Liputan6.com, Jakarta - PT Trimitra Trans Persada Tbk resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 10 Juli 2025, dengan kode saham BLOG. Dalam penawaran umum perdana saham (IPO), perusahaan melepas 563,2 juta saham atau sekitar 16,67% dari total modal disetor, dengan harga penawaran sebesar Rp 250 per saham. PT BCA Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi.
Sejak 2017, perusahaan yang dikenal dengan merek dagang B-LOG ini telah berevolusi menjadi penyedia layanan logistik terintegrasi. Layanannya meluas dari transportasi hingga manajemen gudang, termasuk fasilitas penyimpanan berpendingin. Kini B-LOG melayani berbagai sektor industri seperti ritel, FMCG, dan makanan dan minuman (F&B).
B-LOG saat ini mengoperasikan lebih dari 3.200 armada yang tersebar di 124 titik operasional di 47 kota di seluruh Indonesia. Untuk memperkuat cakupan layanan, perusahaan terus menambah kendaraan dan membangun fasilitas cold storage baru.
Direktur Utama PT Trimitra Trans Persada Tbk, Maickel Tilon, mengatakan IPO ini merupakan langkah penting dalam memperluas jangkauan distribusi perusahaan.
“Melalui IPO ini, kami berharap dapat memperkuat jaringan distribusi dan menambah kapasitas gudang kami, terutama untuk melayani kebutuhan pasar baru di Indonesia,” ujarnya.
Dana yang dihimpun dari IPO diperkirakan mencapai Rp140,8 miliar. Sebagian besar dana tersebut, sekitar 67%, akan dialokasikan untuk memperkuat anak usaha PT Simpan Sini Aja (SSA) yang fokus pada sektor pergudangan. Dana ini akan digunakan untuk membangun tiga gudang berpendingin di Tangerang, Pontianak, dan Makassar.
Sementara itu, 33% sisanya akan digunakan untuk membeli 75 hingga 100 unit kendaraan jenis truk ringan (cold dan dry truck) guna mendukung perluasan layanan distribusi.
Pada 2024 lalu, B-LOG mencatatkan pendapatan lebih dari Rp1 triliun, naik 12% dibandingkan tahun sebelumnya. Ke depan, perusahaan menargetkan pertumbuhan pendapatan tahunan (CAGR) sebesar 12% hingga 2029, dengan sektor logistik berpendingin sebagai pendorong utama.
Awas Kalap, Jurus Jitu Investasi saat Ramai IPO
Diberitakan sebelumnya, memasuki paruh kedua tahun 2025, tren penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan penguatan signifikan.
Emiten dari beragam sektor—mulai dari logistik, layanan edukasi, alat kesehatan, hingga aset kripto—berbondong-bondong melantai di bursa, menandakan gairah pasar yang mulai pulih dan semangat korporasi untuk menghimpun dana publik yang tetap tinggi.
Dalam sepekan terakhir hingga 9 Juli 2025, empat perusahaan resmi mencatatkan sahamnya di BEI. Mereka adalah PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT) dengan oversubscription 34,5 kali, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) sebesar 563 kali, PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) sebanyak 180 kali, serta PT Asia Pramulia Tbk (ASPR) sebesar 1,53 kali.
Lonjakan permintaan tersebut mencerminkan optimisme pelaku pasar terhadap prospek emiten-emiten baru tersebut. Adapun empat emiten lain tengah bersiap mencatatkan sahamnya pada 10 Juli 2025, yakni PT Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG), PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK), PT Merry Riana Edukasi Tbk (MERI), dan PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI).
“Tingginya tingkat oversubscription pada IPO mencerminkan antusiasme investor, yang salah satunya didorong oleh kebijakan BEI untuk memperketat seleksi emiten,” ujar Chief Investment Officer PT Inovasi Finansial Teknologi (Makmur), Stefanus Dennis Winarto dalam keterangan resmi, Kamis (10/7/2025).
Euforia IPO Kontras dengan Pergerakan IHSG yang Masih Sideways
Meskipun IPO baru ramai disambut pasar, euforia tersebut belum secara signifikan mengangkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada perdagangan 9 Juli 2025, IHSG hanya naik 0,57% ke posisi 6.943, setelah sehari sebelumnya menguat tipis 0,05%.
Di sisi lain, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp383 miliar, menandakan adanya tekanan profit taking atau kewaspadaan atas prospek jangka pendek pasar.
Beberapa saham IPO bahkan mengalami Auto Reject Atas (ARA) beruntun selama beberapa hari pertama perdagangan. Kendati hal ini mencerminkan tingginya minat, situasi semacam itu bisa memicu suspensi perdagangan atau memasukkan saham ke dalam papan pemantauan khusus oleh BEI jika dinilai terlalu fluktuatif. Hal ini menjadi perhatian tersendiri bagi investor yang ingin memanfaatkan momentum tanpa mengabaikan risiko.
Valuasi emiten IPO juga sangat beragam. Misalnya, COIN yang bergerak di sektor keuangan memiliki price to earnings ratio (PER) 35,31x dan price to book value (PBV) 1,01x, tergolong rendah dibandingkan rerata sektor teknologi keuangan yang mencapai PER 92,16x dan PBV 4,21x. Sebaliknya, ASPR justru tergolong mahal dengan PER 61x dan PBV 1,9x, jauh di atas rata-rata sektoral.
“Investor perlu benar-benar mencermati prospektus serta rencana penggunaan dana hasil IPO dari masing-masing emiten,” jelas Stefanus.
Tak Semua IPO Menarik, Seleksi Ketat BEI Jadi Kunci
Meskipun minat pasar terhadap IPO tinggi, tidak semua emiten menawarkan valuasi yang menarik atau prospek pertumbuhan solid. CDIA, misalnya, dinilai atraktif karena memiliki PBV hanya 1,67x dibandingkan rata-rata industri sebesar 22,25x. Estimasi PER-nya pun berada di level 45,78x, lebih rendah dari rerata industri 98,55x, menjadikannya lebih kompetitif dari sisi valuasi dibandingkan COIN maupun ASPR.
Kendati demikian, investor tetap perlu waspada terhadap saham-saham IPO yang mengalami premium pricing sejak fase bookbuilding. “Beberapa bahkan sudah mencerminkan harga premium yang tinggi sebelum tercatat di bursa,” ungkap Stefanus. Strategi selektif dalam memilah saham IPO penting dilakukan, mengingat potensi upside belum tentu sejalan dengan kondisi fundamental emiten.
Bursa Efek Indonesia turut berperan aktif dalam menjaga kualitas emiten yang masuk. Dari 20 perusahaan yang masuk pipeline IPO pada akhir Juni 2025, hanya 12 emiten yang berhasil mencatatkan sahamnya hingga akhir tahun. Ini menegaskan bahwa hanya perusahaan dengan administrasi dan fundamental kuat yang dapat menembus proses seleksi BEI yang semakin ketat.