Kisah Polisi di Sukabumi Wakafkan Tanah untuk Bikin Kebun Edukasi

2 days ago 8

Liputan6.com, Jakarta Brigadir Akka Mahpudin, Bhabinkamtibmas di Desa Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, memiliki cara unik untuk menarik minat para pelajar dalam bertani. Dia berinisiatif membuat kebun edukasi.

Di atas lahan seluas kurang lebih satu hektare yang ia wakafkan, Akka mencetak bibit-bibit petani milenial.

Hampir setiap hari, kebun edukasi ini didatangi para siswa jurusan pertanian, seperti dari SMK Bhayangkara Cisolok.

Para siswa tidak hanya belajar teori. Mereka diajak mempraktikkan langsung seluruh siklus pertanian. Mulai dari mengolah tanah, menanam bibit, melakukan observasi pertumbuhan tanaman, hingga memanen hasilnya.

Tanaman yang dikembangkan pun beragam, dari jagung, padi, hingga sayuran.

"Di sini siswa belajar intensif dan melakukan observasi pertumbuhan tanaman yang mereka tanam untuk menghasilkan panen yang maksimal," jelas Brigadir Akka, Jumat (14/11/2024).

Inisiatif ini lahir dari pengalaman Akka yang kesulitan mencari petani muda untuk program ketahanan pangan Polri. Ia melihat, petani yang ada saat ini rata-rata sudah berusia lanjut dengan tingkat produktivitas yang menurun.

"Setelah saya turun ke lapangan, ternyata banyak petani berada di usia lanjut. Ada pun regenerasi mengandalkan dari turun temurun," ujar Akka.

Menurutnya, salah satu upaya menjaga sumber daya alam sebagai sumber pangan dengan cara regenerasi para petaninya.

"Dengan adanya kebun edukasi petani milenial ini, kita bisa mencetak sumber daya manusia yang unggul untuk membantu program presiden dalam ketahanan pangan dan swasembada pangan," tegasnya.

Karena itu, ia berharap melalui kebun edukasi petani milenial ini bisa menjadi wadah terbentuknya SDM unggul sebagai petani kedepannya.

"Maka dari itu, pada dasarnya kebun edukasi ini diharapkan mampu mencetak generasi petani milenial atau SDM unggul sebagai petani kedepannya,” imbuhnya.

Respons Siswa dan Guru

Program ini disambut antusias oleh para siswa dan guru. Tia Ariani, seorang siswi SMK Bhayangkara Cisolok, mengaku kegiatan ini sangat menyenangkan.

"Menurut saya sangat mengasyikkan, selain bisa menambahkan wawasan baru. Selain mumet karena pelajaran, dengan diadakannya program kayak gini kita bisa belajar di luar biar lebih fresh dan kita bisa mengenal lebih jauh cara bertani tentang jagung," tutur Tia.

Tia menyebut, sebagai seorang pelajar yang juga lahir dari keluarga petani, adanya kegiatan tersebut semakin menambah pengetahuan tentang berkebun.

"Kebetulan orang tua juga dari petani, terus di rumah juga tahu sedikit-sedikit cara berkebun, apalagi di sini dengan diadakannya program ini jadi lebih mengasah lagi. Hasilnya bisa dapat untung banyak walaupun modalnya sedikit, apalagi buat kita pelajar yang mau cari kerja sampingan bisa sambil berkebun," tambahnya.

Senada dengan Tia, guru tani di kebun edukasi, Dindin Wahyudin, melihat antusiasme siswa sangat luar biasa saat diajak praktik di lapangan.

"Kami dari pihak guru berusaha menyampaikan manfaat dari pertanian karena leluhur kita khususnya di Kecamatan Cisolok itu petani, jadi bagaimana mempertahankan dunia pertanian dari generasi mudanya," beber Dindin.

Menurut Dindin, kegiatan edukasi berkebun ini disambut antusias para pelajar. Mempelajari hal baru, khususnya tentang pertanian.

"Antusias, setelah kita melakukan observasi ke lapangan sangat luar biasa, mungkin jiwa dari bertaninya dari anak-anak yang ada dalam sanubari itu sudah ada,” imbuhnya.

Sebagai informasi, data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan, selama kurun waktu 10 tahun terakhir (2013-2023), jumlah petani di Indonesia menurun drastis sebesar 7,42 persen, dari 31,72 juta unit usaha menjadi 29,36 juta unit usaha.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |