Liputan6.com, Jakarta - Penggiat Pasar Modal Indonesia, Reydi Octa menilai, kinerja emiten menara telekomunikasi (telko) masih menjanjikan pada paruh kedua 2025. Salah satu emiten, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), mencatatkan pertumbuhan laba yang lebih unggul dibanding para kompetitornya.
"Semester I 2025 TBIG mencatatkan laba yang tumbuh dua digit yaitu 12,4% YoY melampaui MTEL dan TOWR yang tumbuh masing-masing sekitar +2,8% YoY. Kinerja TBIG mengungguli MTEL dan TOWR dikarenakan pertumbuhan penyewaan organik (tenancy ratio) yang masih sehat seperti yang pernah dipaparkan CEO TBIG, Hardi Wijaya,” ujar Reydi kepada Liputan6.com, Selasa (19/8/2025).
Prospek Menjanjikan
Untuk semester II secara umum prospeknya menjanjikan, dengan adanya katalis positif seperti ekspansi jaringan ke luar Jawa dan perluasan fiber optik agar bisa terdistribusi lebih merata, selain itu penurunan suku bunga bisa menjadi sentimen positif juga untuk sektor ini.
Ia menambahkan, katalis utama yang biasanya ditunggu investor dalam sektor menara telekomunikasi adalah merger antar emiten, ekspansi jaringan, hingga tren penurunan suku bunga yang berdampak pada beban utang. Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah juga berpotensi menjadi penopang.
Penggerak Sektor Saham
"Sentimen yang biasa dinantikan untuk penggerak sektor telko di semester II adalah merger emiten, ekspansi jaringan dan fiber optik yang lebih agresif, tren penurunan suku bunga ke depan, juga nilai tukar rupiah yang menguat untuk meringankan beban utang USD," ujar Reydi.
Sementara itu, ia mencatat dana asing lebih memilih masuk ke saham-saham besar, terutama TLKM, dibandingkan emiten menara. Dalam sepekan terakhir, investor asing tercatat membukukan net buy Rp1,47 triliun di saham TLKM, seiring dengan valuasi yang dinilai menarik serta dominasi TLKM di pasar telekomunikasi nasional.
Rapor Emiten Menara Telekomunikasi TOWR, TBIG, dan MTEL
Sebelumnya, emiten-emiten raksasa menara telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) membukukan kinerja keuangan yang positif sepanjang semester I 2025.
PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), emiten infrastruktur menara telekomunikasi Grup Djarum, mencatatkan kinerja positif pada paruh pertama tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan semester I 2025, TOWR membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,65 triliun, tumbuh sekitar 3,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp1,60 triliun.
Pertumbuhan laba tersebut sejalan dengan peningkatan pendapatan perseroan yang naik 3,9 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp6,39 triliun dari sebelumnya Rp6,15 triliun pada semester I 2024.
Segmen penyewaan menara masih menjadi kontributor utama, dengan pelanggan terbesar antara lain XL Axiata (XLSMART) sebesar 42 persen, Indosat Ooredoo Hutchison 35 persen, dan Telkomsel 12 persen dari total pendapatan.
Kinerja TBIG
Selain itu, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) melaporkan kinerja keuangan untuk paruh pertama tahun 2025 dengan pendapatan sebesar Rp 3,45 triliun dan EBITDA mencapai Rp 2,97 triliun.
Bila kinerja kuartal II disetahunkan, pendapatan tahunan TBIG diperkirakan mencapai Rp 6,88 triliun, sementara EBITDA mencapai Rp 5,96 triliun.
Adapun untuk laba bersih, TBIG berhasil mencatatkan laba sebesar Rp 822,6 miliar pada semester I 2025. Hingga akhir Juni 2025, TBIG mengoperasikan 24.056 site telekomunikasi yang terdiri dari 23.945 menara dan 111 jaringan in-building (DAS).
Jumlah penyewaan yang tercatat sebanyak 42.663, dengan 42.552 di antaranya berada pada menara telekomunikasi. Hal ini menghasilkan rasio kolokasi sebesar 1,78 kali.
Kinerja Mitratel
Anak usaha PT Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,09 triliun sepanjang semester pertama 2025 atau naik 2,9 persen secara tahunan.
Hingga akhir Juni 2025, emiten dengan kode saham MTEL ini membukukan pendapatan sebesar Rp4,59 triliun atau mencatat pertumbuhan sebesar 3,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan tenant organik, perluasan layanan fiberisasi, dan kontribusi dari segmen nontower.