BEI Hentikan Sementara Saham KRAS, Ini Penjelasan Kratakau Steel

8 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk buka suara terkait lonjakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berujung suspensi sementara. Harga saham perusahaan berkode KRAS itu melonjak hingga 210,89 persen.

BEI menghentikan sementara perdagangan saham KRAS pada 7 Juli 2025 imbas lonjakan harga saham yang terjadi. 

Menyikapi hal itu, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko KRAS, Daniel Fitzgerald Liman menegaskan kenaikan harga saham merupakan dinamika pasar. Dia pun menyebut hal itu tak berkairan dengan informasi material yang belum disampaikan ke publik.

"Kami sampaikan bahwa pergerakan saham perseroan yang terjadi sepenuhnya merupakan dinamika pasar,” kata Daniel dalam paparan publik insidentil PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, secara daring, Jumat (11/7/2025).

Perseroan mencatat sejumlah tindakan dari regulator. Pada 13 Juni 2025, BEI mengumumkan saham KRAS masuk kategori unusual market activity (UMA). Lalu, pada 1 Juli 2025 saham KRAS sementara disuspensi BEI yang dibuka sehari berikutnya pada 2 Juli 2025. Selanjutnya, saham KRAS kembali disuspensi pada 7 Juli 2025, BEI menilai pergerakan saham masih belum wajar.

Mengutip RTI Infokom, saham KRAS berada di posisi Rp 314 per saham. Angka ini naik 210,89 persen sejak awal tahun 2025. Sementara, dalam satu bulan terakhir saham BUMN produsen baja ini naik 71,58 persen.

Kondisi Keuangan KRAS

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mencatatkan pendapatan USD 234,8 juta dan gross profit USD 12,9 juta pada Kuartal I-2025. Perseroan mencatatkan rugi bersih USD 45,4 juta hingga Maret 2025 lalu.

"Perseroan masih mencatatkan rugi bersih pada periode ini yang disebabkan oleh kondisi fasilitas HSM yang masih dalam periode ramp up, upaya masuk kembali ke pasar, serta beban keuangan yang masih tinggi,” ungkap Daniel.

Adapun, Krakatau Steel punya total aset senilai USD2,92 miliar per Maret 2025. Jumlah ini naik 0,82 persen year to date (ytd). Liabilitas juga tercatat meningkat 1,54 persen menjadi USD 2,50 miliar, sedangkan ekuitas turun 3,23 persen ytd ke USD 421,11 juta.

Tarif Baja ke AS Naik

Diberitakan sebelumnya, Kenaikan tarif impor baja dan aluminium Amerika Serikat dari 25 persen menjadi 50 persen yang diumumkan Presiden Donald Trump pada akhir Mei 2025 memunculkan dinamika baru dalam industri baja global.

Kebijakan proteksionis yang dikenal sebagai “Tarif Trump 2.0” menjadi tantangan bagi pelaku industri, namun juga membuka peluang strategis bagi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk untuk memperkuat posisinya di pasar global.

Direktur Utama Krakatau Steel, Akbar Djohan, menyebut langkah ini justru menjadi momentum untuk mempercepat diversifikasi pasar dan inovasi produk.

"Kami menjadikan kebijakan ini sebagai pemacu untuk memperkuat jaringan pasar di ASEAN, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika. Pasar-pasar ini memiliki permintaan baja yang terus meningkat, terutama untuk pembangunan infrastruktur dan industri,” ujarnya, Rabu, 4 Juni 2025.

Diversifikasi Pasar dan Produk Bernilai Tambah

Krakatau Steel tidak menjadikan pasar Amerika Serikat sebagai tumpuan utama ekspor. Perusahaan selama ini fokus pada pasar Asia Tenggara, Jepang, dan Timur Tengah.

Oleh karena itu, meski akses ke pasar AS makin ketat, perusahaan melihat peluang lebih besar di kawasan yang pertumbuhan industrinya pesat dan lebih stabil dari sisi kebijakan. Selain memperluas pasar, Krakatau Steel juga gencar mengembangkan produk baja bernilai tambah tinggi, seperti baja otomotif, konstruksi berkelanjutan, dan material teknologi tinggi.

"Produk-produk ini masuk ke segmen premium yang lebih tahan terhadap fluktuasi harga dan cenderung lebih loyal secara permintaan,” jelas Akbar.

Langkah efisiensi dan adopsi teknologi juga diperkuat. Krakatau Steel menerapkan industri 4.0 dan proses manufaktur ramah lingkungan untuk menekan biaya produksi tanpa mengorbankan kualitas. Transformasi ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk meningkatkan daya saing global.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |