Harga Emas Terus Cetak Rekor Termahal, Begini Respons Bos Hartadinata

1 week ago 12

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia hingga September 2025 kembali menorehkan rekor tertinggi sepanjang sejarah dengan menembus level lebih dari USD 3.800 per troy ons. Rata-rata harga emas bulan tersebut tercatat di USD 3.663 per troy ons, setara dengan sekitar Rp 1,94 juta per gram. Kenaikan ini mencerminkan tingginya minat investor global terhadap emas di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik dunia.

Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, harga emas dalam dolar Amerika naik 39,31% year-on-year (YoY), sementara dalam rupiah melonjak lebih tajam hingga 51,69% YoY, dipicu pelemahan nilai tukar domestik. Secara bulanan, kenaikan harga emas lokal pada September saja mencapai 10,42% month-on-month (MoM).

Direktur Utama PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), Sandra Sunanto, menilai tren positif ini menjadi pengingat bahwa emas tetap menjadi aset paling tahan terhadap gejolak global.

Menurutnya, momentum tersebut semakin memperkuat visi HRTA dalam menjadikan emas bukan hanya instrumen lindung nilai, tetapi juga bagian dari strategi keuangan jangka panjang bagi keluarga Indonesia.

"Momentum harga emas dunia menjadi pengingat bahwa emas adalah aset yang paling tahan terhadap gejolak global. Bagi kami di HRTA, hal ini memperkuat visi bahwa emas tidak hanya berfungsi sebagai instrumen lindung nilai, tetapi juga bagian dari perencanaan keuangan jangka panjang keluarga Indonesia," kata Sandra dalam keterangannya, Senin (6/10/2025).

Melalui produk HRTA Gold, pihaknya ingin emas hadir bukan sekadar simbol kemewahan, melainkan aset yang inklusif, relevan dengan gaya hidup, sekaligus menjadi warisan bernilai bagi generasi berikutnya.

Kebijakan Moneter Dorong Permintaan Emas Domestik

Lebih lanjut, pihaknya menyampaikan bahwa kenaikan harga emas global tidak lepas dari faktor kebijakan moneter yang lebih longgar di berbagai negara. The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, diikuti oleh Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga ke level 4,75% pada September.

Kebijakan tersebut menekan nilai tukar dolar AS dan mendorong peningkatan permintaan emas sebagai aset lindung nilai. Di sisi lain, pelemahan Rupiah hingga Rp 16.970 per USD turut memperkuat daya tarik emas di pasar dalam negeri. Sepanjang September, Rupiah bergerak rata-rata di kisaran Rp 16.500–16.600 per USD, yang membuat harga emas batangan domestik semakin kompetitif.

Data World Gold Council (WGC) menunjukkan permintaan emas di Indonesia tumbuh 20,87% YoY pada paruh pertama 2025, menjadi 21,2 ton, dengan porsi terbesar berasal dari pembelian emas batangan. HRTA menjadi salah satu penerima manfaat utama dari lonjakan ini dengan mencatat penjualan 8,1 ton emas, atau naik 76,86% dibanding tahun sebelumnya.

Direktur Investor Relations HRTA, Thendra Crisnanda, menyebut tren tersebut menegaskan bahwa pasar emas domestik masih memiliki potensi pertumbuhan tinggi.

"Kebijakan moneter global, pelemahan mata uang, dan tingginya pembelian emas oleh bank sentral menjadi katalis utama. Di sisi domestik, pelemahan Rupiah semakin memperkuat peran emas sebagai aset lindung nilai, sehingga kami melihat momentum pertumbuhan yang kuat hingga akhir tahun,” ungkapnya.

Prospek Akhir Tahun: Peluang Emas Kembali Menguat

Menatap kuartal terakhir 2025, HRTA melihat prospek pasar emas masih solid. Perusahaan memantau dengan seksama pertemuan The Fed pada akhir Oktober atau awal November, yang berpotensi membuka ruang untuk penurunan suku bunga lanjutan jika data ekonomi AS menunjukkan perlambatan.

Sementara itu, Bank Indonesia dijadwalkan menggelar rapat pertengahan Oktober untuk menyeimbangkan antara stabilitas Rupiah dan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

"Apabila kedua bank sentral memutuskan melanjutkan penurunan suku bunga, harga emas berpotensi kembali terdorong ke level yang lebih tinggi," pungkasnya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |