Mengenal Alat Musik Calung, Warisan Bunyi Tradisional Mengakar Dalam Budaya Sunda

1 day ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Calung merupakan salah satu alat musik tradisional Sunda yang memiliki nilai historis, kultural, dan musikal yang tinggi dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat. Berasal dari tanah Parahyangan, calung dikenal sebagai alat musik yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara dipukul.

Dalam masyarakat Sunda, calung bukan sekadar alat musik, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari yang lekat dengan berbagai upacara adat, pertunjukan seni, hingga ekspresi sosial masyarakat. Secara fisik, calung terdiri dari bilah-bilah bambu yang disusun berdasarkan tangga nada pentatonik khas musik Sunda.

Bilah-bilah tersebut diletakkan di atas rangka atau diikat sedemikian rupa sehingga menghasilkan suara yang harmonis ketika dipukul menggunakan pemukul bambu atau tangan. Bambu yang digunakan umumnya adalah jenis bambu awi wulung atau bambu hitam dan bambu temen, karena karakteristik bunyi calung yang tajam dan nyaring.

Calung menjadi simbol dari kesederhanaan, namun di balik bentuknya yang sederhana tersimpan filosofi dan kerumitan teknik dalam memainkannya. Para pemain calung bukan hanya dituntut untuk memahami teknik pemukulan, melainkan juga menguasai irama, tempo, serta komunikasi non-verbal yang terjalin antara para musisi dalam satu pertunjukan.

Secara garis besar, terdapat dua jenis calung yang dikenal di masyarakat Sunda, yakni calung rantay dan calung jinjing. Calung rantay biasanya memiliki susunan bilah bambu yang dideretkan secara horizontal dan ditempatkan di atas kerangka bambu yang panjang.

Jenis ini dimainkan dengan cara duduk, dan bilah-bilahnya dipukul dengan dua tangan secara bersamaan atau bergantian. Sementara itu, calung jinjing memiliki bentuk yang lebih fleksibel dan ringan karena disusun secara vertikal dan bisa dibawa (dijinjing) oleh pemain.

Calung jinjing lebih sering digunakan dalam pertunjukan yang bersifat dinamis seperti seni jalanan atau arak-arakan, karena memungkinkan pemain untuk berjalan sambil bermain musik. Dalam perkembangan budaya Sunda, calung tidak hanya digunakan sebagai instrumen tunggal, melainkan sering menjadi bagian dari sebuah ensemble musik tradisional yang lebih besar, seperti dalam pertunjukan calung banyumasan atau dalam pementasan teater rakyat.

Calung juga kerap menjadi bagian penting dalam tarian tradisional seperti jaipongan, di mana irama yang dihasilkan oleh bilah-bilah bambunya menjadi fondasi ritmis bagi para penari.

Pendidikan Budaya

Selain aspek musikal, calung juga memainkan peran penting dalam pelestarian nilai-nilai tradisional Sunda. Dalam banyak pertunjukan calung, lirik-lirik lagu yang dibawakan sering kali memuat pesan moral, sindiran sosial, kritik terhadap kondisi masyarakat, bahkan cerita rakyat atau legenda yang sarat akan makna.

Dengan demikian, calung tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media pendidikan budaya yang menyampaikan nilai-nilai luhur nenek moyang kepada generasi muda.

Tidak jarang pula pertunjukan calung dilengkapi dengan lawakan khas Sunda yang jenaka dan komunikatif, menjadikan pertunjukan ini sebagai wadah ekspresi yang merakyat dan mudah diterima oleh semua kalangan.

Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, keberadaan calung menjadi semakin penting sebagai penanda identitas budaya lokal yang unik dan khas. Banyak komunitas seni, sekolah, dan sanggar budaya di Jawa Barat yang berusaha menghidupkan kembali calung melalui pelatihan dan pertunjukan rutin, agar generasi muda tidak kehilangan akar budaya mereka.

Dengan makin berkembangnya teknologi, calung juga mulai mendapat sentuhan inovasi modern tanpa kehilangan jati dirinya. Beberapa seniman kini menggabungkan calung dengan alat musik modern dalam format musik kontemporer atau world music, menghasilkan komposisi musik yang unik dan mampu menjangkau khalayak yang lebih luas, termasuk generasi milenial.

Bahkan, beberapa produser musik telah merekam suara calung secara digital dan menggunakannya dalam musik elektronik sebagai unsur etnik yang autentik. Perkembangan ini menunjukkan bahwa calung memiliki potensi besar untuk beradaptasi dan tetap relevan di tengah perkembangan zaman.

Namun demikian, penting untuk tetap menjaga keaslian dan filosofi di balik alat musik ini, agar nilai-nilai luhur budaya Sunda tetap terjaga dalam setiap dentingan nadanya.

Dari bentuknya yang sederhana, calung mampu menghadirkan keindahan musikal yang khas, menyampaikan pesan-pesan moral, serta membangun jembatan antara masa lalu dan masa kini.

Upaya pelestarian calung tidak boleh berhenti hanya pada pertunjukan semata, tetapi harus menjadi bagian dari pendidikan budaya yang berkesinambungan. Dengan mengenal, mempelajari, dan mencintai calung, kita turut serta menjaga warisan leluhur agar tetap hidup dan menginspirasi di masa depan.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |