Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada perdagangan Selasa (20/5/2025). IHSG akan bergerak di kisaran 7.173-7.195.
IHSG naik 0,49% ke posisi 7.141 dan masih didominasi volume pembelian, penguatan IHSG pun masih tertahan moving average (MA)200 harian pada perdagangan Senin, 19 Mei 2025.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, saat ini posisi IHSG berada pada bagian dari wave (v) dari wave (a) pada label hitam sehingga IHSG masih berpeluang menguat ke rentang area 7.173-7.195.
Herditya menuturkan, IHSG akan bergerak di level support 7.009,6.914 dan level resistance 7.157,7.197.
Sementara itu, dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, IHSG berpotensi menguat terbatas dengan level support dan level resistance 7.120-7.225.
Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman menuturkan, IHSG berpotensi melemah terbatas jika gagal break di atas 7.150 pada Selasa pekan ini. “Level support IHSG di 7.080-7.110 dan level resistance IHSG di 7.150-7.200,” kata Fanny.
Rekomendasi Saham
Untuk rekomendasi saham hari ini, PT Pilarmas Investindo Sekuritas memilih saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), PT PP London Sumatera Tbk (LSIP), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Sedangkan Herditya memilih saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Dampak Kenaikan Tarif Pungutan Ekspor Kelapa Sawit ke Emiten
Dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, Pemerintah, melalui Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, menyatakan setiap kebijakan, termasuk kenaikan tarif pungutan ekspor kelapa sawit, akan terus dievaluasi. Keputusan kenaikan tarif ini berasal dari Komite Pengarah BPDPKS yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Kebijakan tersebut telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 30/2025 dan mulai berlaku pada 17 Mei 2025. BPDPKS menjelaskan tarif pungutan baru ditentukan berdasarkan lima kelompok produk dengan tarif tertinggi sebesar 10% dari harga referensi CPO dari Kementerian Perdagangan.
Kenaikan ini bertujuan untuk mendukung pendanaan program pembangunan industri sawit, termasuk peremajaan kebun dan penguatan program biodiesel sebagai bagian dari upaya menuju ketahanan energi nasional berbasis energi terbarukan.
"Namun, kebijakan ini mendapat penolakan dari pelaku industri. Di mana Apkasindo, menyebut bahwa petani sawit menjadi pihak paling dirugikan karena beban pungutan akan menekan harga tandan buah segar (TBS), yang diperkirakan turun Rp300–Rp325 per kilogram,” demikian seperti dikutip.
Selain itu, harga CPO juga mengalami penurunan sejak awal 2025. Di sisi lain, Gapki menilai kenaikan tarif akan meningkatkan biaya ekspor dan membuat minyak sawit Indonesia kalah bersaing dengan negara lain. Di mana, industri saat ini sudah menanggung beban dari DMO, PE, dan BK, dengan total biaya sebelumnya mencapai USD 221 per ton, dan belum termasuk dampak dari kenaikan tarif baru.
"Kami menilai bila kebijakan ini tidak segera di evaluasi, akan berdampak negatif terhadap perusahaan CPO, tak terkecuali emiten CPO yang telah melantai di bursa,” demikian seperti dikutip.
Rekomendasi Teknikal
Berikut rekomendasi teknikal dari MNC Sekuritas:
1.PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) - Buy on Weakness
Saham AMRT menguat ke 2.500 dan masih disertai oleh volume pembelian. "Kami perkirakan, posisi AMRT sedang berada pada bagian dari wave [iv] dari wave C, sehingga AMRT rawan terkoreksi dahulu," kata Herditya.
Buy on Weakness: 2.300-2.420
Target Price: 2.630, 2.700
Stoploss: below 2.180
2.PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) - Buy on Weakness
Saham CBDK terkoreksi 3,36% ke 6.475 dan masih didominasi oleh tekanan jual. "Kami perkirakan, posisi CBDK saat ini berada pada bagian dari wave (B) dari wave [Y], sehingga CBDK masih rawan melanjutkan koreksinya," ujar Herditya.
Buy on Weakness: 5.600-6.375
Target Price: 7.275, 8.225
Stoploss: below 5.150
3.PT Bukit Asam Tbk (PTBA) - Buy on Weakness
Saham PTBA menguat 1,40% ke 2.900 dan masih disertai oleh volume pembelian. Herditya menuturkan,pihaknya perkirakan, posisi PTBA saat ini berada pada bagian dari wave iii dari wave (v) sehingga saham PTBA masih berpeluang melanjutkan penguatannya.
Buy on Weakness: 2.840-2.880
Target Price: 2.940, 3.030
Stoploss: below 2.770
4.PT United Tractors Tbk (UNTR) - Buy on Weakness
Saham UNTR menguat 0,91% ke 22.100 disertai dengan munculnya volume pembelian. "Kami perkirakan, posisi UNTR saat ini berada di awal wave [c] dari wave B, sehingga UNTR berpeluang melanjutkan penguatannya," ujar Herditya.
Buy on Weakness: 21.850-22.075
Target Price: 22.475, 23.300
Stoploss: below 22.200