Liputan6.com, Jakarta - Tepat 48 tahun pasar modal kembali diaktifkan di Indonesia pada 10 Agustus 2025. Seiring 48 tahun diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia, pembukaan perdagangan pada Senin, 11 Agustus 2025 akan dibuka oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dalam rangka HUT diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia, menarik diketahui sejumlah pencapaian sepanjang 2025. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah investor pasar modal Indonesia sentuh 17.016.329 Single Investor Identification (SID) pada Kamis, 3 Juli 2025.
Investor pasar modal telah tumbuh 2.144.690 SID atau 11,42% dibandingkan posisi akhir 2024 yang mencapai 14.871.639 SID.
Sejak 2020, jumlah investor pasar modal Indonesia terus bertumbuh pesat. Pada tahun 2020, jumlah investor tercatat sebesar 3,8 juta SID. Angka ini kemudian mengalami pertumbuhan sebesar 93% atau bertambah 3,6 juta SID menjadi 7,4 juta SID pada 2021.
Pada tahun 2022, jumlah investor bertambah sebesar 38% atau 2,8 juta SID menjadi 10,3 juta SID. Jumlah investor pasar modal kembali meningkat pada tahun 2023, yaitu sebesar 17,9% atau 1,9 juta SID menjadi 12,1 juta SID. Selanjutnya, jumlah investor tumbuh sebesar 22,2% atau 2,7 juta SID menjadi 14,8 juta SID pada tahun 2024 yang hingga saat ini telah mencapai 17 juta SID.
“Salah satu strategi utama BEI untuk mendorong pertumbuhan investor adalah berkolaborasi aktif dengan seluruh stakeholder untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat melalui edukasi dan sosialisasi yang masif, berkelanjutan serta adaptif terhadap perkembangan zaman,” demikian seperti dikutip dari keterangan resmi, Sabtu, 5 Juli 2025, ditulis Senin (11/8/2025).
Dari sisi penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada 2025, ada 22 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana dihimpun Rp 10,39 triliun hingga 8 Agustus 2025.
Sementara itu, dari sisi kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), IHSG naik 6,41% year to date ke posisi 7.533,38 pada Jumat, 8 Agustus 2025. Di ASEAN, kinerja IHSG berada di posisi tiga. Sedangkan posisi pertama dipegang Vietnam, disusul peringkat kedua dipegang Singapura. Sedangkan di Asia Pasifik, kinerja IHSG berada di posisi tujuh.
Dirut BEI Harap IHSG Sentuh 8.000 saat HUT ke-80 RI
Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, berharap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menembus level 8.000 pada momen peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80.
Optimisme tersebut disampaikan Iman di tengah penguatan IHSG yang telah melampaui level 7.600 dan mencatat kenaikan lebih dari 1 persen dalam satu hari.
"Indeks Saham Gabungan per hari ini telah tumbuh lebih dari 1% dan sudah mencapai 7.600. Hari ini tolong doakan sama-sama, di ulang tahun ke-80 Republik Indonesia indeks kita bisa mencapai 8.000,” kata Iman dalam sambutannya pada acara peluncuran Yayasan Padi Kapas Indonesia di Main Hall BEI, Senin (28/7/2025).
Iman menambahkan, BEI secara proaktif mengadakan edukasi pasar modal ke seluruh masyarakat Indonesia agar masyarakat bisa menikmati pertumbuhan pasar modal dengan menjadi investor yang lebih cerdas dan bijak.
“Hingga pertengahan tahun ini, BEI telah mencatat pertumbuhan jumlah investor yang luar biasa dengan pencapaian 17,4 juta investor atau naik 5 kali dibandingkan 6 tahun lalu, terutama pada investor domestik retail,” jelas Iman.
Ia juga menambahkan aktivitas penawaran umum perdana saham (IPO) dan penggalangan dana di pasar modal terus menunjukkan tren positif. Hingga saat ini, terdapat 954 perusahaan tercatat di BEI, yang menurutnya mencerminkan kepercayaan pelaku usaha terhadap prospek jangka panjang perekonomian nasional.
Saham Konglomerat Dongkrak IHSG, BEI: Terbentuk Secara Organik
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melanjutkan reli di level 7.500. Kenaikan ini tidak lepas dari saham-saham yang dimiliki para konglomerat Indonesia.
Sebut saja emiten milik Prajogo Pangestu semisal PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Ada juga saham milik Toto Sugiri, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang turut menopang penguatan IHSG.
Menanggapi tren tersebut, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna tak menampik, saham konglomerat itu turut berkontribusi besar terhadap pergerakan indeks.
"Kami memandang hal ini sebagai bagian dari dinamika pasar yang terbentuk secara organik. Mencerminkan ekspektasi pasar terhadap perusahaan-perusahaan tersebut," ujar Nyoman, Jumat (25/7/2025).
Menurut dia, pergerakan harga saham di pasar sangat ditentukan oleh mekanisme supply and demand, serta pertimbangan investor atas informasi yang tersedia di publik. Baik terkait kinerja keuangan, rencana bisnis, maupun sentimen global dan domestik.
Sebagai self-regulatory organization (SRO), Nyoman menyatakan, BEI tidak memiliki kebijakan yang membedakan emiten berdasarkan kepemilikan atau afiliasi pemegang saham pengendalinya.
Seluruh Emiten Setara
Ia menambahkan, Bursa Efek Indonesia memperlakukan seluruh emiten secara setara. Dengan tetap memastikan bahwa seluruh transaksi dilakukan berdasarkan prinsip keterbukaan, transparansi, dan kepatuhan terhadap regulasi.
"Selama pergerakan saham terjadi secara wajar maka pergerakan tersebut merupakan bagian dari dinamika pasar yang sah," tegas Nyoman.
Selain itu, ia turut menekankan, BEI senantiasa bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan stakeholders terkait lain, untuk menjaga integritas dan kepercayaan terhadap pasar modal Indonesia.
Dengan senantiasa menjalankan perannya sebagai penyelenggara perdagangan efek. Sehingga pergerakan IHSG terus dapat berjalan secara teratur, wajar, dan efisien.
"Kami mengimbau agar seluruh investor selalu melakukan analisis yang cermat, memperhatikan aspek fundamental dan risiko investasi, serta memanfaatkan informasi yang tersedia secara publik dalam membuat keputusan investasinya," tutur dia.