Seluruh Saham Nvidia Senilai Rp 1,6 Triliun Dilego Pendiri PayPal, Apa Alasannya?

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder Peter Thiel kembali membuat kejutan di dunia investasi. Pendiri PayPal dan investor awal Facebook itu tercatat melepas seluruh kepemilikan saham Nvidia di kuartal III 2025. Nilainya tak main-main sekitar USD 100 juta atau lebih dari Rp 1,67 triliun (kurs dolar Rp 16.671).

Dikutip dari fool, Sabtu (22/11/2025), langkah Thiel ini terungkap lewat laporan Form 13F yang wajib disampaikan para manajer investasi besar ke otoritas pasar modal AS. Dokumen itu menjadi salah satu rujukan penting bagi investor global untuk mengetahui strategi para big players di Wall Street.

Thiel Macro, perusahaan investasi milik Thiel, awalnya mengoleksi saham Nvidia sejak akhir 2024. Posisi terus ditambah pada kuartal berikutnya hingga mencapai 537.742 lembar saham pada pertengahan 2025.

Menariknya, sebagian pembelian dilakukan ketika pasar sempat goyah setelah kebijakan tarif dan perdagangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memicu aksi jual singkat.

Saat itu, harga Nvidia sempat turun ke bawah USD 100 momen yang tampaknya dimanfaatkan Thiel untuk menambah posisi.

Namun di kuartal III, Thiel memilih mengosongkan seluruh posisinya. Jika ia masih memegangnya hingga 30 September, nilainya setara dengan USD 100 juta.

Aksi ambil untung ini terlihat wajar. Thiel memang dikenal sebagai investor yang agresif dan oportunis, dengan horizon kepemilikan yang sering kali tidak lama.

Meski Nvidia kini menjadi ikon utama ledakan teknologi kecerdasan buatan (AI), ada sejumlah sinyal yang mulai memunculkan kekhawatiran dan bisa menjadi pertimbangan Thiel.

1. Risiko Perlambatan minat AI

Permintaan GPU AI memang sedang meledak. Namun sebagian besar perusahaan belum benar-benar memonetisasi investasi AI mereka. Sejarah mencatat bahwa teknologi besar sering mengalami fase overhype sebelum akhirnya memasuki periode penyesuaian.

Jika hype AI mulai mereda, Nvidia berpotensi terdampak paling besar mengingat valuasinya yang sudah sangat tinggi.

2. Persaingan Semakin Ketat

Nvidia selama ini unggul berkat GPU kelas atasnya. Namun kompetitor mulai meningkatkan produksi serta menawarkan chip AI dengan harga lebih rendah. Bahkan pelanggan terbesar Nvidia merupakan para raksasa teknologi seperti anggota “Magnificent Seven” mulai mengembangkan GPU internal.

Meski performanya belum setara Nvidia, chip tersebut lebih murah dan tanpa waktu tunggu (backlog), sehingga bisa mengganggu dominasi Nvidia dalam jangka panjang.

Rasio harga terhadap penjualan (P/S) Nvidia sempat menyentuh level 30, angka yang secara historis dianggap berada di wilayah valuasi ekstrem. Di sisi lain, valuasi pasar secara keseluruhan juga sedang mahal. Indeks S&P 500 memiliki rasio Shiller P/E lebih dari 40, salah satu yang tertinggi sepanjang sejarah. Kondisi ini biasanya diikuti koreksi besar.

Jika pasar melemah, saham dengan valuasi premium termasuk Nvidia cenderung mengalami penurunan lebih dalam. Lalu, Perlukah Beli Nvidia Sekarang?

Pertanyaan ini banyak muncul di kalangan investor ritel. Namun, sejumlah analis justru menilai saham - saham lain saat ini memiliki potensi pertumbuhan lebih besar dibanding Nvidia, terutama setelah kenaikan Nvidia yang sudah sangat tinggi dalam dua tahun terakhir.