Jahja Setiaatmadja Lepas 1 Juta Saham BBCA, Raup Rp 8,75 Miliar

1 month ago 25

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melaporkan adanya transaksi penjualan saham oleh salah satu pejabatnya, Jahja Setiaatmadja. Aksi korporasi ini tercatat dilakukan pada 12 Agustus 2025 dengan tujuan diversifikasi portofolio.

Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan BCA kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dikutip Minggu (17/8/2025), Presiden Komisaris BBCA Jahja Setiaatmadja melepas sebanyak 1.000.000 lembar saham biasa BCA dengan harga Rp 8.750 per lembar. Dari transaksi tersebut, ia meraup dana senilai Rp 8,75 miliar.

Sebelum transaksi, Jahja tercatat menggenggam 35.805.144 lembar saham atau sekitar 0,03% dari total kepemilikan di BCA. Usai penjualan, kepemilikannya berkurang menjadi 34.805.144 lembar saham, dengan status kepemilikan langsung.

Corporate Secretary BCA, I Ketut Alam Wangsawijaya, menyampaikan laporan transaksi ini sebagai bentuk kepatuhan perseroan terhadap Peraturan OJK No. 4 Tahun 2024 terkait keterbukaan informasi atas setiap transaksi saham oleh pihak internal perusahaan.

Pada perdagangan Jumat (15/8/2025), saham BBCA dibuka di angka Rp 8.825 dan ditutup turun 75 poin atau 0,85% menjadi Rp 8.700. Sepanjang perdagangan, saham BCA sempat mencetak level tertinggi Rp 8.850 dan terendah Rp 8.700.

BCA Cetak Laba Bersih Rp 29 Triliun Semester I 2025

Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan entitas anak berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 8% secara tahunan (year-on-year/yoy), menjadi Rp29 triliun pada semester I-2025.

"Kinerja laba bersih BCA dan Entitas Anak tumbuh 8% year on year, menjadi Rp 29 triliun pada semester I-2025," kata Presiden Direktur BCA, Hendra Lembong, dalam konferensi pers paparan Kinerja Semesetr I-2025, Rabu (30/7/2025).

Lebih lanjut, Hendra menyatakan bahwa pertumbuhan laba bersih tersebut merupakan hasil dari strategi penyaluran kredit yang selektif dan prudent, disertai manajemen risiko yang disiplin.

Kontribusi terbesar terhadap laba berasal dari peningkatan pendapatan bunga bersih, seiring dengan pertumbuhan kredit di seluruh segmen. Total penyaluran kredit BCA per Juni 2025 mencapai Rp 959 triliun atau tumbuh 12,9% yoy.

"PT Bank Sentral Asia TBK, BBCA dan Entitas Anak membukukan pertumbuhan kredit sebesar 12,9% secara tahunan year on year, menjadi Rp 959 triliun per Juni 2025," ujarnya.

Performa Pembiayaan

Selain itu, efisiensi operasional dan peningkatan transaksi digital juga ikut menopang profitabilitas perusahaan. Hal ini memperkuat posisi BCA sebagai salah satu bank dengan kinerja terbaik di industri perbankan nasional.

Hendra menyampaikan, pertumbuhan laba bersih BCA tak lepas dari performa positif di lini pembiayaan. Kredit korporasi tumbuh 16,1% yoy menjadi Rp 451,8 triliun, disusul kredit komersial yang naik 12,6% menjadi Rp 143,6 triliun. Kredit UKM juga mencatatkan pertumbuhan 11,1% menjadi Rp127 triliun.

Di sisi konsumer, KPR masih menjadi penopang utama dengan kenaikan 8,4% menjadi Rp 137,6 triliun. Kredit kendaraan bermotor (KKB) juga naik 5,2% menjadi Rp 65,4 triliun. Secara keseluruhan, kredit konsumer tumbuh 7,6% yoy hingga mencapai Rp 226,4 triliun.

"Outstanding pinjaman konsumer lainnya yang sebagian besar adalah kartu kredit, tumbuh 9,4% year on year, mencapai Rp 23,4 triliun. Kualitas pinjaman BCA terjaga solid, tercermin dari rasio Loan at Risk atau LAR 5,7% pada semester I-2025, membaik dari 6,4% pada tahun sebelumnya," ujarnya.

Dana Pihak Ketiga

Selain dari sisi kredit, kinerja BCA juga ditopang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp1.190 triliun per Juni 2025, naik 5,7% yoy. Komposisi dana murah (giro dan tabungan/CASA) masih mendominasi, yakni sebesar 82,5% dari total DPK, naik 7,3% menjadi Rp 982 triliun.

"Total dana pihak ketiga, DPK naik 5,7% year on year, menyentuh Rp1,190 triliun per Juni 2025. Dana giro dan tabungan CASA secara konsolidasi berkontribusi sekitar 82,5%, dari total DPK tumbuh 7,3% mencapai Rp 982 triliun," ujarnya.

Dari sisi digitalisasi, BCA juga mencatat pertumbuhan volume transaksi yang signifikan. Total frekuensi transaksi yang diproses naik 17% yoy dan meningkat 3,5 kali lipat dalam lima tahun terakhir, didorong oleh transaksi melalui mobile banking dan internet banking yang naik 19%.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |