Liputan6.com, Jakarta - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam membagikan dividen sebesar 100% dari laba bersih Tahun Buku 2024 yang dapat diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk Perusahaan kepada pemegang saham.
Dividen tunai tersebut telah dibayarkan pada 11 Juli 2025, sesuai hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan Tahun Buku 2024 yang digelar pada 12 Juni 2025 lalu.
Total dividen yang dibagikan mencapai Rp3,65 triliun, yang seluruhnya berasal dari laba bersih yang dapat diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk. Direktur Utama Aneka Tambang Achmad Ardianto menuturkan, pembagian seluruh laba bersih sebagai dividen ini menunjukkan kekuatan fundamental keuangan Perusahaan serta komitmen ANTAM terhadap penciptaan nilai jangka panjang bagi pemegang saham.
"Pembagian dividen ini juga merupakan wujud apresiasi Perusahaan atas kepercayaan dan dukungan pemegang saham,” kata Ardianto seperti dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Rabu (16/7/2025).
Dividen per saham yang dibagikan tercatat sebesar Rp151,77267 atau ekuivalen dengan Rp758,86335 per CHESS Depository Interest (CDI) bagi pemegang CDI Perusahaan di Australian Securities Exchange (ASX). Saham Perusahaan di ASX diperdagangkan dalam bentuk CDI atau sertifikat penitipan efek ASX.
Satu unit CDI ekuivalen dengan dan/atau dapat ditukar dengan lima saham Seri B Perusahaan. Kebijakan pembagian dividen ini selaras dengan prospektus saham ANTAM, yang menyatakan perusahaan secara konsisten membagikan dividen tunai setidaknya satu kali dalam setahun.
Masuk IDX High Dividend20
Dengan tetap memperhatikan posisi keuangan atau tingkat kesehatan Perusahaan dan tanpa mengurangi hak dari RUPS Perusahaan, kebijakan dividen minimum 30% dari laba bersih setelah pajak, kecuali ditentukan lain oleh RUPS.
“Konsistensi ANTAM dalam membagikan dividen turut menjaga posisinya sebagai salah satu emiten unggulan dalam Indeks IDX High Dividend20 di Bursa Efek Indonesia,” ujar dia.
Indeks ini mencerminkan kinerja harga dari 20 saham yang membagikan dividen tunai secara konsisten dalam tiga tahun terakhir dan memiliki dividend yield tinggi.
Pada penutupan perdagangan Selasa, harga saham ANTM turun 0,99% ke posisi Rp 3.000 per saham. Harga saham ANTM dibuka stagnan di posisi Rp 3.030 per saham. Harga saham ANTM berada di level tertinggi Rp 3.030 dan terendah Rp 2.960 per saham. Total frekuensi perdagangan 14.297 kali dengan volume perdagangan 777.893 saham. Nilai transaksi Rp 232,6 miliar.
Harga Emas Melesat, Bagaimana Prospek Saham ANTM?
Sebelumnya, harga emas melonjak tajam sebesar 38% YoY ke level USD 2.859,6/oz pada kuartal I 2025. Kenaikan ini dipicu oleh inflasi yang masih tinggi (5,4%), suku bunga riil negatif di AS (sekitar –0,5%), serta permintaan besar dari bank sentral yang mencapai 363,2 ton. Selain itu, arus masuk ETF juga pulih menjadi 211,2 ton, sehingga total permintaan investasi emas mencapai 551,9 ton.
Di sisi suplai, ketatnya pasokan turut memperkuat harga emas. Biaya produksi emas global yang meningkat (di atas USD 1.350/oz) dan output tambang yang terbatas hanya sebesar 855,7 ton memberikan tekanan tambahan pada sisi penawaran. Kombinasi dari indeks DXY yang melemah (sekitar 100) dan volatilitas mata uang negara berkembang (>8%) menjadi katalis pendukung lanjutan bagi reli harga emas.
"Antam berada pada posisi yang sangat menguntungkan di tengah momentum kenaikan harga emas yang berkelanjutan. Kami memperkirakan rata-rata harga emas mencapai USD3.100/oz sepanjang 2025," ujar Senior Equity Research Analyst at Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Farras Farhan dalam risetnya, Kamis (22/5/2025).
Kinerja Keuangan Antam Melonjak Berkat Harga Emas
Didorong oleh tingginya harga jual emas tahun 2025, Antam diperkirakan mencetak pendapatan sebesar Rp 92,8 triliun atau tumbuh 34,2% dibanding tahun sebelumnya. Meski volume penjualan emas hanya naik moderat menjadi 42,5 ton (+6,7% YoY), lonjakan harga jual emas menjadi USD 3.100/oz (+22,5% YoY) menjadi motor utama pertumbuhan.
Penandatanganan Sales and Purchase Agreement (SPA) terbaru dengan PT Freeport Indonesia juga diperkirakan menjadi pendorong tambahan bagi penjualan emas Antam. Selain itu, pendapatan dari bijih nikel turut menunjukkan performa impresif dengan proyeksi sebesar Rp8,9 triliun (+65,4% YoY), seiring meningkatnya permintaan dari smelter.
"Walau margin kas emas turun menjadi USD 217/oz akibat dinamika perdagangan yang kurang menguntungkan, kami memperkirakan EBITDA 2025 akan mencapai Rp 7,3 triliun dan laba bersih melonjak 64,9% menjadi Rp6 triliun," jelas Farras.