Liputan6.com, Jakarta - Di tengah kesibukan sebagai direktur operasional PT Syailendra Capital, Gunanta Afrima juga memiliki sejumlah hobi yang seperti meditasi baginya.
Hobi yang dijalankannya pun berbeda dengan pekerjaan yang berkutat dengan pasar keuangan yang sering berhadapan angka-angka. Gunanta menuturkan, seorang pembalap motor saat waktu senggang kemungkinan besar tidak naik motor lagi. Pembalap itu akan melakukan hal berbeda dari rutinitas yang dilakukan. Demikian juga Gunanta.
Salah satu hobi pria yang sudah berkecimpung di pasar modal selama 30 tahun ini terlihat ketika berada di ruangan kerjanya di kawasan SCBD, Senayan, Jakarta Selatan.
Ketika memasuki ruangan kerja Gunanta Afrima jika biasanya ada rak berisi buku-buku, lukisan, laptop, komputer, telepon dan sajadah untuk salat, kali ini berbeda. Selain lukisan, terdapat sejumlah action figure seperti Superman di rak serta ada lego yang diletakkan rapi di meja dan Iron Man di sudut ruangan kerja.
Tak hanya itu, ada juga bendera salah satu klub sepak bola Manchester United pun diletakkan di belakang meja kerja Gunanta.
"Wah bapak suka action figure yah. Ini kali pertama saya melihat ruangan kerja yang banyak action figure,” ujar saya.
"Ini hanya beberapa karena di rumah sudah penuh. Jadi saya bawa ke sini. Istri juga sudah marah-marah. Kamu salat, tetapi simpan berhala,” tutur Gunanta.
Berawal dari Suka Komik
Mengoleksi action figure merupakan salah satu hobi dari pria kelahiran Pekanbaru ini. Gunanta mempunyai satu kamar yang berisi ratusan action figure. Kegemaran membaca komik sejak kecil ini mendorong Gunanta mengumpulkan action figure.
“Hobi (koleksi action figure-red) sudah lama. Dari kecil senang baca komik terus pas gede dan kerja, beli begini (action figure-red). Sekarang punya kesempatan,” ujar Gunanta.
Salah satu pengalaman menarik Gunanta mengoleksi action figure ini ketika memburu action figure yang langka yang didapatkan dari seorang kolektor di luar kota.
"Dan saya masih simpan sekarang. Itu value karena langka, dibikin terbatas. Harganya sudah naik, pahlawan super,” tutur pria lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ia mengaku tidak memiliki anggaran khusus untuk hobi mengoleksi action figure ini. Bagi dia ketika sudah melihat sesuatu yang menarik langsung beli. “Karena kalau kolektor punya moto lebih baik menyesal beli dari pada tidak beli. Kalau bagus beli dulu,” ujar Gunanta.
Saat Barang Koleksi Rusak
Soal perawatan barang koleksinya, hal ini menjadi kelemahan Gunanta. Meski hobi koleksi action figure tetapi kurang rutin merawat koleksinya tersebut.
“Saya punya teman (barang koleksinya) dibersihkan tiap minggu. Saya tidak. Kadang-kadang. Kini saya tinggal di apartemen, barang koleksi di rumah. Kembali ke rumah sebulan sekali sudah bagus,” ujar dia.
Namun, Gunanta mendapatkan pengalaman yang tidak mengenakkan ketika barang koleksinya rusak. Saat itu, pendingin ruangan di kamar yang berisikan barang koleksinya entah rusak atau lupa dinyalakan membuat cat action figure-nya rusak. Ia harus membawa barang koleksinya untuk diperbaiki karena cat yang sudah terkelupas.
“Saya punya beberapa statue jadi lengket. Kemudian di-service dan cat ulang. Saya sedih banget,” kata dia.
Setelah lama mengoleksi action figure ini, Gunanta mengaku ingin menjual. Namun, ia juga merasa dilema.
"Saya sudah lama berhenti. Berpikir mau jual, buat apa juga. Sayang juga. Ini salah satu hobi. Saya ini kebanyakan hobi,” ujar dia.
Hobi Naik Motor seperti Meditasi
Selain mengoleksi action figure, Gunanta juga hobi naik motor. Kini ia menyukai naik motor gede lantaran merasakan kebebasan seperti main film. “Naik motor saya merasa bebas. Orang bilang naik mobil seperti nonton film. Kalau naik motor kayak main film. Lebih keren,” kata ayah dari empat anak ini.
Ia harus berkonsentrasi saat mengendarai motor dan sambil menikmati angin yang menerpanya.
"Naik motor itu tidak boleh pikiran kemana-mana. Jadi otomatis kita konsentrasi dan lupa segala macam. Fokus kita ke jalan. Kena angin itu enak banget. Kalau orang lain mungkin meditasi. Kalau saya meditasi naik motor,” kata Gunanta.
Gunanta menyukai motor dari sejak duduk di sekolah dasar. Ia belajar naik motor memakai vespa milik sang ayah. “Curi belajar motor pakai vespa bapak saya saat kelas 5 SD. Nyolong-nyolong. Sejak kerja dan punya duit beli motor benar,” tutur Gunanta.
Seiring hobi naik motor itu, ia juga menjalankan touring motor menjelajahi sejumlah wilayah di Indonesia baik sendiri dan bersama teman-teman. Ia mengaku tidak mengikuti komunitas motor. Gunanta juga tidak menyukai hal yang terlalu ramai saat touring lantaran merasa tidak bebas. Ia lebih memilih touring sendiri atau menjalankan dengan kelompok kecil dengan lima orang.
“Saya tidak suka ramai-ramai (touring motor-red). Sendiri, berdua, bertiga bersama dengan teman-teman,” kata pria kelahiran 1972 ini.
Ingin Keliling Indonesia
Dengan hobi naik motor ini, ia sudah menjelajahi Jawa, Sumbawa dan sekitar wilayah Sumatera. Sebelum touring, Gunanta mempersiapkan fisik dan memeriksa motor agar aman. Ia berolahraga sepeda dan tidur yang cukup. Selain itu, ia juga mempersiapkan motor dengan baik sebelum touring.
Saat ini Gunanta ingin keliling Indonesia dengan motor. Untuk mewujudkannya, ia memulai dulu dengan keliling Jawa.
“Naik motor di Jakarta macet, tidak karuan. Mungkin kayak kemarin ke Yogya motor kita di towing Tegalluar. Kita naik Whoosh ke sana. Dari Tegalluar baru ke Yogya. Enak begitu jalanan sepi, tidak crowded,” tutur dia.
Gunanta menyukai jalanan di Jawa, Yogyakarta hingga Banyuwangi, Jawa Timur saat touring motor lantaran jalanan yang mulus.
“Jalanan paling enak di di jawa, jawa tengah, dan Yogyakarta sekitarnya. Sampai ke Banyuwangi enak. Bagus jalannya, mulus, besar-besar, view-nya bagus,” ujar dia.
Suka Manchester United
Tak hanya naik motor, Gunanta juga menyukai main sepakbola. Namun, cedera lutut yang dialami pada 1997 membuat Gunanta belum dapat bermain sepakbola lagi. Kini ia lebih memilih sepeda dan angkat beban untuk olahraga.
"Suka sama jago beda. Tapi suka, di lapangan gede masuk tim jadi penggembira. Saya suka main (sepakbola-red).
Salah satu klub sepakbola favoritnya Manchester United. Salah satu pertandingan Manchester United yang tidak terlupakan bagi Gunanta ketika final Liga Champions 1999.
Saat itu Manchester United bertemu dengan Bayern Munchen. Pertandingan itu juga disebut-sebut sebagai salah satu pertandingan bersejarah bagi Manchester United dan pertandingan terbaik dalam sejarah Liga Champions. Pertandingan itu membawa Manchester United meraih treble winners.
“1999 tidak terlupakan di Liga Champhions lawan Bayern Munchen. Treble winner pertama. ketinggalan 1-0. Unggul berbalik 2-1 di injury time,” ujar Gunanta.
Salah satu pemain favoritnya yakni Eric Cantona. Gunanta melihat sosok Eric Cantona seorang anti mainstream. “Walaupun rebel tetapi memimpin baik. Bisa memotivasi orang-orang di sekitarnya,” kata Gunanta.
Healing dengan Cucu
Selain menjalankan hobi, Gunanta juga memiliki mimpi untuk anak-anaknya. Ia ingin empat anaknya bertanggung jawab dan bermanfaat bagi orang sekitar. Ia juga ingin merenovasi rumah dan memiliki ruangan khusus yang besar untuk kumpul bersama cucu.
“Dulu anak saya banyak. Empat, Satu masih tinggal. Mimpi punya ruangan khusus gede, punya cucu banyak lari-larian di situ. Punya cucu satu. Sangat menyenangkan punya cucu. Suka ke rumah. Culik saja, atau samperin. Salah satu healing saya bermain ke cucu,” kata dia.