Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada perdagangan Senin (19/5/2025). IHSG akan bergerak di posisi 7.107-7.195.
IHSG naik 0,86% ke posisi 7.040 dan masih disertai dengan peningkatan volume pembelian.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pihaknya perkirakan posisi IHSG hari ini sedang berada pada bagian dari wave (v) dari wave (a) pada label hitam, sehingga IHSG masih berpeluang menguat ke rentang area 7.107-7.195.
“Namun demikian, waspadai akan koreksi dalam jangka pendek ke rentang 7.013-7.037,” kata dia.
Herditya menuturkan, IHSG berada di level support 6.811,6.729 dan level resistance 7.075,7.197.
Dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, IHSG berpotensi menguat terbatas dengan level support dan level resistance 6.800-7.120.
Rekomendasi Saham
Untuk rekomendasi saham hari ini,Herditya memilih saham PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Sedangkan dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas memilih saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Darma Henwa Tbk (DEWA), dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).
Selain itu, apa saja sentimen yang pengaruhi IHSG pekan ini?
Dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, pekan ini mungkin akan diawali penuh dengan gejolak, setelah Moody’s Ratings pada akhirnya menurunkan peringkat Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Aaa menjadi Aa1, karena ada kekhawatiran utang dan defisit akan membengkak sehingga membuat Amerika Serikat kehilangan daya tariknya untuk para investor global.
Naiknya utang, juga akan meningkatkan beban biaya pinjaman dari Amerika Serikat, yang tentu saja hal tersebut merugikan posisinya. Moody’s akhirnya menurunkan peringkat utang tersebut, mengikuti Fitch Ratings dan S&P Global Ratings yang menurunkan terlebih dahulu peringkat Amerika Serikat.
"Penurunan peringkat dari Amerika Serikat, tentu saja akan membuat pelaku pasar dan investor menuntut imbal hasil yang lebih tinggi dari obligasi mereka, yang di mana hal ini telah membuat imbal hasil obligasi US Treasury naik menjadi 4.49%,” demikian seperti dikutip.
Sentimen IHSG Lainnya
Pada riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas juga menyebutkan, saat ini, tidak begitu banyak yang menarik dari sentimen luar negeri, seperti dari Amerika Serikat yang hanya menantikan data ketenagakerjaan seperti Initial Jobless Claims dan Continuing Claims yang diproyeksikan akan mengalami kenaikkan.
"Data dari Kawasan Eropa, justru akan menjadi pusat perhatian, di mana data inflasi MoM dan YoY akan menjadi perhatian yang diproyeksikan masih akan berada dalam rentang yang sama, begitupun dengan inflasi inti,”
Selain itu, fokus pelaku pasar dan investor justru akan beralih ke Tiongkok, di mana ada beberapa data penting seperti Retail Sales YoY yang diproyeksikan turun, begitupun dengan Industrial Production YoY, namun secara YTD keduanya diproyeksikan mengalami kenaikkan. Yang menjadi perhatian penting adalah proyeksi di mana ada potensi penurunan tingkat suku bunga 1 tahun dan 5 tahun Loan Prime Rate sebanyak 10 bps pada 20 Mei 2025.
Setelah Jepang diguncang dengan data pertumbuhan ekonomi yang mengalami koreksi, fokus utamanya adalah data Natl CPI YoY yang diproyeksikan akan mengalami penurunan, namun Natl Core CPI YoY berpotensi untuk mengalami kenaikkan.
"Namun itu semua, akan jauh kalah menarik apabila kita bandingkan dengan pertemuan Bank Indonesia pada 21 Mei mendatang, yang secara proyeksi kami berasumsi pemangkasan tingkat suku bunga dapat terjadi. Apa yang membuat persentase meningkat? Satu sisi, jarak antara tingkat suku bunga The Federal Reserve (the Fed) dan Bank Indonesia yang masih cukup jauh yaitu 125 bps, sehingga memberikan kesempatan yang cukup besar untuk memangkas sebanyak 25 bps lagi pada semester satu ini.
“Selain itu, apabila kita perhatikan, perekonomian yang ada saat ini membutuhkan sesuatu dorongan dari stimulus kebijakan moneter untuk meningkatkan konsumsi dan daya beli yang masih belum stabil. Oleh sebab itu, dengan probabilitas sebesar 55%, kami menyakini Bank Indonesia berpotensi untuk menurunkan tingkat suku bunga,” demikian seperti dikutip.
Rekomendasi Teknikal
Berikut rekomendasi teknikal dari MNC Sekuritas:
1.PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) - Spec Buy
Saham AUTO terkoreksi 0,95% ke 2.080 dan disertai dengan munculnya tekanan jual. "Selama masih mampu berada di atas 2.040 sebagai stoplossnya, posisi AUTO saat ini berada pada bagian awal dari wave (iii) dari wave [c]," ujar dia.
Spec Buy: 2.060-2.080
Target Price: 2.170, 2.310
Stoploss: below 2.040
2.PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) - Buy on Weakness
Saham BMRI menguat 5,45% ke 5.325 dan masih didominasi oleh volume pembelian. "Kami perkirakan, posisi BMRI saat ini sedang berada pada bagian awal dari wave [c] dari wave A. Hal tersebut berarti, BMRI masih berpeluang melanjutkan penguatannya," kata dia.
Buy on Weakness: 5.125-5.275
Target Price: 5.500, 5.750
Stoploss: below 4.980
3.PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) - Buy on Weakness
Saham SMGR terkoreksi ke 2,520 tetapi disertai dengan munculnya tekanan jual. "Kami perkirakan, selama SMGR masih mampu berada di atas 2.400 sebagai stoplossnya, maka posisi SMGR saat ini berada di awal wave (iii) dari wave [a]," ujar Herditya.
Buy on Weakness: 2.470-2.510
Target Price: 2.720, 2.900
Stoploss: below 2.400
4.PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) - Spec Buy
Saham UNVR menguat 0,28% ke 1.790 dan masih didominasi oleh volume pembelian. "Selama masih mampu berada di atas 1,750 sebagai stoplossnya, posisi UNVR saat ini diperkirakan berada pada bagian dari wave [v] dari wave C," kata dia.
Spec Buy: 1.765-1.790
Target Price: 1.900, 2.000
Stoploss: below 1.750
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.