Melihat Prospek Emiten Rokok pada Semester II 2025

1 month ago 25

Liputan6.com, Jakarta - Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, menilai prospek emiten rokok pada semester II 2025 masih cenderung melemah. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk kebijakan cukai, peredaran rokok ilegal, dan daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya.

"Di sini wait and see ya, untuk emiten basis rokok, ya karena masih bearish consolidation. Jadi tentunya prospek emiten rokok pada semester kedua, ya bisa jadi nanti masih relatively underwhelming, karena di semester satu pun juga masih relatively underwhelming," ujar Nafan kepada Liputan6.com, Selasa (12/8/2025).

Menurutnya, jika ketiga faktor tersebut dapat dimitigasi, hal itu berpotensi menjadi katalis positif bagi peningkatan kinerja penjualan. Namun, ia menegaskan bahwa potensi tersebut belum terlihat kuat pada paruh kedua tahun ini.

Selain itu, Nafan mendorong emiten rokok untuk lebih gencar menjalankan strategi diversifikasi bisnis di luar industri tembakau. Ia mencontohkan langkah PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang telah merambah sektor infrastruktur jalan tol untuk mendapatkan pendapatan berulang.

"Kalau GGRM itu sudah pasti, sudah diversifikasi bisnis ke program infrastruktur. Jadi ini tujuannya untuk mendapatkan recurring income," kata Nafan.

Kinerja Emiten Rokok hingga Juni 2025

Emiten-emiten rokok membukukan kinerja keuangan beragam sepanjang semester I 2025. Dari emiten rokok yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), hanya satu emiten yang mencetak pertumbuhan penjualan dan laba.

PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) meraih penjualan Rp 55,17 triliun hingga Juni 2025. Penjualan HMSP turun 4,57% dari periode sama tahun sebelumnya Rp 57,81 triliun. Demikian mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (13/8/2025).

Sementara itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk HMSP tercatat Rp 2,12 triliun hingga Juni 2025. Laba merosot 35,82% dari Juni 2024 sebesar Rp 3,31 triliun.

Kinerja Emiten Rokok Lainnya

Dalam riset Stockbit menyebutkan, kinerja laba bersih HMSP tersebut jauh di bawah ekspektasi (28% estimasi 2025 konsensus vs rata-rata dua tahun terakhir:48% realisasi tahunan).

Kinerja laba bersih Perseroan ditekan oleh beban pajak one-off pada kuartal II 2025 seiring ada penyesuaian pajak periode lalu. Secara operasional, laba kotor mencatatkan pertumbuhan tahunan yang positif. Laba kotor HMSP tumbuh 11,03% dari periode sama tahun sebelumnya Rp 8,68 triliun.

Penurunan kinerja penjualan dan laba ini juga diikuti PT Gudang Garam Tbk (GGRM). PT Gudang Garam Tbk mencetak pendapatan Rp 44,36 triliun hingga Juni 2025. Pendapatan Perseroan turun 11,29% dari semester I 2024 sebesar Rp 50,01 triliun.

Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk terpangkas 87,3% menjadi Rp 117,16 miliar hingga Juni 2025 dari periode Juni 2024.

Selain itu, PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) juga mencatat penjualan turun tipis 8,4% menjadi Rp 149,64 miliar hingga Juni 2025. Pada semester I 2024, Perseroan meraup penjualan Rp 163,37 miliar.

Sementara itu, laba tahun berjalan tercatat Rp 7,75 miliar hingga semester I 2025. Laba tahun berjalan merosot 7,85% dari periode sama tahun sebelumnya Rp 8,41 miliar.

Di sisi lain, PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) mencatat pertumbuhan penjualan dan laba. Penjualan WIIM mencapai Rp 2,87 triliun hingga Juni 2025, naik 29,64% dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,22 triliun.

Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat Rp 148,27 miliar hingga semester I 2025 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 147,24 miliar.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

OJK Ungkap 74% Emiten Raup Laba pada Semester I 2025

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan sebagian besar emiten mencatatkan kinerja keuangan positif pada paruh pertama tahun 2025.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan berdasarkan data yang masuk itu lebih dari 800 emiten saham yang telah menyampaikan laporan keuangan tengah tahunan. 

“Di luar jumlah tersebut masih ada yang akan menyampaikan di bulan Agustus ataupun September, karena akan menyampaikan laporan tahunan tersebut versi audited atau limited review,” ujar Inarno dalam konferensi pers RDKB Juli 2025, Selasa (5/8/2025).

Ia mengungkapkan dari jumlah laporan yang telah diterima, mayoritas emiten berhasil mencetak laba. Sebesar 74% diantaranya membukukan laba perusahaan, sementara apabila dilihat dari sisi kinerja, 53% emiten memiliki kinerja yang meningkat dibandingkan kinerja semester 1 tahun sebelumnya.

Sektor Energi Alami Tekanan

Inarno menjelaskan, secara agregat nilai laba bersih yang dibukukan emiten pada semester I 2025 mengalami peningkatan sebesar 21,20% dibandingkan semester I 2024.

“Di mana peningkatan laba ini didominasi oleh sektor basic material, lalu consumer cyclicals dan technology. Itu yang kira-kira yang meningkat semuanya,” tuturnya.

Sementara itu, tidak semua sektor mengalami perbaikan kinerja. Inarno menambahkan, sektor energi menjadi salah satu sektor yang mengalami tekanan. 

“Sedangkan yang sektor energi itu merupakan salah satu sektor yang mengalami tekanan karena penurunan pendapatan dan juga profit yang disebabkan oleh menurunnya tren harga komoditi sektor energi pada kuartal 1 2025,” pungkasnya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |