Bursa Saham Asia Tersungkur, Investor Cermati Dampak Penurunan Peringkat Utang AS oleh Moody’s

1 week ago 26

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik anjlok pada perdagangan Senin, (19/5/2025). Koreksi bursa saham Asia Pasifik terjadi seiring investor menunggu serangkaian data ekonomi di seluruh kawasan dan mengkaji penurunan peringkat kredit Amerika Serikat (AS) oleh Moody’s.

Mengutip CNBC, indeks acuan Nikkei 225 di Jepang tergelincir 0,54% pada pembukaan. Indeks Topix turun 0,36%. Indeks Kospi di Korea Selatan tergelincir 0,47% dan indeks Kosdaq diperdagangkan 0,77% lebih rendah. Indeks S&P 500 atau ASX 200 susut 0,15% pada pembukaan perdagangan.

Indeks Hang Seng Hong Kong berjangka berada di level 23.270, lebih rendah dari penutupan terakhirnya di level 23.345,05.

Sementara itu,China dijadwalkan merilis serangkaian data ekonomi untuk April, termasuk harga perumahan dan produksi industri.

Thailand akan melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal pertama 2025. Selain itu, Bank Sentral Australia juga akan memulai pertemuan dua harinya.

Pada Jumat pekan lalu, Moody’s Ratings menurunkan peringkat kredit negara Amerika Serikat satu tingkat dari Aaa menjadi Aa1, dengan alasan meningkatnya tantangan dalam mendanai defisit anggaran federal dan meningkatnya biaya pembiayaan kembali utang dalam lingkungan suku bunga tinggi.

Dengan penurunan peringkat ini, Moody's telah bergabung dengan jajaran lembaga pemeringkat utama lainnya. S&P mengambil langkah pertama pada tahun 2011, dan Fitch mengikutinya pada 2023, keduanya menurunkan peringkat AS menjadi AA+.

Direktur Pelaksana Strategi Investasi, Vasu Menon menuturkan, penurunan peringkat terbaru Moody's sendiri mungkin tidak menyebabkan aksi jual besar-besaran di pasar saham dan obligasi AS seperti yang terlihat dari penurunan peringkat 2011 dan 2023.

"Namun, hal itu memperkuat kekhawatiran tentang defisit anggaran dan utang AS yang terus meningkat, tetapi ini bukanlah hal baru dan telah dibahas secara luas selama beberapa bulan terakhir, dan bahkan bertahun-tahun," katanya.

Kinerja Wall Street

Harga saham berjangka AS turun setelah S&P 500 membukukan reli empat hari karena pemotongan tarif sementara AS dan Tiongkok serta laporan inflasi yang menggembirakan. Harga berjangka yang terkait dengan Dow Jones Industrial Average turun 292 poin, atau 0,7%. Harga berjangka S&P 500 turun 0,7%, sementara harga berjangka Nasdaq 100 turun 0,8%.

Pada di wall street, Jumat, di Amerika Serikat, tiga rata-rata utama ditutup beragam. S&P 500 naik untuk sesi kelima dan membukukan kenaikan mingguan yang tajam, karena investor mengabaikan rilis data sentimen konsumen yang mengecewakan dan kekhawatiran inflasi yang terus berlanjut.

Indeks pasar yang luas naik 0,70% hingga ditutup pada 5.958,38, sementara Nasdaq Composite naik 0,52% hingga ditutup pada 19.211,10. Dow Jones Industrial Average naik 331,99 poin, atau 0,78%, dan berakhir pada 42.654,74. Kenaikan pada hari Jumat menempatkan patokan 30 saham tersebut ke wilayah positif untuk 2025.

Kinerja IHSG Pekan Lalu

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak signifikan pada perdagangan 14-16 Mei 2025. Penguatan IHSG didukung aksi beli saham oleh investor asing.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (17/5/2025), IHSG melambung 4,01% ke posisi 7.106,52. Pada pekan lalu, IHSG hanya naik 0,25% ke posisi 6.832,80. Kapitalisasi pasar melonjak 3,82% menjadi Rp 12.318 triliun dari pekan lalu Rp 11.865 triliun.

“Sektor yang berkinerja baik adalah sektor infrastruktur dan energi yang masing-masing naik 5,87% dan 5,66%. Sedangkan sektor yang tertinggal adalah sektor teknologi yang turun sebesar 3,22%,” demikian seperti dikutip dari riset Ashmore Asset Management Indonesia.

Selain itu, rata-rata volume transaksi harian bursa meroket 22,46% menjadi 30,02 miliar saham dari 24,52 miliar saham pada pekan lalu. Rata-rata frekuensi transaksi harian naik 9,98% menjadi 1,42 juta kali transaksi dari 1,29 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Adapun rata-rata nilai transaksi harian di BEI selama sepekan mencatat kenaikan tertinggi yang mencapai 24,52% menjadi Rp 16,59 triliun dari pekan lalu Rp 13,32 triliun.

Selama sepekan, investor asing membukukan aksi beli saham senilai Rp 5,05 triliun. Kondisi ini berbeda dari pekan lalu dengan aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 3,26 triliun.

Pada pekan ini,sebagian besar sektor saham melonjak kecuali sektor saham teknologi turun 3,22%. Sektor saham energi naik 5,66%, sektor saham basic materials mendaki 2,92%, dan sektor saham industri menguat 1,31%.

Lalu sektor saham consumer nonsiklikal mendaki 2,2%, sektor saham consumer siklikal menguat 0,21%. Kemudian sektor saham perawatan kesehatan bertambah 1,43%, sektor saham keuangan menanjak 3,71%, sektor saham properti naik 2,23%. Lalu sektor saham infrastruktur menguat 5,87% dan sektor saham transportasi dan logistik menanjak 2,48%

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |