Liputan6.com, Jakarta - Saham Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) terpantau berada di zona merah pada perdagangan hari ini, Kamis 6 Februari 2025. Saham BMRI turun 7,24 persen ke posisi 5.125 pada penutupan sesi I.
Saham Bank Mandiri bergerak di level tertinggi Rp 5.425 dan level terendah Rp 5.100 per saham. Total frekuensi perdagangan 57.436 kali dan volume perdagangan 3.038.750 saham. Nilai transaksi Rp 1,6 triliun.
Gerak saham BMRI ini terjadi usai perseroan menyampaikan kinerja tahun buku 2024. Pada periode tersebut, Bank Mandiri membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 55,8 triliun pada akhir tahun 2024 naik 1,31 persen secara yoy. Secara kuartalan, laba bersih sebesar Bank Mandiri tercatat sebesar Rp 13,8 triliun pada kuartal IV 2024, turun 14 persen dibanding kuartal IV 2023, dan turun 11 persen dibanding kuartal III 2024.
"Kinerja Bank Mandiri sejalan dengan ekspektasi karena setara 99 persen dari estimasi 2024 konsensus. Kinerja ini didukung oleh, Net Interest Margin (NIM) yang sesuai panduan, Cost of Credit (CoC) mencapai level all–time low, pertumbuhan kredit yang solid, dan beban operasional yang membengkak," ulas Investment Analyst Leas Stockbit, Rahmanto Tyas Raharja, dikutip KAmis (9/2/2025).
NIM bank only yang merupakan concern pada kuartal III 2024, membaik pada kuartal IV 2024 ke level 4,95 persen dibandingkan kuartal III 2024 yang sebesar 4,86 persen dan kuartal IV 2023 sebesar 4,96 persen. Hasil ini membuat NIM konsolidasi selama 2024 tercatat di level 5,15 persen dibandingkan 2023 sebesar 5,48 persen, sejalan dengan panduan 2024 manajemen di kisaran 5–5,3 persen.
Loan yield meningkat seiring adanya repricing di beberapa segmen kredit dan diperkirakan akan tetap tinggi setidaknya hingga 1H25. Di sisi lain, NIM tertekan oleh Cost of Fund (CoF) yang meningkat, utamanya dari peningkatan CoF pada Time Deposits (TD). Manajemen BMRI menargetkan NIM pada 2025 di kisaran 5–5,2 persen, cenderung stabil dibandingkan realisasi dan panduan 2024.
CoC Capai Level All–Time Low, Target CoC 2025 di 1–1,2 persen
BMRI mencatatkan CoC di level 0,79 persen selama 2024 dibanding 2023 yang sebesar 0,85 persen, lebih baik dari panduan 2024 manajemen di level ≤1 persen sekaligus menandai CoC tahunan terendah sepanjang sejarah perseroan. Hasil tersebut didukung oleh kualitas aset yang terjaga, dengan Gross Non Performing Loan (NPL) membaik ke level 1,12 persen dibanding kuartal IV 2023 yang sebesar 1,19 persen atau pada kuartal III 2024 yang sebesar 1,13 persen.
Sedangkan Loan–at–Risk (LAR) berhasil tercatat di bawah level pra–pandemi menjadi 6,76 persen dibanding kuartal IV 2023 yang sebesar 8,62 persen dan kuartal III 2024 yang tercatat sebesar 7,51 persen. Manajemen BMRI menargetkan CoC ternormalisasi pada kisaran 1–1,2 persen selama 2025.
BMRI mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 19,5 persen yoy, melampaui panduan 2024 manajemen di kisaran 16–18 persen yoy. Pertumbuhan kredit didukung oleh segmen wholesale yang tumbuh 26 persen yoy, utamanya didorong oleh segmen corporate.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) hanya tumbuh 7,7 persen yoy, sehingga Loan–to–Deposit Ratio (LDR) konsolidasi mencapai 98 persen pada kuartal IV 2024.
Sisi Operasional
BMRI menargetkan LDR dapat ternormalisasi dan turun ke kisaran 90–95 persen selama 2025, dengan pertumbuhan kredit melandai ke kisaran 10–12 persen yoy.
"Performa laba bersih BMRI pada kuartal IV 2024 lebih tertekan oleh beban operasional yang membengkak," kata Rahmanto.
Dari sisi operasional, Pre–Provision Operating Profit (PPOP) turun menjadi Rp 21,1 triliun pada kuartal IV 2024 atau turun 6,8 persen yoy, seiring beban operasional yang membengkak 23 persen yoy. Hal ini terjadi seiring beban umum dan administrasi yang naik signifikan pada kuartal IV 2024 sebesar 41 persen yoy, dan selama 2024 naik 17 persen yoy.
"Kami menilai kinerja BMRI sebagai kinerja yang netral. Kami melihat performa NIM yang sejalan dengan panduan 2024 sebagai aspek positif dari kinerja BMRI pada kuartal IV 2024, mengingat NIM merupakan concern dari performa BMRI pada 9M24," terang Rahmanto.
Ke depan, tantangan pada 2025 lebih dititikberatkan pada aspek likuiditas, yang dapat mempengaruhi CoF dan NIM. Hal ini utamanya mengingat LDR perseroan sudah berada di level yang cukup tinggi.
Kisi-Kisi Dividen Tahun Buku 2024
Bank Mandiri menegaskan komitmennya untuk memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk investor. Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Sigit Prastowo mengatakan, Bank berlogo pita emas ini akan melakukan pembagian dividen kepada pemegang saham untuk tahun buku 2024.
"Selama 5 tahun terakhir Bank Mandiri secara konsisten menjaga tingkat dividend payout ratio itu stabil di level 60 persen. Ini tentu sesuai dengan arahan Kementerian BUMN sebagai pemegang saham utama," kata Sigit dalam Paparan Kinerja Keuangan Tahun 2024 Bank Mandiri.
Namun demikian, Sigit menegaskan bahwa penentuan dividend payout ratio ini mempertimbangkan berbagai macam hal untuk menjaga kondisi permodalan yang sehat dan juga rentabilitas yang optimal. Khususnya untuk mendukung pertumbuhan bisnis jangka panjang yang perlu berkelanjutan.
"Ke depannya kami akan terus mempertahankan kinerja dari Mandiri grup untuk dapat terus meningkatkan value kepada stakeholder khususnya pemegang saham," imbuh Sigit. Adapun kewenangan untuk penetapan dividend payout ratio dimiliki oleh pemegang saham utama BMRI, yakni pemerintah melalui Kementerian BUMN.