapa strategi untuk mengoptimalkan kinerja sepanjang tahun ini. Dengan memaksimalkan potensi kawasan strategis seperti Majalengka yang memiliki prospek pariwisata menjanjikan,” kata Tomi.