Payung Geulis, Warisan Seni Khas Jawa Barat Penuh Warna dan Makna

7 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Payung Geulis adalah salah satu bentuk kerajinan tangan tradisional khas Jawa Barat yang mencerminkan kekayaan budaya, estetika lokal, serta keterampilan tinggi para perajinnya.

Secara harfiah, Payung Geulis berasal dari bahasa Sunda, di mana payung berarti pelindung dari hujan atau panas, dan geulis berarti cantik. Maka, Payung Geulis dapat dimaknai sebagai payung cantik yang bukan sekadar alat pelindung dari cuaca, melainkan juga simbol seni dan keindahan.

Kerajinan ini telah dikenal luas sebagai hasil kreasi dari Kota Tasikmalaya, yang memang sejak lama menjadi pusat kegiatan kerajinan tangan dan industri kreatif di Jawa Barat.

Payung Geulis terbuat dari bahan-bahan alami seperti bambu untuk rangka, dan kain atau kertas khusus sebagai penutupnya, yang kemudian dihias dengan lukisan tangan penuh warna yang menggambarkan flora, fauna, motif tradisional, hingga simbol-simbol filosofis dari budaya Sunda.

Para pengrajin Payung Geulis tidak hanya menciptakan sebuah benda fungsional, namun juga menyematkan nilai-nilai estetika, budaya, serta identitas lokal ke dalam tiap helai dan lekuk payung yang mereka buat, menjadikannya tidak hanya indah untuk dipandang, tetapi juga mengandung nilai sejarah dan simbolisme yang kuat.

Proses pembuatan Payung Geulis sendiri memerlukan ketelitian tinggi, kesabaran, serta keahlian yang telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

Proses awal dimulai dari pemilihan bambu yang tepat, yakni bambu yang kuat namun lentur seperti bambu tali atau bambu hitam, yang kemudian dipotong kecil, dibelah, diraut, dan disusun menjadi rangka utama payung.

Setelah rangka selesai, barulah bagian penutupnya dipasang, menggunakan kertas minyak khusus atau kain putih halus, yang kemudian direkatkan secara manual dan dijemur hingga kering sempurna. Setelah tahap dasar selesai, proses inti dimulai: pengecatan dan pelukisan.

Keharmonisan Manusia

Inilah bagian yang benar-benar menampilkan keunikan Payung Geulis, karena setiap lukisan dilakukan secara manual oleh para seniman lokal. Motif-motif bunga seperti melati, mawar, anggrek, serta motif burung atau kupu-kupu menjadi favorit.

Sebab tidak hanya mencerminkan alam Jawa Barat yang indah, tetapi juga memiliki makna filosofis bunga sebagai simbol kesucian dan keanggunan, kupu-kupu sebagai lambang transformasi, dan burung sebagai representasi kebebasan jiwa.

Tidak jarang pula, Payung Geulis dipakai dalam berbagai upacara adat, pertunjukan tari, atau acara resmi sebagai pelengkap busana tradisional, yang menjadikannya tak hanya produk seni, tapi juga bagian dari ritual budaya masyarakat Sunda.

Dalam perkembangannya, Payung Geulis mengalami berbagai dinamika seiring dengan perubahan zaman dan selera masyarakat. Jika dulu Payung Geulis digunakan secara fungsional oleh kaum bangsawan atau sebagai pelengkap upacara adat, kini payung ini lebih banyak dijadikan sebagai dekorasi interior, suvenir, atau properti seni pertunjukan.

Namun, perubahan fungsi tersebut tidak lantas mengurangi nilainya; sebaliknya, justru membuka peluang baru untuk menjaga kelestariannya di tengah arus modernisasi. Pemerintah daerah, komunitas seniman, serta pelaku ekonomi kreatif di Tasikmalaya dan sekitarnya telah banyak berperan dalam mengangkat kembali eksistensi Payung Geulis ke panggung nasional maupun internasional.

Mereka mengadakan pelatihan, festival, hingga pameran seni budaya untuk memperkenalkan dan memasarkan Payung Geulis kepada generasi muda serta wisatawan mancanegara. Inisiatif ini penting karena generasi muda kini lebih akrab dengan produk modern dan sering kali tidak mengetahui nilai-nilai lokal yang tersimpan dalam warisan kerajinan seperti ini.

Oleh karena itu, membangkitkan kembali kecintaan terhadap kerajinan tradisional seperti Payung Geulis menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pelestarian budaya di era global. Keunikan Payung Geulis tidak hanya terletak pada wujudnya yang indah atau teknik pembuatannya yang rumit, tetapi juga pada kemampuannya menjadi medium komunikasi budaya yang lentur.

Ia dapat menyampaikan pesan tentang keindahan alam, nilai-nilai sosial, dan filosofi hidup masyarakat Sunda tanpa menggunakan kata-kata. Sebuah Payung Geulis dapat berbicara lewat motifnya tentang keharmonisan manusia dengan alam, tentang kebijaksanaan dalam hidup yang seimbang, serta tentang pentingnya melestarikan identitas di tengah perubahan.

Dalam konteks kekinian, Payung Geulis bisa pula dianggap sebagai bentuk perlawanan halus terhadap arus homogenisasi budaya global, yakni dengan menunjukkan bahwa tradisi lokal tetap relevan, estetis, dan adaptif.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Foto Pilihan

Sejumlah pelajar Sekolah Dasar (SD) menyeberangi sungai Cihideung untuk menuju sekolah mereka di Kampung Sempur, Kabupatan Bogor, Jawa Barat, Selasa (15/4/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |