Liputan6.com, Jakarta - Selain capital gain atau keuntungan yang didapatkan saat menjual saham, saat investasi saham ada hal lain yang ditunggu-tunggu yakni dividen.
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen itu disalurkan usai mendapatkan persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Bila investor ingin mendapatkan dividen setidaknya menjadi pemegang saham pada periode yang ditentukan sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Salah satunya yang perlu diperhatikan pembagian dividen yakni cum date. Cum date tersebut adalah hari terakhir investor ketika membeli saham emiten untuk mendapatkan haknya.
Selain itu ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan jika ingin mendapatkan dividen. Salah satunya dividen yield. Dividen yield ini termasuk dividen per saham dibagi harga pasar saham. Dividen yield adalah tingkat keuntungan yang diberikan perusahaan. Perusahaan yang memberikan dividen yield tinggi, harga saham akan mengalami kenaikan ketika menjelang pengumuman dividen.
Hal lain yang dicermati yakni Dividen Payout Ratio (DPR). Ini persentase dividen terhadap laba bersih perusahaan. Dengan demikian seluruh laba perusahaan dibagikan kepada pemegang sahamnya. Perusahaan besar dan kuat memiliki DPR yang besar. Selain itu, perusahaan yang memiliki DPR tinggi punya jumlah kas besar sehingga perusahaan tidak lagi membutuhkan laba untuk ditahan.
Salah satu emiten yang rutin membagikan dividen yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).Pada 2025, BCA telah mengumumkan pembagian dividen untuk tahun buku 2024 dengan total mencapai Rp 300 per saham.
Pembagian dividen ini juga melihat kinerja BCA pada 2024. Tercatat laba bersih BCA naik 12,7% menjadi Rp 54,8 triliun pada 2024. Sedangkan total pendapatan tumbuh 9,7% menjadi Rp 107,4 triliun.
Sementara itu, untuk tahun buku 2023, BCA membagikan total dividen sekitar Rp 270 per saham. Jumlah dividen yang dibagikan BCA untuk tahun buku 2023 itu meningkat dari periode 2022. Untuk tahun buku 2022, BCA membagikan total dividen Rp 205 per saham.
Dividen BCA
Ingin tahu jumlah dividen yang akan didapatkan bila memiliki 1 lot saham BBCA (1 lot tercatat 100 lembar saham)? Berikut perhitungan dividen yang akan didapatkan jika memiliki 1 lot saham BBCA dengan asumsi penutupan harga saham BBCA Rp 8.550 per saham pada Selasa, 15 Juli 2025:
- Dividen BCA untuk tahun buku 2024: Rp 30.000
- Dividen BCA untuk tahun buku 2023: Rp 27.000
- Dividen BCA untuk tahun buku 2022: Rp 20.000
Adapun gambaran untuk membeli 1 lot saham BBCA dengan harga penutupan perdagangan 15 Juli 2025 Rp 8.550 per saham sehingga harus merogoh kocek Rp 855.000.
Lalu sebagai gambaran jika Anda memiliki saham BBCA sebanyak 100 lot saham, berhak menerima dividen saham BBCA sekitar Rp 3.000.000. Anda pun harus merogoh kocek sekitar Rp 85.500.000 untuk membeli 100 lot saham BBCA dengan memakai harga penutupan 15 Juli 2025 yakni Rp 8.550 per saham.
Kredit 2024 Tumbuh 13,8 Persen, BCA Kantongi Laba Segini
Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan entitas anak menutup tahun 2024 dengan pertumbuhan positif. Laba bersih BCA dan entitas anak pada periode tersebut naik 12,7 persen mencapai Rp 54,8 triliun.
Bersamaan dengan itu, total kredit 13,8 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 922 triliun. Pertumbuhan kredit BCA diikuti terjaganya kualitas pembiayaan perseroan. Rasio loan at risk (LAR) BCA membaik mencapai 5,3 persen pada tahun 2024, dibandingkan 6,9 persen pada 2023.
