Liputan6.com, Jakarta - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) akan melakukan pembelian kembali atau buyback saham senilai Rp 2,25 triliun. Perseroan akan buyback saham mulai Mei 2025.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Selasa (15/4/2025), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk akan memakai kas internal untuk buyback saham. Hal ini lantaran Perseroan mempunyai modal dan arus kas yang baik dan cukup untuk membiayai seluruh kegiatan usaha operasional belanja modal Perseroan serta buyback.
“Jika dana yang dialokasikan untuk pembelian kembali saham Perseroan telah habis dan atau jumlah saham yang akan dibeli kembali telah terpenuhi, Perseroan akan melakukan keterbukaan informasi terkait dengan penghentian pelaksanaan pembelian kembali saham,” demikian seperti dikutip dari keterbukaan informasi BEI.
Adapun buyback saham itu akan dilakukan sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 29 Tahun 2023 pada 29 Desember 2023 tentang pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh perusahaan terbuka.
Perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham untuk buyback pada Rabu, 21 Mei 2025. Adapun periode buyback saham akan dimulai pada 22 Mei 2025-21 Mei 2026.
Manajemen Indocement Tunggal Prakarsa melakukan buyback seiring saham Perseroan sedang undervalued, pembelian kembali saham dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan dan memperbaiki persepsi pasar terhadpa Perseroan yang saat ini masih dalam posisi net-cash di mana manajemen yakin dengan masa depan Perseroan.
Untuk harga buyback saham yakni paling tinggi sebesar harga rata-rata dari harga penutupan perdagangan harian di BEI selama 90 hari terakhir sebelum tanggal pembelian kembali saham oleh Perseroan.
Mengupas Prospek Saham INTP di Tengah Program 3 Juta Rumah
Sebelumnya, Pemerintah melalui inisiatif Presiden Prabowo berencana membagun 3 juta rumah per tahun. Tanah yang akan dimanfaatkan untuk program tersebut berasal dari sitaan koruptor hingga eks obligor Bantuan Likuiditas bank Indonesia (BLBI).
Program tersebut menjadi sentimen positif bagi perusahaan semen seperti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). Tim Riset Phintraco Sekuritas perkirakan konsumsi semen domestik akan membaik didorong oleh berbagai agenda pemerintah seperti wacana program 3 juta rumah, keberlanjutan proyek Ibu Kota Negara Kepulauan (IKN), serta berbagai relaksasi yang diberikan kepada sektor properti, yang diharapkan dapat memberikan multiplier effect ke berbagai industri.
"Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, kami proyeksikan konsumsi semen domestik tumbuh 1-2,5% pada 2025, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan rasio utilisasi INTP menjadi 60% pada 2025," ulas Analis Phintraco Sekuritas, Aditya Prayoga dalam risetnya, dikutip Kamis (21/11/2024).
INTP mencatatkan pendapatan sebesar Rp 5,20 triliun pada kuartal III 2024, naik 28,54% qoq atau naik 4,81% yoy, dengan total pendapatan kumulatif mencapai Rp 13,32 triliun hingga September 2024.
Pertumbuhan ini ditopang oleh segmen penjualan semen yang mencatatkan pendapatan sebesar Rp 4,7 triliun pada kuartal III 2024, naik 27,66% qoq atau naik 3,17% yoy, didukung oleh peningkatan volume penjualan domestik sebesar 9,4% yoy menjadi 14,55 juta ton, meskipun terjadi penurunan ASP domestik campuran sebesar 3,90%.
Selain itu, INTP berhasil mempertahankan pangsa pasar September di angka 29,90%, meskipun lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 30,40.
Margin menunjukkan perbaikan pada kuartal III 2024 karena efek basis rendah. Margin laba kotor membaik menjadi 34,35% pada kuartal III 2024 dibanding 27,66% pada kuartal II 2024 dan 33,41% pada kuartal III 2023). Margin yang membaik didorong oleh efisiensi di segmen biaya energi dan bahan bakar menjadi Rp 1,43 triliun pada kuartal III 2024, turun 2,28% yoy namun masih naik 18,50% qoq.
Laba Masih Tumbuh
Selain itu, biaya tenaga kerja menurun menjadi Rp 228 miliar pada kuartal III 2024, turun 1,90% yoy dan turun 7,62% qoq). Namun, biaya keuangan meningkat menjadi Rp 139 miliar pada September 2024 naik 263,82% yoy. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan utang jangka pendek untuk mendanai akuisisi Semen Grobogan.
Kendati demikian, INTP tetap mampu mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar Rp 621 miliar pada kuartal III 2024, naik 2,86 yoy dan naik 35,19% qoq dengan total laba bersih kumulatif mencapai Rp 1,06 triliun hingga September 2024.
"Semen curah diperkirakan akan tetap menjadi penopang utama kinerja perusahaan. Hal ini didukung oleh keberlanjutan proyek strategis nasional (PSN) dan peningkatan permintaan dari proyek komersial seperti pembangunan pergudangan, smelter, pabrik, dan perumahan di kawasan pengembangan baru di luar Jakarta," kata Aditya.
Di sisi lain, konsumsi semen dalam kantong diproyeksikan masih lemah dalam jangka pendek, seiring daya beli masyarakat yang masih lemah. Merujuk kondisi tersebut, Tim Riset Phintraco Sekuritas memberikan rating BUY untuk INTP dengan target harga Rp 8.100, dengan potensi kenaikan sebesar 18,80%.
"Target ini berdasarkan metode DCF dengan WACC sebesar 10,00% dan pertumbuhan terminal sebesar 2%, yang mengimplikasikan EV/EBITDA sebesar 8,66x/7,92x untuk FY24F/2025. Risiko utama meliputi daya beli yang lemah dan menurunnya atau tertundanya proyek infrastruktur dalam negeri," tulis Aditya.