Dampak BI Rate Turun jadi 5,5%, Begini Prospek Saham Bank hingga Properti

1 week ago 28

Liputan6.com, Jakarta - Keputusan Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur pada 20–21 Mei 2025 disambut positif oleh pelaku pasar.

Langkah ini menandai dimulainya siklus pelonggaran moneter setelah periode pengetatan sejak 2023. Penurunan suku bunga dipandang sebagai langkah strategis yang menunjukkan kepercayaan BI terhadap prospek inflasi yang tetap terkendali serta stabilitas nilai tukar rupiah.

Menurut Pengamat Pasar Modal dan Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana sinyal ini menunjukkan kestabilan makroekonomi Indonesia. Ia menyebutkan bahwa kebijakan ini dapat menjadi pemicu kebangkitan sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga. Di tengah ketidakpastian global, keputusan BI justru memberikan sentimen positif terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.

"Penurunan ini mencerminkan kepercayaan BI terhadap prospek inflasi 2025–2026 yang terjaga di kisaran 2,5% ±1%, nilai tukar rupiah yang stabil, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pelonggaran moneter," ujar Hendra, dikutip Kamis (22/5/2025).

Saham Bank Diprediksi Melesat, Kredit Mikro dan KPR Diuntungkan

Sektor perbankan menjadi salah satu penerima manfaat terbesar dari penurunan BI Rate. Biaya dana (cost of fund) yang lebih rendah akan memperbesar margin bunga bersih (NIM) bank, terutama bagi bank yang berfokus pada kredit mikro dan perumahan. Permintaan kredit diperkirakan meningkat karena suku bunga pinjaman menjadi lebih kompetitif bagi nasabah.

Rekomendasi Saham

Hendra menyoroti saham BBRI dan BBTN sebagai dua emiten bank yang berpotensi mencetak pertumbuhan laba tinggi dalam kondisi ini.

BBRI direkomendasikan BUY dengan target harga 4.530, berkat eksposur kuat pada sektor UMKM. Sementara BBTN, yang memiliki fokus utama pada pembiayaan perumahan, dinilai akan sangat diuntungkan dari meningkatnya penyaluran KPR dan diberikan rekomendasi BUY dengan target 1.400.

“Saham perbankan seperti BBRI dan BBTN berpeluang mencetak pertumbuhan laba lebih tinggi karena penurunan suku bunga akan menurunkan biaya dana dan mendorong permintaan kredit, terutama pada segmen mikro dan KPR,” jelas Hendra.

Properti Bergairah Kembali

Dampak positif dari penurunan suku bunga juga dirasakan oleh sektor properti. Penurunan bunga KPR membuat biaya pembiayaan rumah menjadi lebih murah, yang pada akhirnya mendorong peningkatan permintaan terhadap hunian, terutama di kawasan strategis. Saham properti dinilai punya potensi apresiasi tinggi dalam beberapa bulan ke depan.

Saham Pilihan di Properti

Emiten seperti SMRA dan ASRI menjadi dua saham unggulan di sektor ini. Dengan portofolio township di lokasi-lokasi berkembang, keduanya dianggap sangat sensitif terhadap pelonggaran moneter.

SMRA direkomendasikan BUY dengan target harga 515, sementara ASRI mendapat rekomendasi BUY dengan target 189, mencerminkan optimisme pasar terhadap pemulihan permintaan properti.

"Dari sektor properti, emiten seperti SMRA dan ASRI akan diuntungkan oleh penurunan bunga KPR yang mendorong permintaan hunian,” ungkap Hendra.

Turunnya BI Rate tidak hanya menguntungkan sektor riil, tetapi juga menjadi daya tarik baru bagi investor asing. Dengan suku bunga riil Indonesia yang tetap positif di kisaran 3% dan komitmen BI menjaga stabilitas rupiah, minat investor global terhadap pasar saham Tanah Air kembali meningkat.

Aksi Beli Saham oleh Investor Asing

Hal ini tercermin dari aksi beli bersih investor asing yang signifikan. Net buy asing pada hari pengumuman kebijakan mencapai Rp993 miliar, mencerminkan sentimen optimis terhadap kondisi ekonomi Indonesia ke depan.

Secara teknikal, indeks harga saham gabungan (IHSG) berhasil menembus MA200 di level 7.140. Target jangka menengah IHSG berada di 7.324, dengan peluang penguatan menuju 7.530, meski koreksi sehat di kisaran 7.050–7.100 masih mungkin terjadi.

"Terbukti, asing melakukan aksi net buy sebesar Rp 993 miliar di pasar saham pada 21 Mei 2025, mencerminkan respons positif terhadap kebijakan moneter BI,” ujar Hendra Wardhana.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |