Liputan6.com, Jakarta - Tesla menunjukkan performa mengejutkan di Jepang, pasar yang selama ini dikuasai Nissan lewat model Leaf. Dari Januari hingga Agustus 2025, penjualan Tesla mencapai sekitar 6.590 unit, melonjak 87 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Angka ini bahkan melampaui rekor terbaik Tesla di Jepang pada 2022 yang hanya 5.900 unit.
Lonjakan terbesar terjadi pada Agustus, dengan penjualan sekitar 980 unit, lebih dari dua kali lipat dibanding tahun lalu.
Dengan capaian ini, Tesla kini hanya tertinggal sekitar 100 unit dari Nissan, yang hampir 15 tahun menjadi pemimpin pasar kendaraan listrik di Negeri Sakura.
Berdasarkan laporan Carscoops, Selasa (9/9/2025), dominasi Nissan bisa terancam jika tren ini berlanjut, meski produsen asal Jepang tersebut tengah menyiapkan generasi terbaru Leaf yang baru akan meluncur akhir tahun ini.
Potongan Harga Dongkrak Penjualan
Salah satu kunci keberhasilan Tesla di Jepang adalah strategi penurunan harga. Pada Mei lalu, Tesla memangkas harga Model 3 hingga 453 ribu yen atau sekitar Rp45 juta, sehingga harganya turun menjadi 3,99 juta yen (sekitar Rp626 juta).
Dengan subsidi pemerintah, harga bersih yang dibayar konsumen jadi lebih rendah, membuat mobil listrik Tesla makin terjangkau.
Strategi ini langsung berdampak pada minat beli masyarakat. Konsumen yang sebelumnya menganggap Tesla terlalu mahal kini mulai melihat Model 3 sebagai pilihan realistis, apalagi dengan infrastruktur pengisian daya yang semakin berkembang.
Sementara itu, posisi Nissan sedikit tertekan karena konsumen cenderung menunggu model Leaf terbaru. Kondisi ini membuat Tesla punya peluang besar mengambil alih puncak penjualan sebelum pesaingnya meluncurkan generasi baru.
Ekspansi Besar-Besaran di Jepang
Selain potongan harga, Tesla juga memperkuat jaringan pemasarannya. Tesla Jepang yang dipimpin Richi Hashimoto mengungkapkan rencana membuka showroom baru di sejumlah pusat perbelanjaan besar.
Dari 25 lokasi yang ada saat ini, jumlahnya ditargetkan bisa bertambah dua kali lipat menjadi 50 pada 2026.
Tidak hanya itu, jaringan Supercharger Tesla di Jepang juga akan ditingkatkan dari 130 titik yang ada sekarang. Langkah ini diyakini mampu meningkatkan kepercayaan konsumen karena ketersediaan fasilitas pengisian cepat menjadi faktor penting dalam adopsi mobil listrik.
Dengan strategi agresif ini, Tesla diperkirakan bisa menjual hingga 10.000 unit mobil listrik di Jepang sepanjang 2025. Sebuah pencapaian kontras dengan performa Tesla di Eropa, Amerika Serikat, dan Australia, di mana penjualannya justru menurun.