Netflix Caplok Warner Bros Rp 1.201 Triliun, 5 Hal Ini Jadi Perhatian

5 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Netflix mengumumkan akan akuisisi Warner Bros. Discovery  dengan membeli sebagian saham Warner Bros Discovery senilai USD 72 miliar atau Rp 1.201 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.684. Aksi korporasi oleh Netflix membeli Warner Bros ini akan menghadirkan raksasa baru di industri hiburan.

Namun, kesepakatan ini bukan sederhana. Kesepakatan Netflix untuk membeli studio film legendaris milik Warner Bros Discovery dan jaringan streaming HBO menjadi kisah nyata seorang raksasa yang Berjaya.

Namun, dengan regulator dan pesaing yang masih menunggu, ini mungkin baru awal dari kisahnya. Berikut lima hal yang perlu diperhatikan seperti dikutip dari BBC, Minggu, (7/12/2025):

1.Netflix Semakin Kuat

Netflix telah memimpin di Hollywood selama bertahun-tahun, menduduki peringkat sebagai layanan berlangganan streaming terbesar di dunia dan produsen konten baru terbesar di California.

Namun, kesepakatan ini yang terbesar di industri ini selama bertahun-tahun akan mengukuhkan posisinya di puncak, memberi perusahaan katalog berusia judul-judul yang berusia hampir satu abad, dan meningkatkan kapasitas produksinya yang sudah tangguh.

Selain itu, potensi pelanggan yang besar. Hal ini karena Netflix bersiap menambah sekitar 128 juta pelanggan HBO ke basis pelanggannya yang sudah lebih dari 300 juta.

“Netflix sudah menjadi layanan streaming terbesar dan sekarang Anda menambahkan HBO Max ke dalamnya, dan bisa dibilang Netflix tak tersentuh,” ujar Vice President Research Firm Forrester, Mike Proulx.

Kesepakatan ini akan menyatukan waralaba bersejarah antara lain Looney Tunes, Harry Potter and Friends, dan serial HBO seperti Succession, Sex and the City, dan Game of Thrones di bawah naungan yang sama dengan serial Netflix yang kurang konvensional, termasuk Stranger Things dan KPop Demon Hunters. Akuisisi ini juga mencakup TNT Sports di luar AS.

2. Aksi Korporasi Netflix: Ini Bisa Berarti Harga Naik dan Turun

Netflix berharap dapat menyelesaikan kesepakatan ini dalam satu hingga 18 bulan ke depan. Namun, para eksekutif masih ragu-ragu tentang bagaimana, atau apakah - mereka berencana untuk menggabungkan Warner Brothers dan merek andalannya, HBO, ke dalam layanan Netflix yang sudah ada.

Co-chief executive Netflix, Greg Peters, mengatakan nama HBO "sangat kuat" dan akan memberi perusahaan "banyak pilihan", tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut.

Netflix dapat mengemas film dan program ke dalam bundel yang berbeda, meskipun para analis mengatakan mereka akan terkejut melihat merek HBO menghilang sepenuhnya.

Dampaknya terhadap harga juga belum jelas. Dominasi Netflix dapat memungkinkannya untuk mengenakan biaya lebih kepada pelanggan. Namun, jika pemirsa menyadari mereka membayar untuk satu layanan streaming, alih-alih dua, biayanya bisa lebih murah.

3.Streaming Adalah Masa Depan dan Hollywood Merasa Tersisih

Warner Bros adalah salah satu studio yang mendefinisikan Hollywood, menciptakan film-film klasik antara lain Casablanca dan The Exorcist.

Namun, akusisi ini menggambarkan bagaimana masa keemasan perfilman telah memudar. “Masa depan adalah streaming penuh,” ujar Proulx dari Forrester.

“Dengan kesepakatan ini, secara resmi, media lama berakhir,” ia menambahkan.

Netflix telah berjanji untuk terus merilis film di bioskop, sebuah keputusan yang cukup masuk akal karena akan mengakuisisi waralaba superhero DC, film-film yang sangat sukses di bioskop.