“BCA berterima kasih atas kepercayaan nasabah serta dukungan pemerintah dan otoritas, sehingga perusahaan mampu melewati 2024 dengan solid dan menorehkan kinerja positif. Kami melihat perekonomian domestik mampu bertumbuh, di tengah berbagai tantangan serta perubahan lanskap geopolitik global," ujar Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja dalam paparan kinerja BBCA Tahun Buku 2024, Kamis (23/1/2025).
Penyaluran pembiayaan per Desember 2024 ditopang kredit korporasi yang tumbuh 15,7 persen yoy mencapai Rp 426,8 triliun didorong oleh berbagai sektor. Kredit komersial naik 8,9 persen yoy mencapai Rp 137,9 triliun, dan kredit UKM tumbuh 14,8 persen mencapai Rp 123,8 triliun.
Total portofolio kredit konsumer naik 12,4 persen yoy menyentuh Rp 223,7 triliun, ditopang KKB yang meningkat 14,8 persen yoy mencapai Rp 65,3 triliun dan KPR sebesar 11,2 persen yoy menjadi Rp 135,5 triliun. Outstanding pinjaman konsumer lain (mayoritas kartu kredit) tumbuh 12,8 persen yoy menjadi Rp 22,9 triliun.
Kinerja Pendapatan dan DPK
Pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) BCA tumbuh 9,5 persen yoy menjadi Rp 82,3 triliun pada 2024. Pendapatan selain bunga naik 10,2 persen yoy menjadi Rp 25,2 triliun, sehingga total pendapatan operasional sebesar Rp 107,4 triliun atau naik 9,7 persen yoy.
Sementara itu, biaya provisi BCA tercatat sebesar Rp 2 triliun. Rasio kredit bermasalah (NPL) BCA terjaga di angka 1,8 persen pada 2024. Laba bersih BCA dan entitas anak naik 12,7 persen mencapai Rp 54,8 triliun.
Di sisi pendanaan, dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi sekitar 82 persen dari total DPK, tumbuh 4,4 persen mencapai Rp 924 triliun. Dengan ekspansi ekosistem transaksi perbankan terus-menerus, baik melalui kanal online maupun offline, total frekuensi transaksi BCA menyentuh rekor tertinggi, naik 21 persen yoy mencapai 36 miliar.
Khusus untuk mobile banking dan internet banking, frekuensi transaksi mencapai 31,6 miliar, tumbuh 24 persen yoy. Jumlah rekening nasabah BCA per Desember 2024 mencapai lebih dari 41 juta, tumbuh 2 kali lipat dalam 5 tahun terakhir. Peningkatan CASA, volume transaksi, dan jumlah nasabah terwujud seiring inovasi berkelanjutan yang berfokus pada kebutuhan nasabah.
Kredit Berkelanjutan Tumbuh Positif
Penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan tumbuh 12,5 persen yoy menjadi Rp 229 triliun per Desember 2024, berkontribusi hingga 24,8 persen terhadap total portofolio pembiayaan. Capaian ini salah satunya ditopang kredit kendaraan bermotor listrik yang naik 84,2 persen secara tahunan mencapai Rp 2,3 triliun.
BCA juga menyalurkan pinjaman terkait keberlanjutan (Sustainability Linked Loan/SLL) mencapai Rp 1 triliun, nilainya naik 3 kali lipat secara tahunan.
"Komitmen BCA menerapkan nilai-nilai environmental, social, and governance (ESG) terus diperkuat salah satunya melalui perhitungan jejak karbon yang dihasilkan dari seluruh kegiatan operasional sepanjang tahun," kata Jahja.
Pada 2024, BCA diestimasikan mengurangi emisi sekitar 4.216 ton CO2 melalui pengolahan 593 ton limbah operasional, digital banking, hingga implementasi gedung ramah lingkungan. Komitmen BCA dalam mengimplementasikan gedung ramah lingkungan terbukti dari perolehan sertifikat Green Mark Super Low Energy oleh Wisma BCA Foresta, yang diberikan Building and Construction Authority Singapore.