IHSG Melesat 1% Usai Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Acuan

4 weeks ago 23

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat signifikan pada sesi kedua perdagangan saham, Rabu (20/8/2025). Kenaikan IHSG ini terjadi usai Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan.

Mengutip data RTI, IHSG hari ini naik 0,99% ke posisi 7.940. IHSG hari ini sempat melesat 1% di tengah pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia. Indeks saham LQ45 bertambah 1,46% ke posisi 827. Seluruh indeks saham acuan menghijau.

Pada perdagangan Rabu pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.944,39 dan level terendah 7.863,86. Sebanyak 401 saham menguat sehingga angkat IHSG. 252 saham melemah dan 152 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.943.363 kali dengan volume perdagangan 32,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 14,5 triliun. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di posisi 16.250.

Mayoritas sektor saham menghijau kecuali sektor saham kesehatan turun 0,45%. Sementara itu, sektor saham properti naik 2,24%, dan catat penguatan terbesar.

Sektor saham energi mendaki 0,40%, sektor saham basic naik 1,46%, sektor saham industri bertambah 0,90%. Lalu sektor saham consumer nonsiklikal menanjak 1,63%, sektor saham consumer siklikal mendaki 0,09%.

Selain itu, sektor saham keuangan bertambah 1,13%, sektor saham teknologi menguat 0,44%, sektor saham infrastruktur mendaki 0,14% dan sektor saham transportasi melesat 0,57%.

Top Gainers-Losers

Saham-saham LQ45 yang masuk top gainers antara lain:

  • Saham AMRT meroket 6,33%
  • Saham ARTO meroket 5,53%
  • Saham SMRA meroket 5,38%
  • Saham BRPT meroket 5,38%
  • Saham BBTN meroket 4,07%

Saham-saham LQ45 yang masuk top losers antara lain:

  • Saham MAPI melemah 4,55%
  • Saham PGEO melemah 4,23%
  • Saham SCMA melemah 4,23%
  • Saham MEDC melemah 2,45%
  • Saham JSMR melemah 14,3%

Saham-saham LQ45 teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:

  • Saham BBCA tercatat 45.201 kali
  • Saham BMRI tercatat 19.721 kali
  • Saham BBRI tercatat 24.405 kali
  • Saham AMMN tercatat 18.088 kali
  • Saham ASII tercatat 18.047 kali

Saham-saham LQ45 teraktif berdasarkan nilai antara lain:

  • Saham BBCA senilai Rp 1,4 triliun
  • Saham BMRI senilai Rp 519,9 miliar
  • Saham BBRI senilai Rp 463,1 miliar
  • Saham AMMN senilai Rp 441 miliar
  • Saham ASII senilai Rp 326,4 miliar

BI Pangkas Suku Bunga Acuan

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan menjadi 5 persen pada Agustus 2025. BI menurunkan suku bunga (BI Rate) sebesar 25 basis poin dari level sebelumnya. Keputusan ini diambil usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 19-20 Agustus 2025.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 19-20 Agustus 2025 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers, Rabu (16/7/2025).

Bank Indonesia juga turut menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 4,25 persen. Serta, suku bunga lending facility turun 25 basis poin menjadi 5,75 persen.

Alasan Bank Indonesia

Perry menegaskan keputusan ini diambil sejalan dengan semakin rendahnya perkiraan inflasi pada tahun 2025 hingga 2026. Perry memprediksi inflasi masih berada pada kisaransasaran 2,5±1%, terjaganya stabilitas nilai tukar Rupiah, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai kapasitas perekonomian.

"Ke depan Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sejalan dengan rendahnya perkiraan inflasi dengan tetap pertahankan stabilitas rupiah," ujar Perry.

Pertumbuhan Ekonomi

Perry menyampaikan, di dalam negeri pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2025 lebih baik dari perkiraan. Ekonomi triwulan II-2025 tumbuh sebesar 5,12% year on year lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi triwulan I-2025 sebesar 4,87% year on year.

Kenaikan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh investasi sejalan dengan penanaman modal tumbuh positif dan konsumsi rumah tangga seiring lebih tingginya mobilitas masyarakat.

"Ekspor barang dan jasa juga meningkat dipengaruhi oleh front loading ekspor ke Amerika Serikat sebagai antisipasi pengenaan tarif serta kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara," ujarnya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |