Liputan6.com, Jakarta - Pemegang saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yakni Green Era Energy Pte Ltd melepas 8,31 juta saham BREN secara bertahap pada 11-13 Agustus 2025.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat, (15/8/2025), Green Era Energy Pte Ltd melepas saham BREN dalam tiga tahap.
Pertama, Green Energy Pte Ltd melepas 1,5 juta saham BREN dengan harga transaksi Rp 8.726. Selanjutnya penjualan kedua pada 12 Agustus 2025 dengan jumlah saham yang dilepas sebanyak 4,01 juta saham dengan harga transaksi Rp 9.142. Ketiga, penjualan saham BREN sebanyak 2,80 juta dengan harga Rp 9.317.
Dengan demikian, total saham BREN yang dilepas sebanyak 8.317.300 saham atau setara 0,00622%. Nilai penjualan saham sebesar Rp 75,90 miliar.
“Tujuan transaksi menambah free float saham yang beredar di pasar dengan status kepemilikan langsung,” tulis Sekretaris Perusahaan Barito Renewables Energy, Agus Sandy Widyanto dalam keterbukaan informasi BEI.
Setelah transaksi, Green Energy mengenggam 31.569.342.700 saham BREN atau setara 23,59%. Sebelumnya Green Energy memiliki 31.577.660.000 saham BREN atau setara 23,60%.
Keluar dari Exceptional Treatment, BREN Paling Berpeluang Masuk Indeks MSCI
Sebelumnya, tiga saham milik taipan Prajogo Pangestu, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrosea Tbk (PTRO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), resmi tidak lagi mendapatkan exceptional treatment dalam peninjauan indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) untuk periode Agustus 2025.
Keputusan ini dinilai membuka peluang bagi ketiganya, khususnya BREN, untuk masuk ke dalam konstituen indeks global tersebut.
Vice President Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, menilai BREN menjadi kandidat paling kuat dibandingkan dua saham lainnya.
“Kami berpandangan dengan tidak diberlakukannya exceptional treatment dalam peninjauan indeks MSCI periode Agustus 2025 membuka peluang besar untuk BREN masuk menjadi konstituen, dibandingkan PTRO dan CUAN,” jelas Oktavianus, kepada Liputan6.com, Senin (14/7/2025).
3 Faktor Utama
Ia mengungkapkan ada tiga faktor utama yang memperkuat potensi BREN masuk indeks MSCI:
1. Free-float threshold terpenuhi sebesar 11,6%, atau setara USD 5,86 miliar (telah melampaui ambang batas MSCI sebesar USD 3 miliar);
2. Rata-rata nilai transaksi harian (3M ADTV) sekitar Rp282 miliar, menunjukkan likuiditas yang solid;
3. Tidak lagi masuk dalam daftar pengecualian kebijakan MSCI.
Meski begitu, Oktavianus mengingatkan bahwa aturan mengenai free float versi MSCI bisa berbeda dengan yang diterapkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ada kemungkinan sebagian saham publik dianggap tidak bebas diperdagangkan, sehingga potensi masuknya ke dalam indeks tetap memiliki risiko.
CUAN dan PTRO
Untuk saham CUAN, menurutnya masih memiliki peluang, terutama dengan rencana stock split 1:10 yang dijadwalkan pada 15 Juli 2025. Langkah ini diyakini bisa meningkatkan likuiditas faktor penting dalam kriteria MSCI.
“Meskipun free float CUAN sebesar 15%, nilainya masih berada di bawah syarat minimum MSCI, yakni sebesar USD 1,5 miliar versus syarat USD 3 miliar. Namun aksi stock split berpotensi mendorong nilai free float CUAN ke depannya, terlebih sebelum rebalancing Agustus 2025,” ujarnya.
Sementara itu, PTRO dinilai memiliki peluang paling kecil untuk masuk dalam rebalancing Agustus 2025. Pasalnya, nilai free float-nya masih tergolong kecil, yakni hanya sekitar USD 0,5 miliar.