Potret Kecurangan UTBK 2025: Dari Behel Berkamera sampai Duplikasi Foto Pakai AI

1 day ago 15

Liputan6.com, Jakarta - Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 tak mengelak bahwa masih ada praktik joki dalam Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2025 untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit. 

Ketua Tim Penanggungjawab Panitia SNPMB 2025 Eduart Wolok memaparkan, modus kecurangan UTBK yang terjadi beragam, mulai dari pemasangan alat bantu seperti pemasangan kamera di kacamata, mikrofon dan pengeras suara di alat bantu dengar, hingga penggunaan perangkat lunak melalui aplikasi rekaman layar hingga penggunaan aplikasi pengendali jarak jauh atau remote desktop di komputer yang digunakan oleh para peserta.

Lebih lanjut, ia menjelaskan penggunaan aplikasi remote desktop disertai dengan pemasangan proxy pada komputer, sehingga komputer tersebut dapat terhubung dengan jaringan di luar.

Eduart menekankan hal ini telah diantisipasi oleh panitia UTBK di masing-masing lokasi dengan menyediakan pemindai metal atau metal detector. Namun, teknologi yang lebih canggih telah digunakan oleh para pelaku kecurangan, sehingga masih terdapat sejumlah modus kecurangan yang berhasil lolos.

"Tentu di poin ini bisa saja terindikasi sudah ada di lokasi UTBK yang kita temukan ada keterlibatan orang dalam," ujarnya.

Eduart memaparkan modus kecurangan tersebut dipraktekkan dengan memberikan jawaban ke peserta yang berada di dalam ruang ujian dengan cara yang bermacam-macam

"Jadi, pesertanya sedang ada dalam ruang ujian. Kemudian dipasangkan alat di badan peserta sebagai receiver dan juga transmitter untuk komunikasi transfer jawaban. Jadi si peserta ini tetap mengoperasikan PC-nya dengan jawaban yang dikirim dari luar," ujarnya.

Di samping itu, Eduart mengungkapkan modus kecurangan lainnya adalah dengan menggantikan peserta di ruang ujian, atau yang kerap dikenal dengan istilah "joki".

Beberapa hal yang didapatkan dalam hal ini, ungkap dia, adalah pemalsuan foto peserta, dokumen seperti surat keterangan Kelas XII dan ijazah agar joki dapat masuk dan mengikuti ujian untuk menggantikan peserta aslinya.

"Ini yang menarik, jaringan perjokian lintas provinsi. Jadi bisa saja kasus didapatkan (di salah satu lokasi UTBK), setelah dilacak, komunikasi yang terbangun itu dari kota ini, kota ini, dan kota ini," ucap Eduart.

Dia mewakili panitia sangat menyayangkan hal ini, sebab pelaksanaan UTBK didasari atas asas kepercayaan kepada seluruh peserta didik di Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

Oleh karena itu, ia menyebutkan para panitia di masing-masing lokasi UTBK telah melakukan koordinasi dengan pihak berwajib untuk melakukan proses lebih lanjut terkait hal ini, meskipun belum dapat diputuskan sanksi apa yang tepat untuk diberikan kepada para pelaku agar menimbulkan efek jera.

Eduart berharap kepada semua peserta maupun wali peserta untuk tetap mengikuti rangkaian proses SNPMB 2025 ini dengan jujur dan tidak melakukan berbagai tindak kecurangan yang menodai sakralnya prosesi ujian ini.

"Andaikan semua peserta itu sepakat untuk menggunakan cara-cara yang jujur dan berintegritas kan tidak perlu lah hal-hal seperti ini," kata Eduart Wolok.

Kamera di Behel dan Bingkai Kacamata

Di Sumut, Rektor Universitas Sumuatera Utara (USU) Prof Muryanto Amin menyebutkan, pihaknya telah menahan dan memeriksa beberapa orang yang yang terindikasi melakukan kecurangan.

"Kita menemukan tujuh orang joki dari luar daerah yang menggunakan identitas peserta ujian di USU, dan sudah diamankan," terangnya.

Disebutkan Muryanto, mereka terindikasi memalsukan identitas dan menggunakan kamera yang terletak di bingkai kacamata.

Sementara di lokasi lain di luar USU juga ditemukan kecurangan yang kameranya berada di behel dan kancing baju, sehingga tidak terdeteksi oleh metal detector.

"Para joki tersebut telah diperiksa, dibuat berita acaranya, kemudian dilaporkan ke polisi dan ditahan," ujarnya. 

Dikatakan Muryanto, hal ini menjadi pelajaran penting untuk pelaksanaan tahun depan bagi panitia nasional, agar membuat metal detektor yang lebih sensitif terhadap berbagai modus kecurangan yang dilakukan oleh peserta ataupun joki.

"Kita akan lakukan tindakan tegas terhadap segala bentuk modus kecurangan yang dilakukan oleh para peserta atau joki tersebut," tegasnya.

Rektor USU, Prof Muryanto Amin mengimbau, kepada seluruh peserta ujian untuk tidak menempuh jalan curang untuk lulus.

