Saham DSSA, CUAN Masuk Indeks MSCI Global Standard, ADRO Terdepak

2 months ago 44

Liputan6.com, Jakarta - Morgan Stanley Capital International (MSCI) mengumumkan hasil tinjauan indeks pada Agustus 2025. Perubahan konstituen dalam indeks MSCI tersebut akan berlaku mulai penutupan 26 Agustus 2025.

Dalam pengumuman MSCI Global Standard Indexes menambah dua saham emiten di indeks MSCI Indonesia yakni PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Selain itu, MSCI mendepak PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO). Namun, saham ADRO pindah ke MSCI Global Small Cap Indexes. Demikian mengutip laman MSCI, Jumat (8/2025).

Di MSCI Global Small Cap Indexes, ada enam saham emiten Indonesia yang masuk antara lain PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), PT MNC Land Tbk (KPIG), PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), dan PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG).

Sedangkan dua saham yang terdepak dari indeks itu yakni PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dan PT Panin Financial Tbk (PNLF).

Mengutip data RTI, pada penutupan perdagangan Kamis, 7 Agustus 2025, harga saham DSSA melemah 1,36% ke posisi Rp 65.500 per saham. Harga saham DSSA dibuka turun 100 poin ke posisi Rp 65.300 per saham. Saham DSSA berada di level tertinggi Rp 67.900 dan terendah Rp 65.300 per saham. Total frekuensi perdagangan 5.871 kali dengan volume perdagangan 49.233 saham. Nilai transaksi Rp 327,8 miliar.

Sedangkan saham CUAN terpangkas 4,58% ke posisi Rp 1.460 per saham. Harga saham CUAN naik lima poin ke posisi Rp 1.535 per saham. Saham CUAN berada di level tertinggi Rp 1.545 dan terendah Rp 1.450 per saham. Total frekuensi perdagangan 63.451 kali dengan volume perdagangan 3.060.999 saham. Nilai transaksi Rp 456,5 miliar.

Saham ADRO ditutup naik 0,54% ke posisi Rp 1.870 per saham. Harga saham ADRO dibuka naik lima poin ke posisi Rp 1.865 per saham. Saham ADRO berada di level tertinggi Rp 1.890 dan terendah Rp 1.865 per saham. Total frekeunsi perdagangan 8.887 kali dengan volume perdagangan 238.923 saham. Nilai transaksi Rp 44,7 miliar.

MSCI Umumkan Rebalancing Indeks 7 Agustus 2025, Deretan Saham Ini Berpeluang Masuk

Sebelumnya, Morgan Stanley Capital International (MSCI) akan melakukan evaluasi terhadap indeks global yang dikelolanya, hasil ini rencananya akan diumumkan pada Kamis, 7 Agustus 2025. 

Ada beberapa saham yang berpeluang masuk ke dalam indeks MSCI. Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila mengungkapkan, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) berpotensi masuk.

Lalu untuk PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) juga diprediksi akan masuk ke indeks MSCI untuk masuk ke MSCI small cap index. 

"SSIA dengan lonjakan Harga juga baru-baru ini berpotensi masuk ke MSCI small cap index,” ujarnya kepada Liputan6.com, Kamis (7/8/2025). 

Adapun menurut Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, menilai tren penguatan sejumlah saham konglomerat sudah mencerminkan sentimen positif terkait Rebalancing Index MSCI. Dia menuturkan, saham-saham seperti milik Barito Group telah lebih dulu mencatatkan kenaikan harga.

“Ini terkait dengan Rebalancing Index MSCI ya. Sebenarnya begini ya, sebenarnya itu sudah terpricing oleh adanya trend kenaikan harga saham. Misalnya dialami oleh saham-saham konglomerat seperti Barito Group, ya,” ujar Nafan kepada Liputan6.com.

Ia mencontohkan beberapa saham yang mencerminkan tren tersebut seperti TPIA, PTRO, CUAN, dan BREN. Saham ini yang diprediksi akan masuk dalam indeks MSCI.

Kontribusi Saham

Selain itu, saham-saham ini juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pergerakan positif indeks harga saham gabungan (IHSG), khususnya pada kuartal kedua tahun ini.

“Nah ini saham-saham konglomerat ini seperti dari Barito Group ini, ini sebenarnya sudah memberikan katalis, sudah memberikan efek yang positif, ya. Sudah memberikan peran yang penting dalam men-driven trend kenaikan IHSG, terutama di sepanjang 3 bulan kedua tahun ini, ya,” jelasnya.

Ia juga menambahkan sepanjang kuartal kedua, IHSG menunjukkan tren yang lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang cenderung lesu.

“Seperti itu, sebab kalau 3 bulan satu tahun ini kan agak relatively downtrend, ya kan. Agak relatively downtrend, ya. Tapi kalau di 3 bulan kedua, adanya sudah bagus, ya. Sudah uptrend, begitu, ya,” pungkasnya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |