Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI), mencatat jumlah investor pasar modal mencapai 17,59 juta investor sampai dengan 8 Agustus 2025, meningkat 2,7 juta investor. Direktur Utama BEI, Iman Rachman menjelaskan jumlah investor aktif bertransaksi bulanan mencapai 726 ribu.
Dia menuturkan, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan periode sebelum pandemi, bahkan menunjukkan aktivitas yang lebih besar selama pandemi.
Ia menekankan, peningkatan ini tidak hanya terlihat dari jumlah investor, tetapi juga dari tingkat aktivasi mereka dalam transaksi harian, bulanan, maupun tahunan yang mencatat pertumbuhan signifikan.
Sementara itu, data investor saham terdapat dan surat berharga lainnya terdapat peningkatan lebih dari 1 juta investor sejak tahun 2024 menjadi 7,5 juta investor saham sampai dengan 8 Agustus 2025.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Samsul Hidayat menjelaskan, dalam perkembangannya, jumlah SID pasar modal bertumbuh signifikan dari jumlahnya sebanyak 7.489.337 per akhir 2021, dan pada 2023 bertambah menjadi 12.168.061 SID.
"Lompatan yang dilakukan pasar modal kita dalam 5 tahun terakhir jauh melebihi tahun-tahun sebelumnya. Ini disebabkan dan didukung oleh segala infrastruktur yang sudah ada dan perkembangan ekonomi secara keseluruhan,” jelasnya.
Hal ini menjadi indikator stabilitas kepercayaan dan animo investor terhadap pasar modal Indonesia tetap terpelihara di tengah tekanan dan ketidakpastian kondisi ekonomi secara global dan domestik.
Adapun secara demografinya, kebanyakan atau 54,25 persen berasal dari usia di bawah 30 tahun.
BEI Targetkan IHSG Tembus 8.000, OJK Nilai Bisa Tercapai
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyambut baik optimisme Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menargetkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa menembus level 8.000 pada Agustus ini, bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengatakan semangat tersebut mencerminkan keyakinan terhadap kekuatan fundamental ekonomi Indonesia.
"OJK menyambut baik optimisme dari berbagai pihak, termasuk BEI, terhadap potensi penguatan IHSG. Semangat tersebut mencerminkan kepercayaan terhadap stabilitas perekonomian nasional dan prospek kinerja Emiten Indonesia yang terus menunjukkan perbaikan. Saya menilai level tersebut mampu dicapai," kata Inarno dikutip dari jawaban tertulisnya, Selasa (5/8/2025).
Menurut Inarno, optimisme tersebut juga sejalan dengan perbaikan kinerja emiten nasional yang terus menunjukkan tren positif. Stabilitas ekonomi dan peningkatan daya saing perusahaan-perusahaan tercatat menjadi faktor pendorong utama yang memungkinkan tercapainya target tersebut.
Meski begitu, ia mengingatkan bahwa optimisme perlu diimbangi dengan kewaspadaan. Pasar saham memiliki dinamika tinggi, sehingga sentimen dan faktor eksternal bisa memberikan pengaruh besar dalam waktu singkat.
"Namun demikian, penting untuk dicermati bahwa pergerakan IHSG sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik domestik maupun global serta kinerja emiten," ujarnya.
Faktor Global dan Domestik Jadi Penentu
Inarno menekankan, pergerakan IHSG tidak bisa dilepaskan dari pengaruh faktor global dan domestik. Ketegangan geopolitik, kebijakan suku bunga bank sentral global, serta tren ekonomi dunia menjadi aspek penting yang harus dicermati oleh investor maupun pemangku kebijakan.
Di sisi domestik, kinerja emiten, kondisi makroekonomi Indonesia, serta stabilitas politik juga turut berperan besar dalam menentukan arah IHSG. Oleh karena itu, euforia pasar harus diiringi dengan sikap bijak dan pendekatan berbasis analisis data.
"Kami mengingatkan bahwa euforia pasar tetap perlu diiringi dengan kewaspadaan dan pengelolaan risiko yang baik," ujarnya.
Peran OJK dalam Menjaga Keseimbangan Pasar
Sebagai regulator, OJK berkomitmen untuk terus menciptakan ekosistem pasar modal yang sehat, teratur, wajar, dan efisien. Upaya ini dilakukan agar penguatan IHSG maupun pertumbuhan instrumen investasi lainnya berlangsung secara berkelanjutan, bukan sekadar didorong oleh sentimen sesaat.
"Dari sisi regulator, kami terus memastikan bahwa pasar berjalan secara teratur, wajar, dan efisien," ujarnya.
Selain itu, OJK juga mendorong terciptanya ekosistem pasar modal yang sehat dan berintegritas, agar potensi pertumbuhan IHSG maupun instrumen lainnya bisa tercapai secara berkelanjutan, bukan hanya karena momentum jangka pendek.