UTBK adalah ujian kejujuran, tentang bagaimana anak-anak bangsa kita bersaing bukan hanya soal kepintaran dan kelulusan. UTBK merupakan uji kesabaran dan uji kejujuran, yang bisa memberikan banyak dampak pada saat nanti dia menjalani perkuliahan.

"Kita berharap semua peserta mengikuti kompetisi sesuai dengan peraturan yang ada, karena kalau lulus dengan curang itu pasti tidak akan memberikan banyak faedah bagi dirinya sendiri," ucapnya.

"Ini soal karakter, karena karakter akan menjadi bagian penting yang menentukan, bukan hanya soal akademik," tandasnya.

Duplikasi Foto Pakai AI

Sedangkan di Bandung, Direktur Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Institut Teknologi Bandung (ITB) Nurlaela Arief membenarkan mahasiswanya yang berinisial LVN terlibat dalam praktik perjokian Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2025.

"ITB mengonfirmasi bahwa yang bersangkutan benar merupakan mahasiswa aktif ITB," kata Nurlaela di Bandung, Kamis.

"ITB sangat menyesalkan bahwa hal itu dilakukan oleh seorang mahasiswa yang seharusnya menjunjung tinggi etika akademik. Untuk itu, dengan segera kami melakukan langkah-langkah penegakan aturan akademik dan kemahasiswaan," ujarnya lagi. 

Sebagai bentuk tanggung jawab institusi atas dugaan terlibatnya mahasiswa ITB tersebut, kata Nurlaela, ITB telah membentuk Komisi Pelanggaran Akademik dan Kemahasiswaan untuk menindaklanjuti pemeriksaan kasus ini.

Modus yang Digunakan

Panitia UTBK di ISBI Bandung mendeteksi empat kartu peserta yang menampilkan wajah serupa namun menggunakan identitas berbeda.

Dari hasil investigasi awal, nama asli joki yang digunakan dalam keempat kartu tersebut terungkap sebagai Lukas Valentino Nainggolan yang diduga menjadi joki empat calon mahasiswa sekaligus.

Ia tercatat sebagai mahasiswa aktif Institut Teknologi Bandung (ITB) dari Program Studi Teknik Elektro angkatan 2018.

Yang lebih mengkhawatirkan, kecurangan ini tidak dilakukan oleh satu orang saja. Dua nama lain turut muncul sebagai terduga joki, yakni Healthy Febriana Jessica dan Khamila Djibran, yang merupakan angkatan 2018 dan telah lulus dari ITB.

Healthy berasal dari Program Studi Teknik Perminyakan dan telah lulus pada 2022, sementara Khamila dari Teknik Pertambangan lulus tahun 2023.

Ketiganya diduga terlibat dalam praktik joki lintas provinsi, memanfaatkan teknologi pengeditan wajah berbasis AI untuk menyamarkan identitas mereka pada kartu peserta ujian.

Kata Pengamat Pendidikan

Terkait masih adanya praktik kecurangan dan perjokian dalam penerimaan mahasiswa baru, Pengamat Pendidikan Doni Koesoema saat dihubungi tim Regional Liputan6.com, Jumat (2/5/2025) mengatakan, sebenarnya sistem UTBK berbasis digital sudah didesain kuat sehingga kebocoran dan manipulasi sistem tidak dimungkinkan. Namun demikian, teknologi digital pun masih bisa dibobol oleh yang lebih ahli.

"Maka persoalan harus dilihat, apakah masalah ada di kekuatan dan ketangguhan sistem, atau kelemahan dalam pelaksanaan, seperti adanya joki, canggihnya peralatan untuk mencontek dan lain-lain," katanya.

Doni menyoroti mentalitas orang Indonesia yang masih melakukan praktik kecurangan demi meraih sesuatu. Perjokian dalam dunia pendidikan merupakan masalah mentalitas selain juga bentuk kejahatan yang diambil tindakan.

"Tapi kalau masalah penjebolan sistem UTBK yang bisa dipasang program duplikasi jarak jauh, ini selain masalah mental, tapi juga masalah sistem UTBK ang perlu diperbaiki sehingga bisa meminimalisasi kecurangan," katanya.

Doni menekankan maslaah perjokian dan kecurangan dalam dunia pendidikan adalah masalah teknis bukan filosofis tujuan pendidikan. Jadi menurutnya, hal-hal teknis perlu dibereskan dan dicari solusinya agar tidak muncul celah untuk melakukan kecurangan.

"Mentalitas. Ini masalahnya. Maka perlu dibangun sistem yg mendukung agar tidak mudah dicurangi," katanya.

Penting untuk diingat, pendidikan bukan semata untuk menciptakan individu-individu yang cerdas secara akademik saja, tapi juga menciptakan manusia dengan mentalitas yang kuat, yang beretika, jujur, punya integritas dan empati. Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025, yang berdekatan dengan waktu pelaksanaan UTBK di berbagai daerah, perlu menjadi momentum bagi anak bangsa untuk melihat kembali filosofi tujuan pendidikan nasional. 

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |