Orang Terkaya di Dunia Jensen Huang Lepas Saham Nvidia, Segini Nilainya

5 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - CEO Nvidia Jensen Huang melepas saham senilai USD 36,4 juta atau sekitar Rp 590,19 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.214). Hal itu berdasarkan laporan Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (AS) atau US Securities and Exchange Commission.

Mengutip CNBC, Sabtu (11/7/2025), penjualan saham Nvidia itu berjumlah 225.000 lembar saham, yang merupakan bagian dari rencana Huang yang telah diadopsi sebelumnya pada Maret untuk melepas hingga 6 juta lembar saham Nvidia hingga akhir tahun. Ia menjual saham pertamanya dari perjanjian tersebut pada Juni sekitar USD 15 juta atau Rp 243,20 miliar.

Tahun lalu, CEO Jensen Huang menjual saham sekitar USD 700 juta atau Rp 11,34 triliun sebagai bagian dari rencana yang telah disusun sebelumnya. Saham Nvidia naik sekitar 1% pada Jumat pekan ini.

Sementara itu, kekayaan bersih Huang meroket seiring investor bertaruh pada dominasi AI Nvidia dan unit pemrosesan graif yang mendukung model bahasa besar.

Kekayaan pria berusia 62 tahun ini telah tumbuh lebih dari seperempat, atau sekitar USD 29 miliar atau Rp 470,20 triliun, sejak awal 2025, berdasarkan indeks miliarder Bloomberg. Kekayaan Jensen Huang terakhir kali tercatat sebesar USD 143 miliar atau sekitar Rp 2.319 triliun, menempatkannya sejajar dengan Warren Buffett dari Berkshire Hathaway di posisi USD 144 miliar atau sekitar Rp 2.335 triliun.

Tak lama setelah pasar dibuka pada Jumat pekan ini, analis kekayaan bersih Fortune menempatkan Huang di atas Buffett. CEO Jensen Huang catat kekayaan USD 143,7 miliar sedangkan Warren Buffett tercatat USD 142,1 miliar.

Kepemilikan Saham Jensen Huang

Perusahaan ini juga mencapai tonggak sejarah sendiri pada 2025, seiring pesatnya perkembangan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Pada Rabu pekan ini, produsen chip yang berada di Santa Clara ini menjadi perusahaan pertama yang mencapai kapitalisasi pasar lebih dari USD 4 triliun, mengalahkan Microsoft dan Apple.

Sementara itu, Brooke Seawell, mitra ventura di New Enterprise Associates, menjual saham Nvidia senilai sekitar USD 24 juta atau Rp 389,16 miliar, menurut laporan SEC. Seawell telah menjadi anggota dewan perusahaan sejak tahun 1997, menurut perusahaan tersebut.

Huang masih memegang lebih dari 858 juta saham Nvidia, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam berbagai kemitraan dan perwalian.

Nvidia dan Apple Geser Exxon, Era Baru Raksasa Pasar Saham Dunia

Sebelumnya, pergeseran besar terjadi di dunia pasar saham global. Jika dulu perusahaan raksasa seperti ExxonMobil, Chevron, General Electric, dan AT&T mendominasi indeks S&P 500, kini posisinya telah digantikan oleh raksasa teknologi seperti Nvidia, Microsoft, dan Amazon.

Chief Investment Officer Bank DBS, Hou Wey Fook, menyoroti perubahan ini sebagai bukti nyata evolusi ekonomi dunia. Perusahaan teknologi tidak hanya menyalip kapitalisasi pasar, tetapi juga mampu mempertahankannya jauh di atas rata-rata perusahaan lama.

"Kami juga mengamati bahwa perusahaan-perusahaan tersebut cenderung tidak bertahan lama di puncak klasemen. Namun berbeda dengan masa lalu, perusahaan-perusahaan terbesar saat ini seperti Nvidia, Microsoft, dan Amazon memiliki kapitalisasi pasar sekitar 6% dari indeks S&P," kata dalam media briefing DBS Chief Investment Officer (CIO) Insights 2H25, Senin (7/7/2025).

Dia menuturkan, faktor utama yang membedakan adalah model bisnis. Perusahaan teknologi besar saat ini mengadopsi pendekatan asset-light, memungkinkan mereka berkembang pesat tanpa belanja modal besar seperti industri energi atau manufaktur.

"Alasannya adalah karena perusahaan-perusahaan ini memiliki model bisnis yang kami sebut sebagai asset-light, artinya mereka bisa berkembang tanpa perlu belanja modal (capex) besar, tidak seperti perusahaan industri dan energi di masa lalu, sehingga mampu mempertahankan tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yang tinggi," jelasnya.

Model Bisnis

Ia menuturkan, model bisnis asset-light membuat perusahaan teknologi lebih fleksibel dalam menumbuhkan skala bisnisnya.

Tidak seperti perusahaan minyak yang membutuhkan miliaran dolar untuk eksplorasi dan infrastruktur, perusahaan teknologi seperti Nvidia dan Apple bisa tumbuh tanpa pengeluaran modal besar.

Hal ini memungkinkan mereka mempertahankan Return on Equity (ROE) yang tinggi secara konsisten. Dalam jangka panjang, kemampuan mempertahankan profitabilitas menjadi kekuatan utama dalam menjaga posisi di puncak pasar saham.

Perusahaan Price Maker

Wey Fook mencontohkan, perusahaan minyak harus terus berinvestasi besar agar tetap relevan. Tapi bagi Apple, cukup dengan inovasi produk dan pemanfaatan hak kekayaan intelektual, margin tetap bisa dijaga tinggi.

“Ini adalah alasan utama kenapa perusahaan seperti Apple dan Nvidia disebut price maker. Mereka punya kendali penuh atas harga dan margin bisnisnya,” jelasnya.

Nvidia menjadi sorotan utama karena bukan hanya sukses sebagai pemimpin industri chip, tetapi juga mampu mencetak margin kotor hingga 78%. Angka ini jauh di atas industri pada umumnya, berkat kepemilikan desain AI yang eksklusif dan tidak mudah ditiru.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |