Apen Singkong, Lezatnya Tradisi Rakyat Sumenep dalam Sekepal Rasa yang Autentik

1 day ago 10

Liputan6.com, Sumenep - Di balik gemerlap kekayaan kuliner Nusantara yang tersebar dari Sabang hingga Merauke, Apen menjadi salah satu permata tersembunyi dari ujung timur Pulau Madura, tepatnya dari Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Apen bukan sekadar makanan tradisional yang berbahan dasar singkong seperti halnya getuk pada umumnya, melainkan sebuah representasi budaya masyarakat pesisir yang sederhana namun penuh makna. Singkong yang digunakan dalam pembuatan Apen dipilih secara selektif biasanya dari varietas lokal yang terkenal akan rasa manis dan teksturnya yang empuk.

Proses pembuatannya yang melibatkan penumbukan, pencampuran gula kelapa, hingga pemanggangan dengan bara api tradisional menjadikan Apen Singkong bukan hanya unik dari sisi rasa, tetapi juga dari pengalaman memasak yang mengikat kebersamaan antarwarga. Apen biasanya disajikan dalam bentuk bulat pipih, berwarna cokelat keemasan dengan aroma wangi khas yang keluar dari balutan daun pisang pembungkusnya memberikan sensasi rasa gurih manis dan lembut yang menggoda sejak gigitan pertama. 

Rasa Apen memiliki kekayaan tersendiri yang tak bisa disamakan begitu saja dengan makanan berbahan dasar singkong lainnya. Jika getuk menonjolkan rasa manis dari gula pasir atau kelapa parut, Apen menawarkan kompleksitas rasa yang datang dari fermentasi singkong yang dibiarkan mengendap sebentar setelah dikukus, kemudian diaduk dengan gula aren cair asli Madura dan sedikit parutan kelapa tua.

Hasilnya adalah rasa manis yang lebih dalam dan tidak menyengat, dengan sensasi asam ringan yang menyatu harmonis. Tak jarang pula warga Sumenep menambahkan sedikit garam atau wijen sangrai untuk menciptakan sensasi rasa yang semakin unik dan tidak monoton.

Tekstur Apen pun berbeda, ia lebih padat namun tidak keras, sedikit kenyal, dan ketika dimakan dalam keadaan hangat, ia seakan meleleh di mulut dengan keharuman yang menggugah selera. Inilah yang menjadikan Apen bukan sekadar camilan sore hari, melainkan hidangan yang sering dijadikan suguhan istimewa saat acara keluarga atau hajatan tradisional.

Peran Sosial

Keunikan Apen juga tercermin dari peran sosialnya dalam masyarakat Sumenep. Ia tidak hanya diperlakukan sebagai kudapan biasa, melainkan sebagai simbol kebersamaan, terutama dalam acara-acara seperti pengajian, syukuran, atau ritual adat lokal seperti toronan dan ruwatan.

Apen disajikan bersama teh tubruk hangat atau kopi pahit khas Madura sebagai pelengkap, menciptakan suasana keakraban yang mendalam. Bahkan dalam beberapa komunitas di pelosok desa, pembuatan Apen menjadi momen musyawarah antaribu-ibu atau ajang berbagi cerita antar generasi.

Dengan demikian, Apen bukan hanya makanan, tapi juga media penyambung silaturahmi dan pelestari tradisi. Keberadaannya mencerminkan bagaimana kuliner bisa menjadi jembatan antara generasi tua dan muda, sekaligus pengingat akan nilai-nilai lokal yang tidak tergantikan oleh modernitas. Saat dunia semakin tergoda dengan makanan instan dan rasa artifisial, Apen justru menawarkan kejujuran rasa dari alam dan tangan-tangan masyarakat desa yang bekerja dengan cinta.

Ia menjadi bukti bahwa singkong, bahan pangan yang sering dianggap kelas dua, bisa menjelma menjadi sajian istimewa dengan identitas kuat. Apen tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga membangkitkan kenangan dan rasa memiliki terhadap budaya lokal. Setiap gigitannya adalah sepotong sejarah yang hidup, mengajak siapa pun yang mencicipinya untuk menghargai proses, menghormati tradisi, dan mencintai kekayaan kuliner daerah.

Maka tak heran jika Apen, yang mungkin tidak sefamiliar makanan-makanan viral di media sosial, justru memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Sumenep sebagai simbol rasa, budaya, dan kehangatan yang tak lekang oleh waktu.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |