Emiten GEMS Cetak Laba Rp 2,4 Triliun, Turun 52% pada Semester I 2025

1 week ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Emiten batu bara grup Sinar Mas, PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) membukukan pendapatan turun 52% dan laba merosot 16,30% pada semester I 2025. 

GEMS mencatat laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 151,67 juta, atau setara Rp 2,48 triliun (kurs Rp 16.415) pada 30 Juni 2025. Merosot 52% secara tahunan dibandingkan semester I 2024 sebesar USD 316,91 juta atau sekitar Rp 5,20 triliun. 

Adapun sepanjang enam bulan pertama tahun ini, Golden Energy Mines meraup pendapatan usaha USD 1,14 miliar atau setara Rp 18,71 triliun. Turun 16,30% dari USD 1,36 miliar (Rp 22,32 triliun) pada semester I 2024.

Beban pokok penjualan perseroan pun membengkak dari USD 733,49 juta pada semester I 2024 menjadi USD 743,33 juta pada semester I 2025. 

Sehingga turut menyusutkan laba kotor yang dikantongi GEMS, dari sebelumnya USD 633,71 juta pada Juni 2024 menjadi USD 401,08 juta pada Juni tahun ini. 

Laba kotor itu kemudian terpangkas oleh adanya beban usaha seperti beban penjualan, beban umum dan administrasi, hingga beban eksplorasi. Alhasil laba usaha GEMS tercatat sebesar USD 199,90 juta. 

Harga Batu Bara Alami Tekanan

Penurunan laba bersih GEMS ini terjadi saat harga batu bara global diramal terus mengalami tekanan sepanjang 2025. Sehingga berpotensi memengaruhi kinerja pendapatan emiten batu bara nasional yang berorientasi ekspor. 

VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi mengatakan, pergerakan harga batu bara memiliki korelasi positif terhadap pendapatan produsen batu bara. 

"Kami berpandangan harga batu bara global berkorelasi positif terhadap pendapatan emiten produsen batu bara, seiring dengan total ekspor yang lebih besar. Sehingga jika harga bergerak melemah, potensi penurunan pendapatan akan terjadi," ujarnya kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu. 

Ia menyoroti emiten seperti Bayan Resources (BYAN) dan Indo Tambangraya Megah (ITMG), yang fokus ekspor ke kawasan Timur Tengah, serta Golden Energy Mines (GEMS) yang mengandalkan pasar Asia, akan menjadi yang paling terdampak jika tekanan harga terus berlanjut.

Sentimen Pemicu Penurunan

Oktavianus menjelaskan, terdapat beberapa sentimen utama yang memicu penurunan harga batu bara global. Pertama, pengumuman darurat energi nasional oleh mantan Presiden Donald Trump pada Januari 2025 telah mendorong ekspansi tambang Spring Creek di Amerika Serikat, dengan target tambahan ekstraksi sebesar 39,9 juta ton batu bara. Langkah ini justru memperbesar risiko oversupply secara global dan menekan harga komoditas tersebut. 

Kedua, dari sisi permintaan, wilayah ASEAN dan India diperkirakan hanya mencatatkan pertumbuhan konsumsi batu bara yang stagnan, sementara konsumsi batu bara di Amerika Serikat bahkan diproyeksikan turun sebesar 4,6 persen menurut data dari International Energy Agency (IEA). 

Ketiga, data Energy Information Administration (EIA) memperkirakan permintaan batu bara global pada tahun ini akan tumbuh secara moderat hingga mencapai 8.801 juta ton, dengan Tiongkok tetap menjadi konsumen terbesar mencakup 56 persen dari total permintaan dunia, disusul India sebesar 15,5 persen. 

"Meski demikian, dampak dari permintaan tersebut terhadap harga global diperkirakan tetap terbatas, mengingat lambatnya pemulihan ekonomi Tiongkok serta pesatnya pengembangan energi hijau di berbagai negara," ujar dia.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Kiwoom Sekuritas memperkirakan harga batu bara global akan bergerak dalam kisaran USD 90–100 per ton sepanjang 2025.

Private Placement

Sebelumnya, PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) mengumumkan rencana penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement. Rencana ini sebelumnya telah mendapat persetujuan pemegang saham dalam RApat Umum Pemegang Saham Luar Biasa perseroan yang diselenggarakan pada 26 November 2024 lalu.

Golden Eagle Energy memandang perlu melakukan penguatan terhadap struktur permodalan dan peningkatan posisi keuangan Perseroan, dengan menerbitkan saham baru sebanyak 275 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp 125.

"Aksi ini dilakukan dalam rangka memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan Perseroan termasuk masyarakat dan dalam rangka melaksanakan kegiatan usaha dan pengembangan bisnis Perseroan dan atau entitas anak Perseroan," ungkap manajemen PT Golden Eagle Energy Tbk dalam keterbukaan informasi Bursa, Rabu (16/4/2025).

Hasil Private Placement

Perkiraan jadwal penerbitan saham tambahan hasil PMTHMETD I yakni pada 23 April 2025. Esoknya pada 24 April 2025, merupakan perkiraan jadwal pencatatan saham tambahan hasil PMTHMETD I. Pengumuman hasil pelaksanaan PMTHMETD I pada 28 April 2025.

Seluruh saham baru akan diserap oleh para investor, antara lain PT Sinar Unggul Internasional akan mengambil bagian sebanyak 131.750.000 saham. Kemudian Darwin akan memperoleh 18.000.000 saham.

Sumardi akan mengambil 31.250.000 saham. Harun Pandapotan akan mendapatkan 31.500.000 saham. Benny Pontian Muslim akan memiliki 43.750.000 saham. Serta Angelo Fernandus akan menerima 18.750.000 saham.

Adapun Darwin, Sumardi, Harun Pandapotan, Benny Pontian Muslim, dan Angelo Fernandus bukan merupakan pihak yang terafiliasi dengan Perseroan. Sementara itu, PT Sinar Unggul Internasional merupakan pihak yang terafiliasi dengan Perseroan karena terdapat satu (1) orang yang menjabat sebagai anggota Direksi atau Dewan Komisaris di kedua entitas tersebut.

"Perseroan telah berusaha untuk mencari investor strategis, namun dalam kondisi ekonomi yang penuh tantangan belakangan ini minat dan pilihan dari calon investor strategis adalah sangat terbatas," kata manajemen.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |