Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Cahaya Timber Tbk (FWCT), emiten industri kayu lapis yang berkantor pusat di Jakarta Barat, mengumumkan transaksi afiliasi yang dilakukan oleh entitas anak usahanya, PT Marina Andalan Jaya Utama (MAJU).
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (21/7/2025), dalam keterangannya, MAJU menerima fasilitas pinjaman dari Hasan Holdings Pte. Ltd. (HHPL) senilai SGD 3,8 juta atau sekitar Rp45 miliar, dengan tingkat bunga 6,5% per tahun dan jangka waktu pinjaman selama tiga tahun.
Transaksi tersebut tertuang dalam perjanjian pinjaman antar perusahaan (Inter-Company Loan Agreement) yang ditandatangani pada 18 Juni 2025. MAJU sendiri merupakan anak usaha FWCT dengan kepemilikan saham sebesar 99,99%, sedangkan HHPL dan FWCT berada di bawah kendali ultimate beneficial owner yang sama.
Transaksi Afiliasi Sesuai Regulasi OJK
Manajemen FWCT menyatakan transaksi ini dilakukan sesuai dengan ketentuan POJK No. 42/POJK.04/2020 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan. FWCT juga telah menunjuk Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Iskandar dan Rekan untuk memberikan pendapat kewajaran atas transaksi ini.
Dari hasil kajian KJPP, transaksi pinjaman dinyatakan wajar dari sisi nilai, suku bunga, serta dampak terhadap kondisi keuangan dan kepentingan pemegang saham. KJPP menilai bahwa pinjaman ini akan membantu MAJU untuk segera memulai operasi komersial dan mendukung diversifikasi bisnis FWCT secara keseluruhan.
"Dengan dukungan pendanaan dari HHPL, MAJU dapat segera beroperasi secara komersial dan mempercepat proses ekspansi Perseroan tanpa perlu menunggu proses perbankan,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi.
Dampak Keuangan dan Solvabilitas
Berdasarkan proyeksi keuangan yang disiapkan oleh manajemen, transaksi ini berdampak pada peningkatan rasio leverage Perseroan. Debt to Equity Ratio (DER) diproyeksi naik dari 96,07% menjadi 109,59%, sedangkan Debt to Asset Ratio (DAR) meningkat dari 49,00% menjadi 52,29%. Namun demikian, kondisi solvabilitas Perseroan masih dinilai tetap dalam batas aman (solvable).
Dari sisi likuiditas, Current Ratio (CR) atau rasio lancar diproyeksi mengalami peningkatan dalam waktu dekat, meskipun dalam jangka menengah diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan proyeksi tanpa transaksi.
Manajemen juga menegaskan transaksi ini bukan merupakan transaksi benturan kepentingan, karena tidak ada perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis Direksi, Komisaris, maupun pemegang saham pengendali.
Transaksi ini disebut sebagai bagian dari strategi jangka panjang FWCT dalam memperluas portofolio bisnisnya. HHPL sebagai afiliasi diharapkan bisa mempercepat realisasi proyek dan operasional MAJU, yang pada akhirnya akan berkontribusi positif terhadap pendapatan dan profitabilitas FWCT secara konsolidasi.
Tercatat di BEI pada 1 Februari 2023
Sebelumnya, PT Wijaya Cahaya Timber Tbk (FWCT) melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (1/2/2023).
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, PT Wijaya Cahaya Timber Tbk mencatatkan saham perdana dengan kode saham FWCT. Perseroan sebagai perusahaan tercatat ke-11 pada 2023. Perseroan mencatatkan saham hari ini di papan pengembangan dengan jumlah saham yang ditawarkan ke publik 375 juta saham.
Harga penawaran saham Rp 118 per saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Perseroan telah menunjuk PT Lotus Andalan Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Sementara itu, Wijaya Cahaya Timber meraih dana segar Rp 44,25 miliar. Dengan demikian, emiten berkode FWCT akan mencatatkan saham sejumlah 1,87 miliar saham.
PT Fortuna Anugrah Sumber Terpadu, PT Mandiri Sejahtera Jaya Abadi, Budi Tjahjadi, Aris Sunarko, berdasarkan surat pernyataannya tertanggal 23 September 2022 menyatakan saham-saham Perseroan yang dimilikinya tidak akan dijual dalam jangka waktu 8 bulan terhitung setelah pernyataan pendaftaran menjadi efektif.
Aris Sunarko selaku pemegang saham pengendali secara tidak langsung Perseroan melalui PT Fortuna Anugrah Sumber Terpadu, akan tetap menjadi pengendali Perseroan dan tidak dapat mengalihkan pengendaliannya pada Perseroan sampai dengan sekurang-kurangnya 12 bulan setelah pernyataan pendaftaran penawaran umum perdana saham Perseroan menjadi efektif sesuai surat pernyataan pada 24 November 2022.
Pemakaian dana IPO tersebut antara lain sekitar 79 persen untuk belanja modal berupa pembelian mesin produksi utama, sekitar 16 persen untuk belanja modal berupa pembelian mesin produksi pendukung, dan sisanya akan dipakai untuk modal kerja sehingga mendukung operasional perseroan.
Hingga 31 Juli 2022, Wijaya Cahaya Timbermencatat penjualan Rp 508,28 miliar. Penjualan naik 49,17 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 340,72 miliar. Laba periode atau tahun berjalan susut 21,6 persen dari Rp 32,12 miliar hingga 31 Juli 2021 menjadi Rp 25,18 miliar hingga 31 Juli 2022.
Aset Perseroan
Total ekuitas perseroan naik menjadi Rp 215,74 miliar hingga 31 Juli 2022 dari periode Desember 2021 sebesar Rp 190,76 miliar.Total liabilitas naik menjadi Rp 177,4 miliar hingga 31 Juli 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 156,73 miliar. Wijaya Cahaya Timbermencatat aset naik menjadi Rp 393,20 miliar hingga 31 Juli 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 347,50 miliar.
Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 21,02 miliar hingga 31 Juli 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 21,03 miliar. Untuk kebijakan dividen, setelah IPO, perseroan akan membagikan dividen maksimal 30 persen mulai 2023 berdasarkan laba bersih 2022.
Pembagian dividen tetap memperhatikan persetujuan RUPS perseroan. Selain itu, bergantung pada berbagai faktor antara lain laba ditahan, kinerja operasional dan keuangan serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.