Mengenal Linto Baro, Lambang Kebesaran dan Keagungan Lelaki Aceh Dalam Balutan Adat

1 day ago 13

Liputan6.com, Jakarta - Linto Baro bukan sekadar pakaian adat ia adalah perwujudan jati diri, kehormatan, dan kebesaran seorang laki-laki Aceh. Di balik tiap helai kain dan hiasan yang melekat padanya, tersimpan warisan sejarah, nilai budaya, serta makna filosofis yang dalam, menjadikannya lebih dari busana tradisional biasa.

Salah satu pakaian adat Aceh ini kerap dikenakan dalam berbagai acara adat, seperti upacara pernikahan, penyambutan tamu agung, serta momen-momen penting dalam lingkup pemerintahan dan kenegaraan di Tanah Rencong.

Warna hitam yang mendominasi pakaian ini bukanlah sekadar pilihan estetika, melainkan simbol kekuatan, kebesaran, serta kewibawaan laki-laki Aceh yang kokoh dan tegas, namun tetap menjunjung tinggi adat dan nilai-nilai kesopanan.

Secara umum, Linto Baro terdiri atas beberapa bagian utama yang menyatu harmonis membentuk satu kesatuan yang gagah dan berwibawa. Di bagian atas, lelaki Aceh mengenakan baju meukasah, sejenis jas dengan potongan tegak dan lengan panjang yang biasanya terbuat dari kain beludru atau katun tebal berwarna hitam.

Warna hitam ini memiliki makna spiritual sebagai warna yang netral dan tidak mencolok, melambangkan kedewasaan, keteguhan hati, dan kesederhanaan dalam kebesaran. Hiasan benang emas atau sulaman indah di bagian tepi dan dada menambah kesan agung dan menunjukkan status sosial.

Bagian bawah dilengkapi dengan celana sileue, sejenis celana longgar khas Melayu yang nyaman namun tetap menjaga penampilan yang sopan. Tak ketinggalan, iwan atau kain sarung khas Aceh disematkan di pinggang sebagai simbol kemuliaan dan etika dalam berpakaian, serta menandakan kesiapan seorang lelaki dalam menjalani peran sosialnya di tengah masyarakat.

Kelengkapan lain yang tak terpisahkan dari Linto Baro adalah meukeutop, penutup kepala yang bentuknya menyerupai songkok namun lebih tinggi dan biasanya dihiasi sulaman emas atau motif khas Aceh. Meukeutop bukan hanya pelengkap visual, tetapi juga lambang kepemimpinan, kebijaksanaan, dan kehormatan.

Dalam konteks acara pemerintahan atau pertemuan resmi, meukeutop menjadi identitas yang menunjukkan bahwa pemakainya bukan orang biasa, melainkan seseorang yang dipercaya dan dihormati.

Simak Video Pilihan Ini:

Razia Knalpot Brong di Pemalang, Puluhan Disita

Warisan Budaya

Selain itu, pada beberapa kesempatan, lelaki yang mengenakan Linto Baro juga membawa rencong, senjata tradisional Aceh yang dikenal sakral dan penuh simbolisme.

Rencong bukan sekadar alat pertahanan diri, tetapi manifestasi keberanian, tanggung jawab, serta kesiapan untuk melindungi martabat dan tanah kelahirannya. Kehadiran rencong melengkapi keseluruhan penampilan Linto Baro, menjadikannya bukan hanya busana, melainkan simbol peran ganda seorang laki-laki Aceh sebagai pelindung dan pemimpin.

Sebagai warisan budaya yang kaya makna, Linto Baro terus dilestarikan dalam berbagai momen penting, baik dalam konteks adat maupun pemerintahan. Dalam pernikahan adat Aceh, misalnya, mempelai pria wajib mengenakan Linto Baro sebagai penanda status barunya sebagai seorang suami yang siap memikul tanggung jawab keluarga.

Dalam seremoni kenegaraan, pejabat atau tokoh adat yang hadir mengenakan Linto Baro menandakan keterikatan yang dalam terhadap budaya leluhur serta semangat menjaga identitas daerah di tengah arus modernisasi. Keanggunan dan kekuatan simbolik Linto Baro bahkan menjadikannya ikon dalam promosi budaya Aceh, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa setiap kali seorang lelaki Aceh mengenakan Linto Baro, ia sedang merayakan warisan leluhur sekaligus menyampaikan pesan tentang nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.

Dalam dunia yang semakin seragam oleh arus globalisasi, Linto Baro berdiri kokoh sebagai bukti bahwa kekuatan budaya dan identitas tidak lekang oleh waktu. Ia bukan hanya pakaian, tetapi representasi dari kearifan lokal, sejarah panjang perjuangan, serta pandangan hidup masyarakat Aceh yang menjunjung tinggi kehormatan, tanggung jawab, dan kebesaran hati.

Setiap sulaman emas, setiap lipatan kain, dan setiap gerakan dalam balutan Linto Baro adalah pernyataan diam namun tegas bahwa lelaki Aceh adalah sosok yang berakar pada nilai, berbaju kebesaran, dan berjalan dengan keyakinan akan warisan nenek moyang yang tidak akan pernah pudar.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |