IHSG Terkoreksi Tipis saat Rupiah Menguat, Asing Lego Saham-Saham Ini

8 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ditutup melemah sebesar 46,49 poin atau 0,65% ke level 7.094,602 pada. Sektor healthcare (0,62%) paling kuatnya naiknya, sementara di posisi terendah berada di sektor consumer cyclicals (1,24%).

Penurunan tipis IHSG terjadi di tengah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali menguat 0,1% ke level 16.415 pada Selasa (20/5), menyusul kabar bahwa APBN mencetak surplus pada April 2025 setelah mengalami defisit selama kuartal I 2025. Kabar ini memperkuat optimisme pelaku pasar terhadap stabilitas fiskal Indonesia di tengah ketidakpastian global.

Dengan penguatan tersebut, rupiah telah rebound 2,8% sejak menyentuh level terendahnya di 16.870 pada 24 April 2025. Perbaikan sentimen global tidak hanya berdampak pada kurs rupiah, tetapi juga mendorong reli pasar saham domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat naik 18,3% per 20 Mei 2025 dari titik terendahnya di 5.996 pada 8 April 2025

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), volume perdagangan saham tercatat mencapai 24,94 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 16,14 triliun dan total frekuensi 1,45 juta kali transaksi. Pada perdagangan tersebut, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 7.202,817 dan terendah di 7.088,623.

Asing mencatatkan aksi jual bersih atau net sell Rp 406,19 miliar. Sementara sejak awal tahun atau secara year to date (YTD), asing masih mencatatkan aksi jual atau net sell Rp 48,84 triliun. Berdasarkan data Stockbit, berikut 10 saham yang paling banyak dibeli asing pada Selasa (20/5/2025):

Net Foreign Sell dan Net Foreign Buy

Net Foreign Sell

1. Astra International (ASII), Rp 244,6 miliar

2. Bank Mandiri (BMRI), Rp 216,4 miliar

3. Petrindo Jaya Kreasi (CUAN), Rp 137,1 miliar

4. Adaro Energy (ADRO), Rp 97,0 miliar

5. Panin Financial (PNLF), Rp 39,0 miliar

6. Telkom Indonesia (TLKM), Rp 37,9 miliar

7. Merdeka Copper Gold (MDKA), Rp 36,9 miliar

8. Adaro Andalan Industri (AADI), Rp 33,7 miliar

9. Amman Mineral (AMMN), Rp 32,1 miliar

10. Merdeka Battery Materials (MBMA), Rp 25,8 miliar

Net Foreign Buy

1. Bank Central Asia (BBCA), Rp 345,0 miliar

2. Aneka Tambang (ANTM), Rp 172,4 miliar

3. Chandra Asri Petrochemical (TPIA), Rp 65,4 miliar

4. Bank Syariah Indonesia (BRIS), Rp 59,6 miliar

5. Barito Pacific (BRPT), Rp 53,3 miliar

6. Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Rp 44,1 miliar

7. Bank Negara Indonesia (BBNI), Rp 27,0 miliar

8. Erajaya Swasembada (ERAA), Rp 23,0 miliar

9. Kalbe Farma (KLBF), Rp 14,1 miliar

10. Dian Swastatika Sentosa (DSSA), Rp 14,0 miliar

Prediksi IHSG Efek Rupiah Diramal Menguat di Bawah 16.000 per USD

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali menguat 0,1% ke level 16.415 pada Selasa (20/5), menyusul kabar bahwa APBN mencetak surplus pada April 2025 setelah mengalami defisit selama kuartal I 2025. Kabar ini memperkuat optimisme pelaku pasar terhadap stabilitas fiskal Indonesia di tengah ketidakpastian global.

Dengan penguatan tersebut, rupiah telah rebound 2,8% sejak menyentuh level terendahnya di 16.870 pada 24 April 2025. Pergerakan positif ini juga menjadi sinyal bahwa pelaku pasar kembali percaya terhadap prospek makro ekonomi Indonesia.

"Tren penguatan nilai tukar rupiah belakangan ini terjadi seiring membaiknya sentimen global dari de–eskalasi perang dagang dan tren pelemahan dolar AS," mengutip riset Stockbit Sekuritas, Rabu (21/5/2025).

Sentimen Global Positif Dorong Kinerja Pasar Saham

Perbaikan sentimen global tidak hanya berdampak pada kurs rupiah, tetapi juga mendorong reli pasar saham domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat naik 18,3% per 20 Mei 2025 dari titik terendahnya di 5.996 pada 8 April 2025. Kenaikan ini didorong oleh kembalinya aliran dana asing (foreign inflow) ke pasar modal Indonesia.

Kembalinya investor asing mencerminkan kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi nasional dan potensi pertumbuhan jangka menengah. Investor global mulai mencari alternatif di tengah pelemahan ekonomi Amerika Serikat dan ketidakpastian fiskal negara maju lainnya.

"Dengan prospek penguatan rupiah di tengah tren foreign inflow yang masih dini, kami menilai terdapat ruang lanjutan bagi kenaikan IHSG, sehingga investor dapat stay invested," ulas Tim RIset Stockbit Sekuritas.

Foto Pilihan

Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |