Liputan6.com, Bandung - Kebijakan pendisiplinan siswa di barak militer jadi kontroversi. Sejumlah kalangan mendukung dan mengkritisi Program Pendidikan Karakter, Disiplin dan Bela Negara Kekhususan yang dicanangkan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi itu.
Pria yang belum lama ini disebut ‘gubernur konten’ pun kembali bersuara bahwa langkahnya diyakini jadi jalan ikhtiar demi kebaikan bangsa.
Diketahui, lewat program itu puluhan siswa SMP dan SMA yang dianggap bermasalah dididik di barak militer selama 2 minggu hingga 6 bulan. Hingga awal Mei, dua wilayah yang melaksanakan program daerah itu yakni Kota Bandung (39 siswa) dan Purwakarta (30 siswa).
Para wali dan orang tua dikabarkan sukarela menitipkan anak untuk digembleng tentara. Di Kabupaten Purwakarta, para siswa akan belajar di Markas Resimen Armed 1 Shitya Yudha Purwakarta, sementara siswa Kota Bandung dibina di Rindam III Siliwangi.
Sejumlah pihak menilai program itu harus ditinjau ulang, efektifitasnya dipertanyakan, bahkan dikhawatirkan terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Lebih lengkap, beberapa pendapat telah diberitakan sebelumnya oleh Liputan6 dalam artikel berjudul Barak Militer untuk Siswa Nakal, Solusi atau Masalah Baru?
Meski demikian, Gubernur Dedi Mulyadi tetap memandang program ini akan menjadi kebaikan di masa depan, utamanya bagi anak-anak yang bersangkutan, umumnya bagi masyarakat luas. Dedi diketetahui telah menengok siswa yang berada di Markas Resimen Armed 1 Shitya Yudha Purwakarta, Sabtu, 3 Mei 2025.
Dedi Mulyadi meminta agar pihaknya diberikan ruang untuk menjalankan program yang menurutnya dilakukan sebagai cara pemerintahan daerah memperbaiki anak-anak bangsa, turut melahirkan orang-orang istimewa di kemudian hari.
“Ini semuanya adalah demi kebaikan bangsa. Mohon beri ruang bagi kami untuk memperbaiki anak-anak Jawa Barat, mohon beri ruang bagi kami untuk mereka menjadi orang hebat, mohon beri ruang bagi kami untuk melahirkan orang-orang istimewa,” kata dia disampaikan dalam unggahan media sosialnya.
Diaku Dedi, anak-anak yang mengikuti program tersebut tetap sehat dan bahagia. Ia menegaskan bahwa anak-anak yang dibina di barak tidak lagi menjadi anak nakal, tetapi mereka akan jadi anak-anak hebat di masa depan.
“Ini anak-anak hebat masa depan, bukan anak-anak nakal lagi,” katanya. "Mereka sehat, bahagia,” sebut Dedi.
Simak Video Pilihan Ini:
Viral Pelajar Acungkan Celurit Ancam Pengendara di Pemalang, Buntutnya Nangis-Nangis..
Dibina di Barak Militer usai Orangtua Tak Sanggup
Sebelumnya, Dedi Mulyadi menjelaskan, anak-anak yang menjalani program tersebut didasarkan pada sejumlah kriteria yang antara lain mengarah kepada tindakan-tindakan kriminal yang telah mereka lakukan.
"Kriterianya adalah anak-anak yang sudah mengarah ke tindakan-tindakan kriminal,” ujar Dedi Mulyadi usai menjadi Pembina upacara Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Rindam III Siliwangi, Jalan Manado, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat, 2 Mei 2025.
Di samping itu, kata Dedi, anak-anak itu dibina di barak setelah orang tuanya mengaku tidak sanggup untuk mendidik mereka.
“Dan rangtuanya tidak punya kesanggupan untuk mendidik. Artinya bahwa yang diserahkan itu adalah siswa yang orang-orangtuanya sudah tidak sanggup lagi, sudah tidak mampu lagi untuk mendidik. Jadi kalau orangtuanya tidak menyerahkan, kita tidak akan menerima," imbuhnya.
Untuk pembiayaan program pembinaan anak nakal, menurut Dedi, saat ini masih menggunakan dana operasional gubernur Jawa Barat dan bupati Purwakarta.
"Sementara ini saya support, bupati juga support dari biaya operasional mereka ya. Bupati Purwakarta dari biaya operasional, dia support. Tetapi nanti di perubahan anggaran mungkin dimasukin dalam sistem. Kan yang penting jalan dulu," jelasnya.
"Mereka sangat hepi saya lihat. Bagaimana enggak hepi, mereka gizinya cukup, istirahatnya cukup, olahraganya cukup, sistem pembelajaran di sekolahnya cukup. Kan mereka juga belajar. Cuma gurunya aja ngajarnya di sana," sambung dia.