Namun, tidak semua orang percaya bahwa hal itu akan tetap menjadi prioritas bagi layanan streaming tersebut.

Lagipula, awal tahun ini, Co-CEO Netflix, Ted Sarandos yakin menonton film adalah "konsep yang ketinggalan zaman". Dan konsolidasi ini menyentuh sisi sensitif industri yang sudah bergulat dengan PHK sebelumnya, penurunan produksi, dan ancaman kecerdasan buatan.

Sutradara Titanic, James Cameron, adalah salah satu dari banyak sosok di Hollywood yang menyambut kesepakatan itu dengan cemas. Ia memperingatkan sesaat sebelum diumumkan bahwa ia mengira kesepakatan itu akan menjadi "bencana" bagi industri.

4.Kesepakatan Netflix-Warner Bros Belum Rampung

Penyelesaian kesepakatan masih jauh dari pasti. Pertama, Warner Brothers Discovery harus menyelesaikan spin-off dari bagian-bagian bisnisnya yang tidak dijual ke Netflix, termasuk CNN, Discovery, dan Eurosport.

Sementara itu, pesaingnya, Paramount Skydance, yang berharap dapat membeli seluruh bisnis Warner Brothers Discovery, mungkin masih akan mencoba meyakinkan para pemegang saham bahwa mereka dapat menawarkan alternatif yang lebih baik.

Namun, pertanyaan terbesarnya adalah apakah kesepakatan ini akan mendapatkan persetujuan dari regulator persaingan di AS dan Eropa, sesuatu yang dapat menimbulkan tantangan besar.

Di Washington, anggota parlemen dari kedua partai telah menyuarakan penolakan mereka terhadap kesepakatan ini, dengan alasan kekhawatiran kesepakatan ini akan menyebabkan berkurangnya pilihan bagi konsumen dan harga yang lebih tinggi.

Sarandos mengatakan Netflix, yang harus membayar Warner Brothers sebesar USD 5,8 miliar atau Rp 96,6 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.665) jika kesepakatan ini gagal, "sangat yakin" akan mendapatkan persetujuan.

Lanskap Persaingan

Profesor di Fakultas Hukum Universitas Southern California Gould, Jonathan Barnett menuturkan, hal ini sebagian akan bergantung pada bagaimana regulator mendefinisikan lanskap persaingan.

Jika regulator hanya memperhatikan streaming video, peningkatan pangsa pasar Netflix dapat menimbulkan tanda bahaya yang signifikan. Namun, ia menuturkan, jika regulator mengadopsi definisi yang lebih luas, yang mencakup TV kabel dan siaran, bahkan YouTube sebagai pesaing Netflix, kekhawatiran akan konsentrasi akan semakin berkurang.

Profesor di Sekolah Hukum Vanderbilt, Rebecca Haw Allensworth, mengatakan biasanya merger seperti ini akan menjadi "kasus yang jelas untuk digugat", biasanya mendorong persyaratan yang lebih baik bagi konsumen.

Kali ini, ia khawatir pemerintahan Trump akan menekan Netflix atas pertanyaan-pertanyaan seperti keragaman dan bias politik, seperti yang telah terjadi dalam kasus-kasus lain.

5. Donald Trump Adalah Kartu Liar Lainnya

Yang membayangi perdebatan adalah apakah Presiden Donald Trump akan mempertimbangkannya.

Pemerintahan ini telah menjanjikan sentuhan regulasi yang lebih ringan dalam hal merger.

Namun, presiden telah memuji para pemilik Paramount Skydance, miliarder teknologi dan donatur Partai Republik Larry Ellison dan putranya David yang berada di balik tawaran saingan untuk Warner Bros. Trump selalu menunjukkan minat yang besar pada industri media dan hiburan.

  Belum ada komentar dari regulator persaingan di AS, tetapi seorang pejabat senior pemerintahan Trump mengatakan kepada CNBC bahwa mereka memandang tawaran Netflix untuk Warner Bros dengan "skeptisisme yang mendalam".

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |