Liputan6.com, Jakarta Cucu usaha PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), PT Krakatau Global Trading (PT KGT) menandatangani Perjanjian Jual Beli Iron Ore Fines dengan PT Krakatau Posco (PT KP). Program tersebut berlangsung mulai September 2025 dan masih terus berlangsung.
Sebagai produsen baja nasional, PT KP yang merupakan joint venture company antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan POSCO Korea, terus berupaya memaksimalkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam setiap kegiatan usahanya.
Sejalan dengan hal tersebut, PT KGT memegang peranan penting dalam memperkuat rantai pasok serta memastikan ketersediaan bahan baku utama bagi industri baja terintegrasi dengan kualitas terbaik dan tepat waktu, khususnya yang bersumber dari dalam negeri.
Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Akbar Djohan menegaskan, momentum kerjasama ini menjadi bagian penting dari penguatan komitmen Krakatau Steel Group dalam mendukung program pemerintah dan termasuk bagian dari ASTA CITA Presiden Prabowo Subianto, demi mendukung kemajuan/kesejahteraan masyarakat Indonesia.
“Saya mengapresiasi atas kerjasama strategis yang telah dilakukan oleh PT KGT dan PT KP. Penyerapan local content akan menjadi mandatori dalam seluruh proses bisnis ke depan, dan kami pastikan pasokan bahan baku tersebut akan memenuhi standar kualitas terbaik dengan ketepatan waktu pengiriman sesuai yang diperjanjikan guna mendukung pengembangan industri baja nasional yang berkelanjutan,” kata Akbar Djohan selaku Direktur Utama, Sabtu (11/10/2025).
Rantai Pasok Industri Baja
Sejalan dengan industri yang digeluti, Akbar Djohan juga menjabat sebagai Chairman ALFI/ILFA (Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia) serta Chairman IISIA (Indonesian Iron & Steel Industry Association).
Melalui kerja sama ini, PT KGT akan memasok 18.000 MT Iron Ore Fines per bulan kepada PT KP. Bahan baku ini menjadi komponen utama dalam pembuatan pellet dan sinter, yang kemudian digunakan dalam proses tanur tinggi (blast furnace). Ketersediaan material yang stabil dan berkualitas tinggi menjadi faktor krusial dalam menjaga kontinuitas produksi.
Direktur Utama PT KGT, Sugeng Pangraksa, juga mengatakan bahwa kerja sama ini akan semakin memperkuat hubungan kedua perusahaan serta memberikan nilai tambah.
“Kami meyakini bahwa selain memperkuat sinergi bagi kedua belah pihak, kerja sama ini dalam jangka panjang juga akan mendorong terciptanya efisiensi serta inovasi dalam rantai pasok industri baja nasional yang memiliki nilai tambah," ungkap dia.
Dengan menjadi mitra strategis dari produsen baja nasional terintegrasi seperti PT KP, kedepannya peluang untuk memperluas kerja sama lainnya menjadi terbuka lebar bagi PT KGT.
“Kedepannya kami berharap PT KGT tidak hanya berperan sebagai penyedia raw material, tetapi juga dapat menghadirkan solusi dalam penyediaan produk baja dan material penunjang lainnya, termasuk untuk perdagangan internasional sehingga akan semakin memperluas jangkauan industri baja nasional di pasar global”, tutup Sugeng.
Krakatau Steel Cetak Rekor Ekspor 54.247 Ton Cold Rolled Coil ke Spanyol
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk/Krakatau Steel Group melalui anak usaha PT Krakatau Baja Industri (KBI), Krakatau Steel kembali melepas ekspor 54.247 ton produk Cold Rolled Coil (CRC) ke Spanyol. Hasil ini merupakan ekspor terbesar untuk produk CRC sepanjang sejarah KS Group berdiri.
Pencapaian ini memperkuat posisi Krakatau Steel Group sebagai produsen baja nasional yang mampu menembus pasar internasional dengan produk berkualitas. Hasil ini tidak hanya mencerminkan konsistensi perusahaan dalam memperluas jangkauan pasar, tetapi juga kontribusi nyata terhadap peningkatan devisa negara.
Menteri Perindustrian Republik Indonesia yang dalam hal ini diwakili oleh Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika, Setia Diarta, memberikan apresiasi atas langkah ekspor ini yang dinilai sejalan dengan visi pemerintah dalam memperkuat ekonomi nasional.
"Ekspor baja ke Eropa menunjukkan bahwa produk dalam negeri memiliki daya saing tinggi. Pemerintah akan terus memberikan dukungan agar industri strategis seperti Krakatau Steel semakin berperan dalam memperkuat perekonomian nasional", jelasnya.
Kemampuan Produksi
Kementerian Perindustrian mengemukakan, industri baja nasional kini memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan infrastruktur, penguatan industri permesinan, otomotif, galangan kapal, hingga energi.
Berdasarkan data World Steel Association, pada tahun 2024 Indonesia menempati posisi ke-14 dalam produksi crude steel dunia dengan produksi sebesar 18 juta ton. Jumlah realisasi produksi ini telah mengalami kenaikan signifikan dalam 5 tahun terakhir, yaitu mencapai 110% jika dibandingkan produksi 2019 sebesar 8,5 juta ton.
Sejalan dengan itu Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan yang diwakili oleh Direktur Pengembangan Ekspor Produk Manufaktur Kementerian Perdagangan RI Deden Muhammad Fajar Shiddiq mengatakan kegiatan ekspor ini merupakan kegiatan hasil kerja keras industri manufaktur yang memperlihatkan kemampuan produksi dalam negeri di kancah internasional.
"Keberhasilan ekspor CRC oleh PT KBI bukan hanya kebanggaan bagi KS Group, tetapi juga menjadi bukti bahwa industri baja nasional memiliki kapasitas untuk bersaing dan menembus pasar internasional" ujar Direktur Utama KS Group, Akbar Djohan yang juga menjabat sebagai Chairman ALFI/ILFA (Asosiasi Logistik & Forwarder Indonesia) serta Chairman IISIA (Indonesia Iron & Steel Industry Association). Hal tersebut makin menegaskan bahwa capaian KBI merupakan bukti nyata daya saing industri baja Indonesia.