Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (Astra) mengumumkan perubahan jajaran direksi dan komisaris dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2025 yang diselenggarakan Kamis (8/5/2025). Perubahan tersebut meliputi pengunduran diri dua petinggi dan pengangkatan kembali serta penunjukan baru dalam jajaran manajemen.
RUPST menyetujui pengunduran diri Bambang Brodjonegoro sebagai komisaris independen dan Suparno Djasmin dari posisi direktur. Sebagai penggantinya, Astra menunjuk Rudy sebagai Wakil Presiden Direktur yang baru. Selain itu, John Raymond Witt dan Stephen Patrick Gore kembali diangkat sebagai Komisaris.
Adapun berikut susunan Komisaris dan Direksi terbaru Astra International:
Jajaran Komisaris:
- Presiden Komisaris : Prijono Sugiarto
- Komisaris Independen : Sri Indrastuti Hadiputranto
- Komisaris Independen : Apinont Suchewaboripont
- Komisaris Independen : Muliaman Darmansyah Hadad
- Komisaris : Anthony John Liddell Nightingale
- Komisaris : Benjamin William Keswick
- Komisaris : John Raymond Witt
- Komisaris : Stephen Patrick Gore
- Komisaris : Benjamin Herrenden Birks
- Komisaris : Hsu Hai Yeh
Jajaran Direksi:
- Presiden Direktur : Djony Bunarto Tjondro
- Wakil Presiden Direktur : Rudy
- Direktur : Chiew Sin Cheok
- Direktur : Gidion Hasan
- Direktur : Henry Tanoto
- Direktur : Santosa
- Direktur : Gita Tiffani Boer
- Direktur : FXL Kesuma
- Direktur : Hamdani Dzulkarnaen Salim
- Direktur : Thomas Junaidi Alim. W
Pembagian Dividen
Pemegang saham juga menyetujui Pembagian dividen tunai sebesar Rp16,4 triliun kepada para pemegang saham. Jumlah tersebut merupakan bagian dari laba bersih konsolidasian tahun buku 2024 sebesar Rp34,05 triliun.
Dividen tunai yang dibagikan setara dengan Rp406 per saham, termasuk dividen interim sebesar Rp98 per saham yang telah dibayarkan pada 31 Oktober 2024.
Sisa dividen final sebesar Rp308 per saham akan dibayarkan pada 5 Juni 2025 kepada pemegang saham yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham pada 22 Mei 2025 pukul 16.00 WIB. Perseroan juga memutuskan untuk membukukan sisa laba sebesar Rp17,6 triliun sebagai laba ditahan.
Kinerja 2024
Sebelumnya, PT Astra International Tbk (ASII) mengumumkan kinerja tahun buku 2024 yang berakhir pada 31 Desember 2024. Pada periode tersebut, perseroan membukukan pertumbuhan positif, baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Pendapatan perseroan sampai dengan 31 Desember 2024 tercatat sebesar Rp 330,92 triliun. Pendapatan itu naik 4,53 persen dibandingkan pendapatan bersih tahun buku 2023 yang tercatat sebesar Rp 316,57 triliun.
Seiring dengan kenaikan pendapatan, beban pokok pendapatan pada 2024 naik menjadi Rp 257,36 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 243,26 triliun. Sehingga diperoleh laba bruto RP 73,56 triliun, masih naik dibandingkan laba bruto 2023 yang tercatat sebesar Rp 73,31 triliun.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa, Kamis (27/2/2025), perseroan membukukan beban penjualan Rp 11,45 triliun pada 2024. Kemudian beban umum dan administrasi tercatat sebesar RP 11,35 triliun. Penghasilan bunga pada periode yang sama tercatat sebesar Rp 3,35 triliun.
Biaya keuangan tercatat sebesar Rp 3,8 triliun dan kerugian selisih kurs bersih Rp 532 miliar. Penyesuaian nilai wajar investasi pada GOTO dan HEAL tercatat sebesar Rp 138 miliar, dan penyesuaian nilai wajar investasi lain-lain Rp 11 miliar. Penghasilan lain-lain pada 2024 tercatat sebesar Rp 1,79 triliun. Kemudian, bagian atas hasil bersih ventura bersama dan entitas asosiasi tercatat sebesar Rp 10,29 triliun.
Laba 2024 Naik Tipis 0,63 Persen
Setelah memperhitungkan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk tahun buku 2024 sebesar Rp 34,05 triliun. Laba itu naik 0,63 persen dibandingkan laba tahun buku 2023 yang tercatat sebesar Rp 33,84 triliun. Sehingga laba per saham dasar naik menjadi Rp 841 dari sebelumnya Rp 836 per saham.
Aset perseroan sampai dengan 31 Desember 2024 naik menjadi Rp 472,93 triliun dibanding posisi akhir 2023 yang tercatat sebesar Rp 445,41 triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 176,93 triliun dan sisanya Rp sekitar Rp 295,99 triliun merupakan aset tidak lancar.
Liabilitas sampai dengan 31 Desember 2024 naik menjadi Rp 201,43 triliun dibanding posisi akhir 2023 yang tercatat sebesar Rp 194,98 triliun. Rinciannya, sebesar Rp 133,3 triliun merupakan liabilitas jangka pendek dan sekitar Rp 68,13 triliun tercatat sebagai liabilitas jangka panjang.
Sementara, ekuitas sampai dengan akhir Desember 2024 tercatat sebesar Rp 271,5 triliun. Liabilitas itu naik dibandingkan liabilitas pada akhir 2023 yang tercatat sebesar Rp 250,42 triliun.