Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi memberikan lisensi perdana Liquidity Provider Saham kepada PT Phintraco Sekuritas pada Senin (11/8/2025). Hal ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan likuiditas pasar dan memberikan kemudahan bagi investor untuk melakukan transaksi saham.
Lisensi itu diberikan kepada PT Phintraco Sekuritas seiring memenuhi seluruh syarat yang ditetapkan BEI termasuk kesiapan infrastruktur, sumber daya, serta komitmen dalam menjalankan fungsi penyedia likuiditas secara berkelanjutan.
Direktur Utama BEI Iman Rachman menuturkan, pengembangan liquidity provider saham ini merupakan bagian dari inisiatif strategis BEI untuk meningkatkan kualitas pasar modal Indonesia.
"Liquidity Provider Saham memiliki peran penting dalam menjaga ketersediaan kuotasi beli dan jual, sehingga dapat mengurangi bid-ask spread pada saham-saham dengan likuiditas rendah. Dengan hadirnya Liquidity Provider Saham, diharapkan minat investor meningkat dan aktivitas perdagangan menjadi lebih aktif,” ujar dia seperti dikutip dari keterangan resmi.
Dengan diluncurkannya Liquidity Provider Saham ini, BEI turut mengundang AB lainnya untuk turut berpartisipasi sebagai Liquidity Provider Saham guna bersama-sama mendorong peningkatan likuiditas dan efisiensi pasar.
Selain itu, pasar modal Indonesia juga resmi mengumumkan partisipasi efek reksa dana pada layanan Pinjam Meminjam Efek (PME).
Partisipasi reksa dana dalam mekanisme PME akan memperbesar ketersediaan saham siap pinjam, memperkuat likuiditas transaksi bursa, mendukung beragam strategi investasi seperti margin trading, short selling, peran liquidity provider, dan hedging sekaligus membuka peluang pendapatan tambahan bagi lender.
Pencapaian BEI
Untuk mempertahankan laju pertumbuhan pasar modal nasional di tengah tantangan yang terus berkembang, BEI bersama SRO dan OJK, serta didukung oleh para stakeholders, telah melaksanakan berbagai langkah strategis selama 2025.
Salah satu inisiatif strategis yang dilakukan adalah peresmian perdagangan karbon internasional pada 20 Januari 2025. BEI juga telah melakukan beberapa peluncuran produk dan layanan, yaitu Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA) pada 25 Februari 2025, serta SPPA Repo dan Waran Terstruktur (Put Warrant) pada 10 Maret 2025.
Kemudian, BEI juga telah melakukan penyesuaian ketentuan Auto Rejection Bawah dan Penghentian Sementara Perdagangan Efek pada 8 April 2025.
Perluasan Underlying Saham Waran Terstruktur juga telah dilakukan pada 2 Mei 2025. Untuk meningkatkan likuiditas pasar, BEI juga telah menyediakan Infrastruktur Liquidity Provider Saham pada 8 Mei 2025. Selain itu, sebagai bagian dari upaya pengembangan pasar derivatif, penambahan Underlying SSF juga telah dilakukan pada 11 Juli 2025 guna memperkaya pilihan investasi dan meningkatkan likuiditas perdagangan derivatif di pasar modal Indonesia.
Kinerja Kapitalisasi Pasar dan Investor
Kapitalisasi pasar saham juga mencatatkan rekor baru pada tahun ini mencapai posisi tertinggi yaitu sebesar Rp13.701 triliun pada 29 Juli 2025.
Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) perdagangan di pasar modal Indonesia berada pada posisi Rp13,56 triliun yang turut diikuti dengan data volume transaksi harian sebesar 22 miliar lembar saham dan frekuensi transaksi harian mencapai 1,29 juta kali transaksi.
Hingga 8 Agustus 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup meningkat 6,41% secara year-to-date pada level 7.533,385 dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp13.434 triliun.
Sebagian besar indikator perdagangan pasar modal Indonesia terus mengalami peningkatan signifikan dan memiliki potensi pertumbuhan lebih lanjut. Saat ini, pasar modal Indonesia menempati posisi ke-17 di antara negara lain dalam hal nilai kapitalisasi pasar dan berada pada posisi ke-2 di ASEAN dari segi jumlah perusahaan tercatat.
Pada tahun 2025, perdagangan derivatif di pasar modal Indonesia juga mencatatkan rekor total volume tahunan tertinggi sepanjang sejarah sejak produk derivatif mulai diinisiasi. Rekor ini dicapai pada 8 Agustus 2025 dengan total volume transaksi derivatif sebanyak 8.573 kontrak.
Total volume ini meningkat 369% dibandingkan pada akhir tahun 2024 lalu. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya minat investor terhadap instrumen derivatif sekaligus turut mencerminkan efektivitas strategi pengembangan pasar derivatif di pasar modal Indonesia.