Liputan6.com, Jakarta Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai masuknya saham PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) ke dalam indeks MSCI Asia Pacific Small Caps mencerminkan prospek positif bagi emiten di Tanah Air.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan inklusi kedua saham tersebut dipicu oleh peningkatan kapitalisasi pasar dan likuiditas transaksi, serta struktur kepemilikan yang sesuai dengan kriteria indeks.
“Inklusi saham RATU dan AADI pada indeks MSCI Asia Pacific Small Caps didorong oleh peningkatan kapitalisasi pasar dan likuiditas transaksi. Selain itu, sesuai dengan kriteria pemilihan konstituen indeks tersebut RATU dan AADI memiliki struktur kepemilikan yang memenuhi persyaratan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (15/8/2025).
BEI Berupaya Dorong Emiten untuk Tingkatkan Performa
Nyoman menambahkan, BEI melihat pencapaian ini sebagai peluang untuk menarik minat investor global. BEI pun terus mendorong emiten agar dapat dilirik oleh pengelola indeks internasional.
“BEI selalu berupaya mendorong emiten untuk meningkatkan performa dan kinerja perusahaan agar dapat meningkatkan daya tarik kepada pengelola indeks global,” jelasnya.
Menurut Nyoman, langkah tersebut ditempuh melalui kerja sama dengan penyedia indeks global, seperti ASEAN Exchanges dalam FTSE ASEAN Index Series, serta kegiatan sosialisasi dan seminar bersama MSCI dan S&P untuk membahas metodologi dan kriteria pemilihan indeks.
Lighthouse IPO Dorong Kepercayaan Investor
Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), I Gede Nyoman Yetna, menyebut kehadiran emiten berstatus lighthouse di BEI memberi sinyal positif bagi perkembangan pasar modal nasional. Emiten lighthouse merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar dan tingkat likuiditas tinggi.
"Kehadiran lighthouse IPO di Bursa Efek Indonesia sejauh ini memberikan sinyal positif bagi perkembangan pasar modal Indonesia. Perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar dan tingkat likuiditas yang tinggi mencerminkan bahwa pelaku usaha berskala besar masih memiliki keyakinan terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (15/8/2025).
Nyoman menambahkan, masuknya perusahaan berskala besar tersebut diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan investor, baik domestik maupun asing, untuk berpartisipasi di pasar modal Indonesia.
Selain itu, menurutnya, lighthouse IPO juga dapat menarik likuiditas baru karena investor institusi umumnya menunggu kehadiran perusahaan bereputasi tinggi untuk melantai di BEI.
"Dengan masuknya perusahaan-perusahaan tersebut berpotensi menghadirkan aliran dana ke pasar modal Indonesia, yang pada akhirnya dapat mendukung likuiditas sekaligus dapat menciptakan kestabilan bagi pasar modal," kata Nyoman.
7 Perusahaan Proses IPO di BEI, Mayoritas Beraset Jumbo
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat tujuh perusahaan dalam proses pencatatan saham perdana di BEI.
“Hingga 8 Agustus 2025 telah tercatat 22 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan dana dihimpun Rp 10,39 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, ditulis Sabtu (9/8/2025).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, dari tujuh perusahaan yang sedang proses untuk menawarkan saham perdana atau initial public offering (IPO), empat perusahaan beraset skala menengah (aset di antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar). Disusul tiga perusahaan beraset besar (aset di atas Rp 250 miliar). Sedangkan pada periode ini belum ada perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar).